Rahmadani, Yuniar and Sumarto, Widiono and Sri, Handayani Hanum (2009) Balita Gizi Buruk: Sebuah Potret Kemiskinan Keluarga (Studi Di Kelurahan Air Bang, Kecamatan Curup Tengah, Kabupaten Rejang Lebong). Undergraduated thesis, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik UNIB.
Text
Yuniar R Ok.pdf - Bibliography Restricted to Registered users only Available under License Creative Commons GNU GPL (Software). Download (2MB) |
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan permasalahan balita gizi buruk dengan menulusuri upaya keluarga balita gizi buruk dalam memenuhi asupan gizi pada balita. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif. Data penelitian ini dikumpulkan dengan metode teknik pengamatan tidak terlibat (observasi non partisipant) dan wawancara tidak berstruktur namun tetap terfokus pada aspek-aspek yang dijadikan pokok kajian dalam penelitian ini. Penelitian ini dilakukan di kelurahan Air Bang, Kecamatan Curup Tengah, Kabupaten Rejang Lebong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lemahnya ekonomi, dan rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi balita menjadi penghambat bagi keluarga dalam upaya menyediakan asupan gizi bagi balita. Lemahnya ekonomi keluarga balita gizi buruk terlihat dari pekerjaan orang tua balita gizi buruk sebagai buruh merumput yang berupah minim, orang tua balita gizi buruk bekerja di lahan kerabat dan tetangga. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya upah merumput di lahan kerabat dan tetangga adalah sama saja. Hanya saja bekerja pada kerabat memungkinkan untuk selalu mendapat panggilan merumput dan sesekali memperoleh bagian hasil panen yang dapat dibawa pulang. Lemahnya ekonomi keluarga berdampak pada frekuensi makan balita adalah yang 2 kali sehari, dengan ragam menu makan yang minim seperti tahu, tempe, sayur seperti sawi, kangkung dan bayam sedangkan telur dan ikan sangat jarang, sementara daging tidak pernah. Pemberian susu formula sebagai pendamping dan pengganti ASI tidak rutin dan berhenti sebelum balita berusia 2 tahun. Balita selepas dari ASI atau ketika berumur di atas 2 tahun tidak minum susu. Rendahnya pengetahuan ibu mengenai gizi balita tergambar pada pemberian MP ASI yang terlalu dini, di antara balita ada yang sudah diberi MP ASI ketika balita berusia 1 bulan. Hal lain yang tergambar adalah minimnya gizi ibu yang mengakibatkan minimnya produktivitas ASI sehingga mayoritas balita tidak mendapatkan ASI yang rutin dan berkelanjutan hingga usia 2 tahun. Ibu balita tidak mengubah pola makannya di saat sedang menyusui dan tidak memakan makanan atau meminum minuman khusus yang dapat memperlancar dan meningkatkan produktivitas ASI. Frekuensi makan ibu 2 kali sehari dengan ragam menu yang minim seperti tahu, tempe, ikan teri/ikan asin, terasi, dan sayur. Ibu balita gizi buruk masih tidak menganggap penting datang ke Posyandu. Hal ini tergambar dari tidak lengkapnya imunisasi dari balita dan tidak rutinnya ibu mengajak balita untuk melakukan penimbangan berat badan dan mengikuti sejumlah kegiatan kesehatan yang ada di Posyandu. Ibu balita tidak dapat membawa balita ke Posyandu karena jadwal Posyandu berbenturan dengan jadwal merumput, ibu atau balita yang sedang sakit, dan ibu yang sibuk dengan pekerjaan rumah. Masih kuatnya pengetahuan kultural ibu balita gizi buruk yang diperolehnya dari keluarga mengenai persoalan penyakit balita sehingga menyebabkan persepsi ibu mengenai penyebab penyakit dan pengobatannya menjadi tidak tepat.
Item Type: | Thesis (Undergraduated) |
---|---|
Subjects: | J Political Science > JA Political science (General) |
Divisions: | Faculty of Social & Politics Science > Department of Sociology |
Depositing User: | 014 Abd. Rachman Rangkuti |
Date Deposited: | 06 Dec 2013 09:20 |
Last Modified: | 06 Dec 2013 09:20 |
URI: | http://repository.unib.ac.id/id/eprint/3634 |
Actions (login required)
View Item |