MEDIASI KOMITMEN ORGANISASI DALAM PENGARUH ORGANIZATIONAL CHANGE MANAGEMENT, LEADER MEMBER-EXCHANGE, DAN KEADILAN ORGANISASI TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PEGAWAI POLRI DI POLDA METRO JAYA, POLDA SULAWESI SELATAN DAN POLDA BENGKULU

Konsep kewargaan organisasi yang banyak dikaji oleh para peneliti adalah
Organizational Citizenship Behavior (OCB) atau perilaku kewargaan. OCB
sebagai seperangkat perilaku di tempat kerja yang melampaui persyaratan
pekerjaan dasar seseorang. Jika seseorang mengikuti peran yang ditentukan atau
memenuhi tugas pekerjaan formal, itu bukan demonstrasi OCB. Perilaku tersebut
harus berada di luar peran formal individu dalam organisasi, oleh karena itu OCB
tidak dihargai secara formal. Jika seorang individu menunjukkan OCB, maka akan
memberikan kesan positif pada supervisor yang pada akhirnya akan memberikan
manfaat di tempat kerja, seperti kenaikan gaji atau promosi.
Fungsi efektif suatu organisasi tergantung pada perilaku karyawan. Jika OCB
merupakan anteseden signifikan terhadap kinerja organisasi yang nyata, maka
manajer perlu memperhatikan hal tersebut. Studi mengenai OCB dapat membantu
untuk memahami bagaimana orang berkontribusi pada organisasi. Studi mengenai
OCB sangat penting bagi organisasi manapun. Agar pemimpin memiliki
pemahaman yang lebih baik mengenai perilaku karyawan dalam organisasi perlu
memiliki pengetahuan organisasi baru, seperti OCB.
Agar dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi manajemen
berbagai Kepolisian Daerah (Polda) di Indonesia pada masa yang akan datang
mengenai OCB pegawai Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) yang
terdiri atas anggota Polri dan pegawai Aparatur Sipil Negara/ASN Polri, maka
dilibatkan empat variabel yang diduga berpengaruh terhadap peningkatan OCB
mereka meliputi Organizational Change Management (OCM), Leader-Member
Exchange (LMX), keadilan organisasi, dan komitmen organisasi. Implikasinya,
dalam menjalankan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi)-nya, masing-masing
Polda akan memberikan perhatian dan perbaikan serius terhadap variabel OCM,
LMX, dan keadilan organisasi untuk membentuk komitmen organisasi para
pegawainya. Dengan terbentuknya komitmen organisasi yang tinggi dalam diri
masing-masing pegawai akan mampu meningkatkan OCB mereka pada masa
yang akan datang. Dampak positif dengan baiknya kondisi kelima variabel
viii
tersebut, maka citra Polri akan semakin baik di mata masyarakat dan para
pemangku kepentingan (Pemerintah Daerah/Pemda, lembaga pemerintahan
lainnya, dan sebagainya).
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) Menguji dan
menganalisis pengaruh OCM terhadap komitmen organisasi pegawai Polri; (2)
Menguji dan menganalisis pengaruh LMX terhadap komitmen organisasi pegawai
Polri; (3) Menguji dan menganalisis pengaruh keadilan organisasi terhadap
komitmen organisasi pegawai Polri; (4) Menguji dan menganalisis pengaruh
OCM terhadap OCB pegawai Polri; (5) Menguji dan menganalisis pengaruh LMX
terhadap OCB pegawai Polri; (6) Menguji dan menganalisis pengaruh keadilan
organisasi terhadap OCB pegawai Polri; (7) Menguji dan menganalisis
kemampuan komitmen organisasi memediasi pengaruh OCM terhadap OCB
pegawai Polri; (8) Menguji dan menganalisis kemampuan komitmen organisasi
memediasi pengaruh LMX terhadap OCB pegawai Polri; (9) Menguji dan
menganalisis kemampuan komitmen organisasi memediasi pengaruh keadilan
organisasi terhadap OCB pegawai Polri; dan (10) Menguji dan menganalisis
pengaruh komitmen organisasi terhadap OCB pegawai Polri.
Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Metode pengumpulan data menggunakan metode kuesioner yang secara
substansial berisikan pertanyaan yang berhubungan dengan kelima variabel
tersebut dan dokumentasi. Metode analisis menggunakan Confirmatory Factor
Analysis (CFA) dengan pendekatan Structural Equation Modelling (SEM). Alat
analisis yang digunakan adalah Linier Structural Relationship (LISREL) Student
Version 9.30 for Windows.
Hasil penelitian menunjukkan (1) OCM berpengaruh terhadap komitmen
organisasi; (2) LMX berpengaruh terhadap komitmen organisasi; (3) keadilan
organisasi berpengaruh terhadap komitmen organisasi; (4) OCM tidak
berpengaruh terhadap OCB; (5) LMX berpengaruh terhadap OCB; (6) keadilan
organisasi berpengaruh terhadap OCB; (7) komitmen organisasi tidak mampu
memediasi pengaruh OCM terhadap OCB; (8) komitmen organisasi memediasi
pengaruh LMX terhadap OCB; (9) komitmen organisasi memediasi pengaruh
keadilan organisasi terhadap OCB; dan (10) komitmen organisasi berpengaruh
terhadap OCB.
Konstruk OCM dengan kategori baik. Indikator x4 (perubahan kepemimpinan)
merupakan prediktor terkuat dengan kategori sangat setuju dan indikator x7
(perubahan tatanan organisasi) merupakan prediktor terlemah dengan kategori
tidak setuju yang membentuk konstruk ini. Untuk masa yang akan datang, ketiga
Polda sebaiknya tetap memberikan perhatian dan perbaikan terhadap konstruk ini,
khususnya untuk indikator x7 (perubahan tatanan organisasi), x8 (perubahan nilai�nilai yang dianut organisasi), dan x9 (perubahan budaya organisasi).
ix
Konstruk LMX dengan kategori sangat baik. Indikator x13 (koordinasi Polda
dengan Polres), x14 (koordinasi Polda dengan Polsek), x15 (koordinasi Polres
dengan Polsek), x19 (partisipasi dalam kegiatan mingguan), x20 (partisipasi dalam
kegiatan bulanan), dan x21 (partisipasi dalam kegiatan tahunan) merupakan enam
prediktor terkuat dengan kategori sangat baik dan indikator x3 (pengaruh
kecerdasan emosional) merupakan prediktor terlemah dengan kategori tidak baik
yang membentuk konstruk ini. Untuk masa yang akan datang, ketiga Polda
sebaiknya tetap memberikan perhatian dan perbaikan terhadap konstruk ini,
khususnya untuk indikator x3 (pengaruh kecerdasan emosional).
Konstruk keadilan organisasi dengan kategori sangat baik. Indikator x9 (rasa
hormat) merupakan prediktor terkuat dengan kategori sangat baik dan indikator x8
(komunikasi yang jujur) merupakan prediktor terlemah dengan kategori setuju
yang membentuk konstruk ini. Untuk masa yang akan datang, ketiga Polda
sebaiknya tetap memberikan perhatian dan perbaikan terhadap konstruk ini.
Konstruk komitmen organisasi dengan kategori baik. Indikator x1 (kepercayaan
pada tujuan dan nilai-nilai institusi) merupakan prediktor terkuat dengan kategori
sangat baik dan indikator x5 (kurangnya alternatif pekerjaan) merupakan prediktor
terlemah dengan kategori cukup baik yang membentuk konstruk ini. Untuk masa
yang akan datang, ketiga Polda sebaiknya tetap memberikan perhatian dan
perbaikan terhadap konstruk ini.
Konstruk OCB dengan kategori sangat baik. Indikator x6 (partisipasi organisasi)
dan x25 (ketelitian dalam perencanaan) merupakan dua prediktor terkuat dengan
kategori sangat baik dan indikator x1 (mengorbankan kepentingan pribadi)
merupakan prediktor terlemah dengan kategori cukup baik yang membentuk
konstruk ini. Dengan adanya perhatian dan perbaikan yang dilakukan oleh ketiga
Polda, khususnya terhadap empat konstruk lainnya yang meliputi OCM, LMX,
keadilan organisasi, dan komitmen organisasi, maka meningkatkan OCB pegawai
Polri pada masa yang akan datang.
Kata kunci: Organizational Change Management; Leader-Member Exchange;
Keadilan Organisasi; Komitmen Organisasi; Organizational
Citizenship Behavior