TRADISI BELEK JALANG PADA MASYARAKAT REJANG BATIKNAU LAMA

Rahayu, Santi and Yayah , Chanafiah and Emi, Agustina (2013) TRADISI BELEK JALANG PADA MASYARAKAT REJANG BATIKNAU LAMA. Undergraduated thesis, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu.

[img] Text (Thesis)
I,II,III,3-13-san.FI.pdf - Bibliography
Restricted to Registered users only
Available under License Creative Commons GNU GPL (Software).

Download (1MB)
[img] Text (Thesis)
IV,V,LAMP,3-13-san.FI.pdf - Bibliography
Restricted to Registered users only
Available under License Creative Commons GNU GPL (Software).

Download (1MB)

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses dan faktor yang melatarbelakangi tradisi belek jalang serta makna teks dalam tradisi belek jalang. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yaitu dengan cara observasi, wawancara, dan perekaman dan memfoto. Analisis dilakukan dengan mendeskripsikan, mengidentifikasi data, dan membuat kesimpulan. Berdasarkan penelitian dan pembahasan diperoleh hasil : Tradisi Belek Jalang sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Rejang Batiknau Lama. Tradisi belek jalang dilaksanakan tiga hari setelah acara pernikahan yang berlangsung pagi hari dalam bahasa R ej an g disebut “ pelweng” yait u pu kul 07.30 – 11.30 WIB. Dalam tradisi belek jalang ada beberapa oleh-oleh (rubo) yang harus dibawa ialah berupa cincin (cicin), dan tempat sirih (Leguwoi). Cincin diletakkan di atas tempat sirih atau “leguwoi ” untuk diserahkan kepada ibu mempelai wanita sebagai tanda penghormatan kepada ibu mempelai wanita. Faktor yang melatarbelakangi tradisi belek jalang ialah faktor religi dan faktor sosial. Faktor religi memiliki maksud menjauhkan diri dari hal maksiat yang dilarang oleh agama islam. Sedangkan faktor sosial dalam tradisi belek jalang tampak pada keinginan orang tua mempelai wanita yang akan mengadakan tradisi belek jalang setelah menikah untuk menghapus segala pikiran buruk terhadap mempelai wanita. Ada tiga teks yang terdapat dalam tradisi belek jalang yaitu (1) ungkapan memberikan cincin, di mana teks tersebut memiliki makna penghargaan mempelai pria kepada ibu mempelai wanita yang telah menjaga anaknya sehingga anaknya mampu menjaga kesucian dirinya hingga menikah. (2) Doa selamat untuk kedua mempelai, bertujuan memberikan doa kepada kedua mempelai sehingga kedua mempelai selamat dalam menjalani rumah tangganya dan tetap berjalan di jalan yang benar sesuai dengan agama yang mereka yakini. dan (3) pantun, menggambarkan pelaksanaan sebelumnya. Jadi, Seorang wanita harus mampu menjaga kesucian dirinya dari perbuatan-perbuatan yang sangat dilarang oleh agama. Maka dari itu baik pergaulan maupun tingkah laku, cara berpakaian harus lebih diperhatikan sehingga kita tidak terjerumus kedalam pergaulan yang nantinya akan merugikan diri kita sendiri sebagai seorang wanita.

Item Type: Thesis (Undergraduated)
Subjects: L Education > L Education (General)
Divisions: Faculty of Education > Department of Indonesian Language and Literature Education
Depositing User: 021 Nanik Rachmawati
Date Deposited: 31 Dec 2013 10:47
Last Modified: 31 Dec 2013 10:47
URI: http://repository.unib.ac.id/id/eprint/5947

Actions (login required)

View Item View Item