ANALISIS FUNGSI KEUNTUNGAN USAHATANI SAWI PUTIH PADA STRATA LUAS LAHAN BERBEDA DI KABUPEN REJANG LEBONG

Indonesia merupakan salah satu negara agraris dimana sebagian penduduknya
mayoritas petani. Pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan
perekonomian nasional. Di Indonesia pembangunan pertanian mempunyai kedudukan
strategis dengan kegiatan yang berbasis pada tanaman pangan dan holtikultura. Sektor ini
selain melibatkan tenaga kerja terbesar dalam kegiatan produksi, produknya juga merupakan
bahan pangan pokok pada konsumsi nasional. (Ditjen Hortikultura, 2011).
Tanaman sawi putih (Brassica pekinensis L.) merupakan sayuran daun yang
mempunyai nilai gizi. Sawi putih di Indonesia dikenal dengan nama petsai, kubis cina atau
sawi jantung selain itu memiliki masa panen yang singkat dan pasar yang terbuka luas
merupakan daya tarik untuk mengusahakan sawi putih (Lama dan Simon, 2016).
Kabupaten Rejang Lebong mendapati peringkat tertinggi dalam produksi sawi putih
dengan luas lahan tanam yang juga besar. Produksi sawi putih di Kabupaten Rejang Lebong
tergolong fluktuatif yang disebabkan oleh mahalnya harga input produksi yang terdiri dari
harga benih, harga pupuk, harga pestisida, upah tenaga kerja serta harga faktor produksi
lainnya yang tersedia tidak seimbang dengan hasil produk sawi putih yang dihasilkan.
Meningkatnya biaya produksi yang diakibatkan karena kenaikan harga faktor produksi akan
berdampak terhadap turunnya keuntungan petani jika harga produk naik dan harga faktor
produksi turun, maka dapat meningkatkan produksi sehingga mengakibatkan meningkatnya
keuntungan yang diterima (Kurniati, 2015). Apabila harga produk turun dan harga faktor
produksi naik sehingga mengakibatkan menurunnya keuntungan yang diterima, karena
sedikitnya penggunaan faktor produksi akan menjadikan hasil produksi berkurang. Terlepas
dari itu dalam berusahatani sawi putih tentunya dalam mencapai keuntungan sangat
dipengaruhi oleh harga faktor-faktor produksi itu sendiri yang terdiri dari harga benih, harga
pupuk, harga pestisida, upah tenaga kerja serta harga faktor produksi lainnya. Menurut
Maridelana,dkk (2014), semakin meningkatnya luas lahan yang digunakan maka semakin
tinggi produksi yang dihasilkan. Hal tersebut dapat menyebabkan keuntungan yang diterima
akan meningkat.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis keuntungan petani sawi putih dengan
strata luas lahan yang berbeda, (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
keuntungan pada usahatani sawi putih dengan strata luas lahan berbeda. Lokasi penelitian
dilakukan secara sengaja di Kabupaten Rejang Lebong. Pengambilan data dilakukan kepada
115 petani sawi putih dari hasil penentuan sample metode sample acak berstrata dan dibagi
menjadi tiga strata luas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis biaya
usahatani dan analisis fungsi keuntungan Cobb-Douglass Unit Output Price, menggunakan
Shazam versi 10 untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan usahatani sawi
putih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat keuntungan yang didapat dari
usahatani sawi putih pada strata sempit sebesar Rp 327.002/UT/MT, pada strata sedang
sebesar Rp 638.693/UT/MT dan pada strata luas sebesar Rp 1.138. 409/UT/MT. Faktor�faktor yang memiliki pengaruh negatif secara nyata terhadap keuntungan usahatani sawi
putih di Kabupaten Rejang Lebong adalah harga pupuk kandang pada setiap strata lahan dan
upah tenaga kerja pada setiap strata lahan. Faktor –faktor yang memiliki pengaruh negatif
dan tidak nyata terhadap keuntungan usahatani sawi putih di Kabupaten Rejang Lebong
adalah harga pupuk NPK pada strata lahan luas dan strata lahan gabungan. Sementara faktor
yang memiliki pengaruh positif terhadap keuntungan usahatani sawi putih di Kabupaten
Rejang Lebong adalah luas lahan.
Kata Kunci: Usahatani sawi putih, fungsi keuntungan, cobb douglas