PENAMPILAN LIMA GENOTIPE KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) DAN INSIDENSI SERANGAN PENGISAP POLONG

Najiah, Najiah and Nadrawati, Nadrawati and Eko, Suprijono (2021) PENAMPILAN LIMA GENOTIPE KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) DAN INSIDENSI SERANGAN PENGISAP POLONG. ['eprint_fieldopt_thesis_type_ut' not defined] thesis, Universitas Bengkulu.

[thumbnail of Thesis] Text (Thesis)
Skripsi Najiah E1J014019.pdf - Bibliography
Restricted to Repository staff only
Available under License Creative Commons GNU GPL (Software).

Download (4MB)

Abstract

Kedelai (Glycine max (L.) Merril) tergolong tanaman yang dimanfaatkan sebagai
bahan baku makanan seperti pembuatan tempe, susu kedelai, tauco, tahu dan makanan
lainnya. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk namun tidak diimbangi dengan peningkatan produksinya. Salah satu faktor yang
sering menyebabkan penurunan hasil panen yaitu adanya serangan hama penghisap
polong. Hama penghisap polong menyerang polong kedelai dengan cara menusukkan stilet
pada polong dan mengisap biji sehingga menyebabkan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui insidensi serangan hama pengisap polong pada lima genotipe kedelai.
Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian di Taman Hutan
Raya, Desa Tanjung Terdana, Kecamatan Pondok Kubang Bengkulu Tengah, pada bulan
November 2018 sampai Februari 2019. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
rancangan acak kelompok lengkap (RAKL). Kelima genotipe yang diuji adalah 11AB,
13ED, 14DD, 19BE, 25EC. Masing-masing genotipe ditanam pada petak-petak percobaan
berukuran 3m x 4m dengan tiga ulangan.
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan gulma dan pemupukan.
Penyiraman dilakukan 1 kali pada pagi atau sore hari. Penyiangan gulma dilakukan
sebanyak 2 kali pada saat tanaman berumur 3 minggu dan 6 minggu dengan cara
membersihkan gulma menggunakan sabit. Pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu
pada saat tanaman berumur 7 hst dan 30 hst menggunakan pupuk urea dengan dosis 50
kg/ha (60 g per petak), pupuk TSP dosis 120 kg/ha (120 g per petak) dan pupuk KCl
dengan dosis 100 kg/ha (120 g per petak).
Pengamatan yang dilakukan yaitu jumlah polong, persentase polong terserang,
jumlah trikoma, jumlah biji per polong, persentase biji terserang per tanaman, bobot biji
kering per tanaman dan bobot biji kering per petak.
Pengamatan jumlah polong dilakukan setiap minggu sampai panen dengan
menjumlahkan banyaknya polong yang terbentuk dari satu tanaman. Persentase polong
terserang dihitung dengan cara menghitung polong yang terserang ditandai dengan bintik
hitam pada polong yang dilakukan saat tanaman berumur 57 hari setelah tanam sampai
dengan panen. Pengamatan dilakukan setiap minggu. Jumlah trikoma diamati
menggunakan mikroskop stereo dengan membagi polong menjadi tiga bagian berukuran 25
mm
2
, pengamatan dilakukan sebanyak 1 kali pada umur 55 hst. Jumlah biji per polong
dilakukan setelah panen dengan cara menghitung banyaknya biji dari 10 polong per
tanaman. Persentase biji terserang dihitung dengan cara memisahkan antara biji normal dan
biji terserang. Pengamatan dilakukan setelah panen. Pada variabel bobot biji kering per
tanaman dihitung dengan menimbang bobot kering seluruh biji menggunakan timbanag
analitik yang dilakukan setelah biji dijemur selama 3 sampai 5 hari. Bobot biji kering per
petak dihitung dengan menimbang seluruh biji satu petak perlakuan yang dilakukan setelah
panen.
Data hasil pengamatan dianalisis secara statistic dengan anava pada taraf 5% dan
diuji lanjut mengunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa insidensi serangan hama tertinggi terjadi pada genotipe 13ED,
sebesar 38.50 % pada polong dan 29.37 % pada biji. Sedangkan genotipe 19BE dan 25EC
relative lebih tahan terhadap serangan pengisap polong dengan masing-masing insidensi
pada polong sebesar 32.17 % dan 32.67%, dan pada biji sebesar 10.57 % dan 10.27%. Uji
korelasi antar variabel menunjukan berkorelasi positif pada variabel jumlah biji per polong
dengan persentase polong terserang sedangkan pada variabel jumlah trikoma dengan
persentase polong terserang dan persentase biji terserang tidak ada korelai.
Insidensi serangan pengisap polong terhadap polong dan biji paling besar pada
genotipe 13ED dan paling rendah pada genotipe 25EC. Genotipe 25EC relative tahan
terhadap serangan pengisap polong sedangkan genotipe 13ED yang paling rentan terhadap
serangan. Jumlah biji per polong berkorelasi positif dengan persentase polong terserang
dimana semakin tinggi jumlah biji per polong maka semakin tinggi persentase polong
terserang, sedangkan korelasi pada variabel jumlah trikoma dengan persentase polong
terserang dan persentase biji terserang masing - masing tidak berkorelasi.
Kata Kunci : Genotipe, Kedelai, Insidensi Serangan, Pengisap Polong

Item Type: Thesis (['eprint_fieldopt_thesis_type_ut' not defined])
Subjects: S Agriculture > S Agriculture (General)
Divisions: Faculty of Agriculture > Department of Agroecotechnology
Depositing User: sugiarti sugiarti
Date Deposited: 01 Sep 2023 01:29
Last Modified: 01 Sep 2023 01:29
URI: https://repository.unib.ac.id/id/eprint/15213

Actions (login required)

View Item
View Item