PENGARUH SUPLEMENTASI SAKURA BLOK PLUS CACING TANAH TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA SAPI LOKAL (KAUR)

Fany, Navionita and Edi, Soestrisno and Bieng, Brata (2023) PENGARUH SUPLEMENTASI SAKURA BLOK PLUS CACING TANAH TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA SAPI LOKAL (KAUR). Undergraduated thesis, Universitas Bengkulu.

[img] Archive (Thesis)
SKRIPSI - Fany Navionita (E1C018058) - Fany Navionita.pdf - Bibliography
Restricted to Repository staff only
Available under License Creative Commons GNU GPL (Software).

Download (2MB)

Abstract

Sapi Kaur merupakan sapi lokal yang terdapat dan sudah beradaptasi lama di Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu. Sapi Kaur berasal dari India yang dibawa oleh pedagang-pedagang zaman belanda dalam rangka penyebarluasan ternak sapi melalui Aceh. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kaur mencatat, populasi sapi di Kabupaten Kaur setiap tahun terus bertambah. Hasil pendataan yang dilakukan lembaga itu menunjukkan, populasi sapi di Kabupaten Kaur tahun 2015 mencapai 10.100 ekor. Angka ini mengalami peningkatan dibanding tahun 2011 yang hanya mencapai 6.024 ekor. Perlindungan terhadap sapi Kaur adalah langkah yang harus diambil untuk mencegah dari ancaman kepunahan. Dalam mengambil langkah tersebut, salah satu hal penting adalah memelihara karakteristik sifat-sifat yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Sapi Kaur betina memiliki ciri khas yaitu tanduk yang melengkung kedepan sedangkan yang jantan mengarah kebelakang. Penggunaan sakura block sebagai feed supplement telah diuji pada ruminansia dan telah diproduksi oleh Laboratorium Nutrisi, Departemen Peternakan, Universitas Bengkulu. Blok Sakura terdiri dari 72,59% Total nutrisi yang dapat dicerna (TDN). 89,19% bahan kering, 17,39% protein kasar, 3,73% serat kasar, 3,36% lemak kasar, 7,55% abu dan 65,1% Nitrogen Free Extract (NFE). 10% dari total kebutuhan suplementasi bahan kering dapat meningkat pertambahan bobot badan 0,6 kg per hari pada sapi Kaur dan 0,50 kg per hari pada sapi Bali. Kandungan gizi pada cacing tanah sangatlah tinggi dibandingkan dengan tepung ikan. Kadar protein cacing tanah berkisar antara 64-76%, sedangkan tepung ikan hanya memiliki kandungan protein sekitar 58%, selain itu memiliki kadar lemak yang cukup rendah sekitar 7- 10% serta kandungan lain yang terdapat pada cacing tanah diantarnya 0,55% kalsium, 1% fosfor, dan 1,08% serat kasar. Cacing tanah bisa dikembangkan dengan mengintegrasikan sapi-kelapa sawit karena sebagian besar sumber makanannya adalah kotoran sapi yang sudah membusuk. Cacing tanah bisa pecah menurunkan kotoran sapi menjadi 3-5 kali lebih cepat daripada pengurai lain dengan kualitas yang lebih baik untuk mendukung minyak pertumbuhan kelapa sawit. Cacing tanah mengandung 63,08% protein kasar, 18,51% lemak kasar, 1,08% serat kasar, abu, dan 12,41% ekstrak bebas Nitrogen. Tepung cacing tanah mengandung asam amino bercabang 2,75% valin, 2,96% leusin, dan 3,14% isoleusin. Penelitian ini bertujuan untuk menguji 4 formulasi ransum berbasis pelepah sawit amoniasi sebagai substitusi hijauan yang disuplementasi sakura blok plus cacing terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik pada Sapi Lokal (Kaur). Penelitian ini dilaksanakan selama ± 6 bulan yaitu dari bulan Februari sampai dengan bulan Juli dari mulai persiapan pakan sampai sampel selesai dianalisis. Penelitian ini dilaksanakan di Commercial Zone and Animal Laboratory (CZAL) dan untuk analisis proksimat dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi Makanan Ternak Universitas Andalas Padang (UNAND). Penelitian ini menggunakan 4 ekor sapi lokal (Kaur) dengan rataan berat ± 107 kg dimana 4 perlakuan setiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL). Semua perlakuan diberi pakan pelepah sawit amoniasi, konsentrat dan sakura blok dengan masing-masing perlakuan P0 : sakura blok 10%, P1 : sakura blok plus cacing tanah 8 %, P2 : sakura blok plus cacing tanah 10 %, dan P3 : sakura blok plus cacing tanah 12 %. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) untuk melihat perbedaan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi Bahan Kering dan Bahan Organik. Dan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap produksi feses BK dan BO, Kecernaan BK P0 (72%), P1 (74,3%), P2 (73,2%), P3 (73,9%) dan BO P0 (80,8%), P1(82,5%), P2 (81,94%), P3 (82,43%).

Item Type: Thesis (Undergraduated)
Subjects: S Agriculture > S Agriculture (General)
Divisions: Faculty of Agriculture > Department of Animal Science
Depositing User: Sugiarti, S.IPust
Date Deposited: 28 Aug 2024 01:33
Last Modified: 28 Aug 2024 01:33
URI: http://repository.unib.ac.id/id/eprint/20755

Actions (login required)

View Item View Item