KAJIAN EKOLOGI TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA) DI TEGAKAN HUTAN PINUS TAMAN WISATA ALAM DANAU TES KABUPATEN LEBONG PROVINSI BENGKULU

Mezi, Vionata and Wahyudi, Arianto and Wiryono, Wiryono (2020) KAJIAN EKOLOGI TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA) DI TEGAKAN HUTAN PINUS TAMAN WISATA ALAM DANAU TES KABUPATEN LEBONG PROVINSI BENGKULU. Undergraduated thesis, Universitas Bengkulu.

[img] Text (Thesis)
skripsi fixs mezi vionata e1b016072.pdf - Bibliography
Restricted to Repository staff only
Available under License Creative Commons GNU GPL (Software).

Download (5MB)

Abstract

Tumbuhan paku (Pteridophyta) termasuk ke dalam tumbuhan kormus (dapat dibedakan antara akar, batang dan daun). Tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang heterogen ditinjau dari aspek habitat dan cara hidupnya. Tumbuhan paku memiliki zat hijau daun (klorofil) yang berfungsi untuk memasak makanan (fotosintesis). Tumbuhan paku dalam dunia tumbuh-tumbuhan termasuk golongan besar atau divisi Pteridophyta. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan peralihan antara tumbuhan bertalus dengan tumbuhan berkormus, sebab paku mempunyai campuran sifat dan bentuk antara lumut dan tumbuhan tingkat tinggi (Arini dan Kinho, 2012). Berdasarkan habitatnya, tumbuhan paku dibedakan dalam beberapa tipe yaitu paku teresterial, epifit dan akuatik. Paku teresterial adalah paku yang hidup di atas tanah, paku epifit adalah paku yang memanfaatkan pohon inang sebagai tempat hidupnya, sedangkan paku akuatik adalah paku yang dapat hidup di dalam air (kurniawan, 2009). Kajian Ekologi Tumbuhan Paku (Pteridophyta) dilakukan di Tegakan Hutan Pinus Taman Wisata Alam Danau Tes Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu. Pengambilan data menggunakan metode jalur transek pada jalur pengamatan dan penentuan sampel secara sistematis kiri dan kanan dengan cara membuat plot pengamatan berukuran 2 x 2 m dan jarak antar plot 20 m. Variabel yang diamati berupa komposisi jenis tumbuhan paku, komposisi jenis tumbuhan bawah lainnya pada habitat tumbuhan paku, serta kondisi fisik lingkungan. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, ditemukan 13 jenis tumbuhan paku yang tergolong kedalam 10 suku, yang didominasi oleh Nephrolepis biserrata (Sw) Schott sebanyak 60 individu. Tumbuhan paku tersebut ditemukan pada ketinggian di bawah 1.000 m dpl. Komposisi penyusun pada habitat tumbuhan paku yang ditemukan pada kedua jalur transek yaitu sebanyak 8 suku yang terdiri dari 15 jenis dan 334 individu, didominasi oleh Centotheca lappaceae L (Jalur transek 1) dan Clidemia hirta (Jalur transek 2). Indeks keanekaragaman tertinggi antara kedua jalur transek terdapat pada jalur transek 1 (500 m) yaitu 0,81 sedangkan indeks keanekaragaman terendah terdapat di jalur transek 2 yaitu 0,76. Berdasarkan kriteria Indeks Keanekaragaman H’<1 artinya keanekaragaman di lokasi penelitian tergolong rendah. Sifat fisik lingkungan pada kedua jalur transek menunjukkan bahwa kisaran suhu minimum yaitu 27,10C-27,60C, sedangkan suhu maksimum yaitu 28,660C-30,330C. Nilai kelembaban udara kisaran 85,5%-96,66%. Hasil analisis tanah pada habitat tumbuhan paku menunjukkan bahwa pH tanah pada kedua jalur transek yaitu 4,00 dan 3,90. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (PPT, 1983), tanah pada kedua tipe habitat tergolong “sangat masam”. Kadar unsur Nitrogen pada kedua jalur transek berkisar antara 0,33%- 0,34%, artinya kadar unsur Nitrogen pada habitat tumbuhan paku tergolong “sedang”. Kadar unsur Fosfor (P) tergolong “sangat rendah” dan kadar unsur Kalium (K) tergolong “rendah” pada habitat tumbuhan paku.

Item Type: Thesis (Undergraduated)
Subjects: S Agriculture > SD Forestry
Divisions: Faculty of Agriculture > Department of Forestry
Depositing User: sugiarti sugiarti
Date Deposited: 06 Oct 2023 02:51
Last Modified: 06 Oct 2023 02:51
URI: http://repository.unib.ac.id/id/eprint/16702

Actions (login required)

View Item View Item