PENGARUH PERLAKUAN KIMIA TERHADAP KETANGGUHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT LANTUNG (ARTOCARPUS ELASTICUS)

Kulit pohon lantung atau dikenal juga kulit pohon terap banyak digunakan
untuk pembuatan kerajinan khas Bengkulu dan kebutuhan rumah tangga. Kulit
pohon lantung memiliki serat yang karakteristiknya lentur, kuat dan seratnya
sejajar. Dengan tekstur seperti itu sangat memungkinkan untuk dijadikan serat
penguat komposit. Sebelum dijadikan serat, kulit pohon lantung harus diolah
terlebih dahulu dengan berbagai proses pengolahan.
Metodologi dari penelitian adalah pengolahan, pembuatan dan pengujian
spesimen komposit berpenguat serat kulit pohon lantung. Proses pengolahan
dilakukan langsung dari pohon lantung hingga menjadi serat kulit pohon lantung,
kemudian dilakukan proses alkalisasi pada serat dengan tujuan membebaskan
serat dari kotoran, wax coating (lapisan lilin) ,dan ligning (menyamakan).
Spesimen yaitu komposit berpenguat serat kulit pohon lantung dengan beberapa
variasi proses alkalisasi dilakukan pengujian impak dan foto makro.
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah proses pengolahan kulit
lantung adalah diawali dengan penebengan, selanjutnya dilakuka pemotongan dan
pemipihan kulit kayu lantung kemudian pengelupasan kulit, setelah berbentuk
lembaran kulit pohon lantung dicuci dengan air untuk menghilangkan getah,
kemudian disisir sampai berbentuk benang, kemudian serat yang telah berbentuk
benang dicetak menjadi spesimen. Hasil pengujian impak yang terkecil adalah
spesimen tanpa perlakuan dengan harga impak 20,133 kJ/m2
dan yang terbesar
adalah spesimen dengan perendaman 100% aquades selama 1 jam dengan harga
impak 47,983 kJ/m2. Dari foto makro dapat disimpulkan bahwa spesimen tanpa
perlakuan mengalami serat terputus dan spesimen dengan perendaman 100%
aquades selama 1 jam mengalami beberapa serat lantung yang tidak putus.
Kata kunci : Lantung, pengolahan, alkalisasi, impak, fotomakro.