MAKNA SIMBOLIK TRADISI KEDUREI AGUNG PADA MASYARAKAT SUKU REJANG

AGUSRIA, JESIKA and Heni, Nopianti and Ika, Pasca Himawati (2023) MAKNA SIMBOLIK TRADISI KEDUREI AGUNG PADA MASYARAKAT SUKU REJANG. Undergraduated thesis, Universitas Bengkulu.

[img] Archive (Thesis)
SKRIPSI JESIKA AGUSRIA (D1F018040) - Jesika agusria.pdf - Bibliography
Restricted to Repository staff only
Available under License Creative Commons GNU GPL (Software).

Download (2MB)

Abstract

Kedurei Agung merupakan salah satu tradisi yang berasal dari suku Rejang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan tradisi Kedurei Agung dan mengetahui apa makna simbolik tradisi Kedurei Agung suku Rejang dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Informan ditentukan secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara, observasi non partisipan dan dokumentasi. Selanjutnya analisis data mengikuti alur proses reduksi data, analisis data dan penarikan kesimpulan. Teori Interaksionisme Simbolik oleh Herbert Blumer digunakan sebagai pisau analisis dalam memahami makna simbolik tradisi Kedurei Agung. Hasil penelitian menunjukan bahwa tradisi Kedurei Agung rutin dilaksanakan setiap satu tahun sekali pada bulan Mei, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas segala nikmat yang telah diberikan baik berupa rezeki yang melimpah, tanah yang subur atas hasil panen yang baik dan diberikan keselamatan. Proses tradisi terbagi menjadi dua tahap yaitu persiapan dan pelaksanaan. Tahap persiapan berupa musyawarah dan gotong royong. Kemudian tahap pelaksanaan tradisi dilakukan selama tiga hari yaitu pada hari pertama dimulai dengan ritual doa sudut yang bermakna permohonan izin kepada leluhur suku Rejang. Kemudian blangea agung bermakna penyucian diri dan ditutup dengan doa bersama bermakna mohon berkat dan keselamatan kepada Sang Pencipta. Pada hari kedua dilanjutkan dengan acara inti yaitu Kedurei Agung yang diawali dengan pemukulan kentungan oleh Rajo Depati Tiang Alam XII tujuannya untuk membuka seluruh rangkaian acara, setelah itu dilanjutkan dengan upacara Kedurei Agung bermakna ungkapan rasa syukur masyarakat suku Rejang kepada Sang Pencipta, kemudian dilanjutkan dengan blangea agung bermakna penyucian diri. Proses selanjutnya yaitu menikmati punjung agung benuang sakti bermakna kemakmuran dan melakukan proses melepaskan burung dara yang bermakna kebersamaan suku Rejang. Pada hari ketiga dilaksanakan proses pacung tebeu bermakna segala niat baik telah dilaksanakan oleh suku Rejang. Kemudian simbol yang terdapat pada sesaji merupakan simbol kemakmuran dan kesejahteraan bagi suku Rejang dan makna kostum yang dipakai ketika upacara Kedurei Agung yaitu baju beskap bermakna kebijaksanaan, baju kurung nyawe bermakna keanggunan, kain songket bermakna kesopanan, cek ulew bermakna keagungan dan selempang bermakna keberhasilan. Secara sosiologis dari seluruh rangkaian prosesi tradisi Kedurei Agung terdapat empat perangkat simbol yang masing-masing mempunyai fungsi dan makna mendalam bagi suku Rejang, diantaranya simbol konstitutif sebagai sebuah kepercayaan, simbol kognitif sebagai ilmu pengetahuan, simbol evaluatif sebagai moralitas/aturan, dan simbol ekspresif sebagai kreativitas. Tradisi Kedurei Agung menunjukkan perilaku dan budaya suku Rejang yang dilandasi oleh tata nilai, moral, ilmu pengetahuan dan spiritualitas.

Item Type: Thesis (Undergraduated)
Subjects: H Social Sciences > H Social Sciences (General)
Divisions: Faculty of Social & Politics Science > Department of Sociology
Depositing User: 58 darti daryanti
Date Deposited: 05 Sep 2023 02:19
Last Modified: 05 Sep 2023 02:19
URI: http://repository.unib.ac.id/id/eprint/15326

Actions (login required)

View Item View Item