PELESTARIAN BUDAYA “SEKUJANG” MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 56 TAHUN 2022 TENTANG KEKAYAAN INTELEKTUAL KOMUNAL DI WILAYAH KABUPATEN SELUMA

Globalisasi 4.0 telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan,
termasuk dalam pelestarian budaya dan tradisi lokal. Salah satu kelompok etnik yang
menghadapi dampak globalisasi ini adalah Suku Serawai di Kabupaten Seluma.
Tradisi "Sekujang" merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat
Suku Serawai, yang memiliki nilai-nilai, norma, serta makna yang mendalam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap urgensi pelestarian tradisi "Sekujang"
dalam menghadapi era Globalisasi 4.0. Dengan menggunakan pendekatan hukum
Empiris. Pengumpulan Data dilakukan dengan wawancara dan studi kepustakaan, dan
berberapa sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa: (1) Perlu adanya pelindungan hukum terhadap tradisi “sekujang”
dengan cara melakukan pendaftaran tradisi “Sekujang” ke pangkalan data KIK, Hal
ini bertujuan untuk memberikan pengakuan resmi atas keberadaan dan pentingnya
tradisi ini dalam konteks budaya Suku Serawai. (2) Upaya pelestarian yang
berkelanjutan perlu melibatkan partisipasi aktif masyarakat, pemangku kebijakan,
serta dukungan dari berbagai pihak terkait. Penelitian ini memberikan pemahaman
yang lebih mendalam tentang peran serta urgensi pelestarian tradisi "Sekujang" bagi
masyarakat Suku Serawai di Kabupaten Seluma di tengah dinamika era Globalisasi
4.0. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi dasar untuk merumuskan kebijakan serta
tindakan nyata dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya lokal, yang
merupakan aset berharga dalam keragaman budaya di Indonesia.
Kata Kunci: Kekayaan Intelektual Komunal, Sekujang