APLIKASI METABOLIT SEKUNDER BEBERAPA Streptomyces sp. UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PADA BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas tanaman
hortikultura sebagai campuran bumbu masak setelah cabe. Salah satu penyakit pada
bawang merah adalah hawar daun bakteri (HDB). disebabkan oleh Xanthomonas
axonopodis Pv. Allii (Xaa.), dan Pantoea ananatis. Pengendalian secara kimiawi
berdampak negatif terhadap lingkungan, menimbulkan resistensi patogen, selain itu residu
unsur kimia tertentu jika dikonsumsi oleh manusia dalam jangka panjang bisa mengganggu
kesehatan. Oleh karena itu, penggunaan pestisida berbahan alami, ramah lingkungan, yaitu
pestisida yang mengandung agen hayati. Salah satu agen hayati berpotensi adalah bakteri
Streptomyces sp.
Streptomyces sp. adalah bakteri dari kelas Actinomycetes hidup bebas pada tanah
ryizosfer dan berasosiasi dengan akar tanaman. Bakteri Streptomyces sp dapat
menghasilkan metabolit sekunder yang berupa enzim hydrolitik, inhibitor dan antibiotik.
Enzim tersebut dapat melindungi tanaman dari serangan patogen, meningkatkan
pertumbuhan, melalui induksi ketahanan systemik tanaman. Belum diketahui kemampuan
metabolit sekunder Streptomyces sp. untuk mengendalikan penyakit HDB pada tanaman
bawang merah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan metabolit sekunder
beberapa isolat Streptomyces sp. terhadap tanaman bawang untuk mengendalikan penyakit
hawar daun bakteri yang disebabkan patogen Xanthomonas axonopodis pv. Allii.
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Oktober – Desember 2020 di
Laboratorium Proteksi Tanaman. Sumber inokulum bakteri X. axonopodis. di isolasi dari
tanaman bawang merah sakit di Kota Bengkulu. Bakteri Streptomyces sp di isolasi dari
tanah rizosfer tanaman bawang merah, jahe, dan cabai diambil di berbagai tempat.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, 2 faktor dan 3 kali
ulangan faktor pertama perlakuan metabolit sekunder Streptomyces sp. terdiri dari 6 taraf
yaitu S1, S2, S3, S4, Kontrol+ X. axonopodis, dan Kontrol tanpa patogen. Faktor kedua
adalah kosentrasi metabolit sekunder sebanyak 4 taraf, yakni; konsentrasi 10000 ppm (K1),
5000 ppm (K2), 2500 ppm (K3), 1250 ppm (K4). Uji daya antagonis di ambil 4 jenis
Streptomyces sp. yang memiliki zona hambat paling luas produksi metabolit sekunder
dengan metode Layer. Tanah dan pupuk organik sebanyak 3:1 dicampur dan dimasukan ke
dalam polibag sebanyak 5 kg, 10 ml suspensi bakteri patogen X. axonopodis dengan
kerapatan 106
cpu/ml diinokulasi ke dalam polibag dan diamkan selama 1 jam. Bibit
bawang merah varieatas Bima Brebes dipotong 1/3 bagian ujung, lalu di tanam satu bibit
ke dalam polibag, pemeliharaan dengan penyiraman dan penyiangan. Pengamatan
dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah batang, bobot tanaman, intensitas
serangan. Data dianalisis secara statistik jika menunjukkan perbedaan yang nyata
dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada
taraf 5 %.
Aplikasi jenis dan kosentrasi metabolit sekunder Streptomyces sp. berbeda tidak
nyata pada pertumbuhan tinggi tanaman, kecuali berbeda nyata pada tinggi tanaman
minggu 6 – 8, dan jumlah siung minggu 3. Aplikasi metabolit sekunder dapat
meningkatkan bobot hasil panen umbi bawang merah. Aplikasi jenis metabolit sekunder
terhadap intensitas serangan berpengaruh nyata pada minggu 1 dan 8, aplikasi kosentrasi
berbeda tidak berpengaruh nyata, tidak terdapat interaksi antara jenis dan kosentrasi
metabolit sekunder Streptomyces sp. Aplikasi Stretomyces sp. menurunkan intensitas
serangan 20,4 – 29,8%