GOLONGAN PUTIH (GOLPUT) DALAM PEMILU LEGISLATIF 2009 DI KOTA BENGKULU

Elisabeth Sinaga, Ester and Titiek, Kartika and Mirza, Yasben (2010) GOLONGAN PUTIH (GOLPUT) DALAM PEMILU LEGISLATIF 2009 DI KOTA BENGKULU. Undergraduated thesis, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik UNIB.

[img] Text
Ester Skripsi.pdf - Bibliography
Restricted to Registered users only
Available under License Creative Commons GNU GPL (Software).

Download (2MB)

Abstract

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica. Dan salah satu bentuk dari demokrasi adalah PEMILU. Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan UUD RI Tahun 1945. Pemilu yang dilaksanakan ditahun 2009 merupakan Pemilu yang ke-10. Dimana berdasarkan sejarah Pemilu Indonesia dimulai pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009 dan setelah reformasi tingkat golput di Indonesia semakin meningkat. Dan Golongan Putih adalah sebutan bagi masyarakat yang tidak memihak salah satu Caleg/Pasangan calon atau yang tidak menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu ataupun Pilkada dan apa saja faktor-faktornya. Dimana dalam menentukan seseorang itu dikatakan golput peneliti memiliki 2 pandangan yaitu berdasarkan dari KPU dan Asfar. Dan berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Golongan Putih (GOLPUT) Dalam Pemilu Legislatif 2009 di Kota Bengkulu”. Metode yang digunakan adalah deskriptif Kualitatif dengan pendekatan Etnografi dan pengumpulan data menggunakan data primer dan sekunder. Penentuan informan sebanyak 26 orang yang terdiri dari 19 masyarakat golput dan 7 penyelenggara dengan menggunakan teknik snowball sampling. Konsep fokus dalam penelitian ini sebanyak 7 item. meliputi kriteria golput berdasarkan versi KPU, indikator seseorang dikatakan dalam golput (KPU, Masyarakat), Tingkat golput dikota Bengkulu, Kendala-kendala yang dihadapi pihak KPU, pandangan masyarakat melihat Pemilu dalam konteks penggunaan hak pilihnya, pandangan masyarakat terhadap sosialisasi Pemilu yang dilakukan KPU, dan harapan masyarakat dan strategi KPU untuk dapat mengantisipasi masyarakat agar angka golput dapat ditekan. Berdasarkan analisis hasil penelitian bahwa tingkat golput meningkat. Dan dalam menentukan seseorang untuk golput ada baiknya jika kita juga membandingkan dengan teori Asfar ini dikarenakan berdasarkan data rekapitulasi KPU kertas suara tidak sah cukup besar perbedaannya antara DPR RI, DPRD Provinsi/Kota/Kabupaten, DPD. Jika memang masyarakat tidak mengetahui pencontrengan yang baik pasti selisih perbedaannya tipis. Berdasarkan informan yang didapat juga bahwa ada pemilih yang sengaja merusak salah satu kertas suaranya, berarti berdasarkan teori Asfar ada benarnya juga dan ini dapat menjadi bahan perbandingan. Untuk melihat ada tidak kaitan tingkat golput antara Pilkada 2005 dan Pileg 2009 ternyata tidak ada pengaruhnya dan terbukti tingkat golput Pileg 2009 lebih rendah dibandingkan Pilkada 2005 kemarin namun antara Pileg 2004 dengan Pileg 2009 itu ada.Ada beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat memilih golput dan peneliti mengelompokkan mejadi 5 yaitu Faktor apatisme, Ideologis, Teknis, Ketepatan Waktu, keadaan kondisi yang tidak memungkinkan. Untuk sosialisasi dan kendala Pemilu tidak ada ditemukan oleh pihak KPU kota Bengkulu.

Item Type: Thesis (Undergraduated)
Subjects: J Political Science > JF Political institutions (General)
Divisions: Faculty of Social & Politics Science > Department of Public Administration
Depositing User: 014 Abd. Rachman Rangkuti
Date Deposited: 22 Nov 2013 19:26
Last Modified: 22 Nov 2013 19:26
URI: http://repository.unib.ac.id/id/eprint/1837

Actions (login required)

View Item View Item