Pertumbuhan Agen Antagonis pada Seresah Daun Akasia dan Potensinya untuk Mengendalikan Patogen Busuk Akar Acacia mangium Willd. Secara In Vitro

Maria , Elda and Mucharromah, Mucharromah and Misnawaty, Misnawaty (2009) Pertumbuhan Agen Antagonis pada Seresah Daun Akasia dan Potensinya untuk Mengendalikan Patogen Busuk Akar Acacia mangium Willd. Secara In Vitro. Undergraduated thesis, Fakultas Pertanian UNIB.

[img] Text
ELDA MARIA FE-2.pdf - Bibliography
Restricted to Registered users only
Available under License Creative Commons GNU GPL (Software).

Download (1MB)

Abstract

Akasia (Acacia mangium Willd.) merupakan salah satu tanaman yang dipilih untuk dikembangkan sebagai komoditi utama Hutan Tanaman Industri (HTI) untuk pulp, karena jenis ini dapat beradaptasi terhadap berbagai tipe lingkungan, cepat tumbuh, dan mampu tumbuh baik di tanah yang miskin hara, serta mampu bersaing dengan gulma seperti alang-alang. Pengembangan akasia secara luas dan monokultur mendukung timbulnya gangguan hama dan penyakit. Salah satu penyakit yang menyerang HTI A. mangium di Sumatera Selatan adalah penyakit busuk akar yang disebabkan oleh Jamur Akar Putih (JAP) Rigidoporus microporus, disamping penyakit busuk akar lainnya. Patogen ini termasuk patogen tular tanah yang bersifat polifag, yang berarti memiliki beragam inang, sehingga sangat sulit dikendalikan. Untuk mengatasi masalah ini perlu dilakukan tindakan pengendalian dengan teknik pengendalian hayati memanfaatkan jamur antagonis, karena pengendalian hayati dengan menggunakan jamur antagonis patogen cukup memberi harapan karena tersedia di alam serta memberikan keuntungan yang dapat menekan patogen dalam waktu relatif lama dan tidak menimbulkan efek residu pada lingkungan. Penelitian sebelumnya tentang daya tumbuh agen antagonis pada medium kompos serbuk kayu akasia dan potensinya untuk mengendalikan pertumbuhan patogen busuk akar pada A. mangium, menunjukan bahwa tiga agen antagonis yaitu Gliocladium sp, Trichoderma sp dan Trichoderma viride yang telah diuji memiliki potensi antagonis dengan daya hambat >70% dan direisolasi dari kompos masih mempertahankan daya hambatnya terhadap R. microporus dengan persentase penghambatan masing-masing secara berurutan adalah 81,8%, 79,2% dan 83,8%. Namun dengan makin terbatasnya ketersediaan kompos kulit akasia maka diperlukan alternatif media yang lebih tersedia di lapangan, terutama pada spot busuk akar yang ada, dan mudah cara pengaplikasiannya, yaitu seresah daun akasia. Seresah daun akasia selalu tersedia di lapangan karena jenis tanaman ini menggugurkan daunnya setiap saat, sehingga pengaplikasian agen antagonis diharapkan dapat dilakukan dengan lebih mudah. Untuk itu perlu diketahui daya tumbuh agen antagonis potensial tersebut pada seresah daun akasia, dan potensinya untuk menghambat pertumbuhan JAP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pertumbuhan agen antagonis pada seresah daun akasia dan potensinya untuk mengendalikan pertumbuhan patogen busuk akar R. microporus dari pertanaman A. mangium secara In Vitro. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Juni 2009 di Laboratorium Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Penelitian terdiri dari dua tahap, yaitu pengujian daya tumbuh agen antagonis pada seresah daun akasia, dan pengujian daya hambat agen antagonis dari seresah daun akasia terhadap patogen JAP R. microporus yang diisolasi dari area terserang busuk akar di Sumatera Selatan. Kedua pengujian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama terdiri dari isolat jamur antagonis yaitu: A1 = Gliocladium sp., A2 = Trichoderma viride., A3 = Aspergillus sp., A4 = Trichoderma harzianum, A5 = Kombinasi keempat jamur antagonis, A6 = Kontrol (PDA tanpa antagonis ditambah JAP), dan faktor kedua yaitu konsentrasi agen antagonis, terdiri dari P1 = 10 5 konidia/ml suspensi, P2 = 10 6 konidia/ml suspensi dan P3 = 10 4 konidia/ml suspensi. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak lima kali. Perlakuan pada seresah daun akasia sebanyak 7ml suspensi per petri dengan masing-masing kerapatan konidia yang dipakai. Sedangkan pengujian dengan PDA dan JAP, menggunakan 0.5 ml suspensi per petri dengan masing-masing kerapatan konidia yang dipakai. Hasil penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan jamur antagonis pada seresah daun akasia dengan perlakuan populasi awal 10 4 konidia/ml tertinggi secara berurutan adalah Gliocladium sp., T. viride, T. harzianum, dan A. niger, dengan kelipatan pertambahan konidia dari populasi awal berturut-turut adalah 49.280; 42.240; 39.040 dan 17.280 kali lipat pada hari ke-14. Dari semua perlakuan dengan empat jenis jamur antagoni uji, yang menunjukan efektivitas tinggi untuk menghambat pertumbuhan JAP pada media PDA adalah Gliocladium sp., T. viride., T. harzianum dan A. niger., dengan persentase penghambatan pada perlakuan 10 6 konidia/ml berturut-turut adalah 100%, 95.56%, 95.11% dan 90%. Sedangkan perlakuan kombinasi antagonis juga menunjukkan persentase hambatan yang tinggi, sebesar 96.22%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga agen antagonis yang diuji sangat prospektif untuk digunakan sebagai agen pengendali hayati patogen busuk akar putih A. mangium melalui applikasi ke seresah daun akasia. Namun demikian hal ini masih perlu pengujian lebih lanjut di lapangan.

Item Type: Thesis (Undergraduated)
Subjects: S Agriculture > S Agriculture (General)
Divisions: Faculty of Agriculture > Department of Agroecotechnology
Depositing User: 012 Adek Adek
Date Deposited: 29 Nov 2013 00:59
Last Modified: 29 Nov 2013 00:59
URI: http://repository.unib.ac.id/id/eprint/2317

Actions (login required)

View Item View Item