THE SOCIETY OF SPECTACLE: CITAYAM FASHION WEEK AND THE HYPERREALITY ON SOCIAL MEDIA

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya konten media
sosial yang bertemakan Citayam Fashion Week. Fenomena
sekelompok anak muda yang berkumpul di kawasan SCBD
Jakarta dan membuat konten di media sosial yang
menampilkan atraksi fashion show di penyebrangan jalan ini
menarik perhatian masyarakat dari berbagai kalangan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan
pembentukan masyarakat tontonan (society of spectacle)
terkait fenomena Citayam Fashion Week di media sosial.
Penelitian ini menggunakan pendekatan ualitatif deskriptif
dengan paradigma kritis. Metode analisis dilakukan dengan
menggunakan analisis semiotika dari Roland Barthes dengan
tujuan mengetahui bagaimana suatu tontonan dapat diciptakan
melalui proses pemilihan tanda yang digunakan dalam teks.
Dikaitkan dengan fenomena sosial, konsep mitos milik Barthes
akan mampu menjelaskan bagimana mitos atau ideologi
dominan yang dilanggengkan dalam penciptaan tontonan di
media digital terkait Citayam Fashion Week. Temuan penelitian
menujukkan bahwa Citayam Fashion Week merupakan bentuk
kontradiktif dari realitas kehidupan remaja sebenarnya dan hal ini merupakan gambaran negatif dari budaya media yang dapat
merusak cara berfikir remaja yang seharusnya lebih produktif
justru menjadi konsumtif. Representasi yang ditunjukkan oleh
Citayam Fashion Week merupakan bentuk perlawanan dari
kelas sosial di Indonesia yang tidak mendapati ruang di layar
kaca. Namun nyatanya pembentukan masyarakat tontonan
yang ada juga disokong oleh kepentingan kapitalis dalam
menjadikan Citayam Fashion Week sebagai pasar baru yang
menjadi perantara penjualan produk dan tren konsumtif dalam
fashion.
Kata kunci: Citayam Fashion Week, Society of Spectacle,
Hyperreality, Social Media