ANALISIS KEMAJUAN PENDIDIKAN PASCA PEMEKARAN WILAYAH (Study Kasus: Kecamatan Pendopo Kabupaten Empat Lawang Sumatera Selatan)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kemajuan Pendidikan Pasca
Pemekaran Wilayah di Kecamatan Pendopo Kabupaten Empat Lawang
Sumatera Selatan. Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini
adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik analisa data deskriptif kualitatif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi dengan sasaran penelitian
diambil dengan menggunakan teknik Snowball Sampling (teknik bola salju) yaitu
menggelinding seperti bola salju (snowball), disesuaikan dengan kebutuhan, dan
dipilih sampai jenuh, jadi tidak ada sistem keterwakilan. Penelitian ini
menggunakan informan inti dan informan pendamping, informan inti adalah
orang-orang yang dianggap sangat erat hubungannya dengan penelitian dan
merupakan orang yang diwawancarai langsung serta lebih banyak tahu
mengenai permasalahan penelitian. Sedangkan informan pendukung adalah
orang-orang yang dapat menunjukkan siapa-siapa saja yang dapat dihubungi
untuk mencari jawaban atas rumusan masalah yang telah dibuat. Teknik
pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara yang mendalam,
dokumentasi dan observasi langsung. Indikator yang digunakan ialah indikator
yang mempengaruhi kemajuan penidikan, antara lain, persentase melek huruf,
kemampuan berbahasa Indonesia, Persentase tingka pendidikan, Angka putus
sekolah, dan pertambahan jumlah sekolah. Menurut penelitian yang telah
dilakukan dalam rentang waktu antara bulan Mei-Juni 2010 serta dilanjutkan
dengan bulan Agustus 2011, maka dapat disimpulkan bahwa kemajuan
pendidikan di Wilayah Kecamatan Pendopo Kabupaten Empat Lawang ini
tidaklah terlalu terlihat, Dari segi kuantitas sarana pendidikan memang ada
terdapat penambahan sarana, namun dari segi kualitas masih kurang. Jumlah
sekolah yang ada memang bertambah dari waktu sebelum pemekaran wilayah,
namun setelah peneliti melihat ke sekolah-sekolah yang baru tersebut masih
banyak kekurangannya. Antara lain, jumlah tenaga pengajar yang terlalu sedikit
serta tingkat pendidikan tenaga pengajarnya yang kurang memadai. Selain itu,
Pemerintah terkesan asal-asalan dalam menentukan lokasi sekolah sehingga
proses belajar mengajar kurang efektif. Kebijakan pemerintah untuk
mencanangkan sekolah gratis memang baik, namun ada hal-hal yang masih
menjadi faktor penghambat sehingga masih banyak siswa yang terpaksa putus
sekolah. Pungutan yang tidak resmi misalnya, ataupun juga masalah klasik
seperti seragam sekolah yang setiap siswanya diwajibkan untuk memakai
seragam yang apabila tidak terpenuhi maka anak tersebut tidak boleh
bersekolah. Sebaiknya Pemerintah dalam mengeluarkan suatu kebijakan
tidaklah setengah-setengah, agar manfaatnya benar-benar dirasakan secara
nyata oleh masyarakat Indonesia umumnya.