STRATEGIOPTIMALISASIPRODUKSIPADIBERBASISP3A DI KECAMATANSEGINIMKABUPATENBENGKULUSELATAN

Kabupaten Bengkulu Selatan adalah penyumbang beras terbesar di Provinsi
Bengkulu. Namun sejak 2019 terus mengalami penurunan. Dari 11 Kecamatan
yang ada, kecamatan Seginim adalah penyumbang beras terbesar di Kabupaten
Bengkulu Selatan. Permasalahan yang umumnya dihadapi dalam usahatani padi
adalah ketersediaan air, sarana produksi, sumberdaya petani, permodalan,
teknologi, dan dukungan pemerintah. Sebagai wilayah irigasi, setiap desa
memiliki perkumpulan petani pemakai air (P3A) sebagai amanat PP No. 20 tahun
2006. Oleh karena itu, tujuan peneliitan ini adalah: 1) menganalisis kondisi
internal dan kondisi eksternal usahatani padi di Kecamatan Seginim; 2) menyusun
strategi optimalisasi produksi padi berbasis P3A di Kecamatan Seginim
Kabupaten Bengkulu Selatan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei. Sampel
diambil sebanyak 100 orang, yang terdiri dari pengurus dan anggota P3A. Data
yang digunakan adalah data primer, yang dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan menggunakan
analisis rata-rata, analisis distribusi frekuensi, analisis lingkungan internal,
analisis lingkungan eksternal, grafik SWOT, dan Tabel SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) faktor kekuatan memiliki rata-rata skor
total sebesar 4,56 masuk dalam kategori kuat. Indikator kekuatan antara lain: areal
lahan pertanian sawah yang luas, mayoritas petani memiliki luas lahan di atas
setengah Ha, air melimpah, tersedia jaringan irigasi, dan jumlah petani banyak. 2)
Faktor kelemahan memiliki rata-rata skor total sebesar 3,26 masuk dalam kategori
kuat. Indikator kelemahan antara lain: kinerja P3A terkait produksi padi masih
rendah, pendidikan petani masih rendah, sistem produksi masih tradsional,
teknologi pasca panen yang konvensional, dan lembaga keuangan masih
didominasi oleh tengkulak. 3) Faktor peluang memiliki rata-rata skor total sebesar
4,11 masuk dalam kategori kuat. Indikator peluang antara lain: adanya penyuluh
pertanian yang membantu membimbing petani mengelola usahatani padi, adanyaprogram intensifikasi pertanian dari pemerintah yang dapat membantu
meningkatkan optimalisasi produksi padi, tersedianya pupuk bersubsidi untuk
usahatani padi, tersedianya benih padi yang berkualitas dari pemerintah,
tersedianya insektisida yang dibutuhkan petani, dan pembiayaan pemeliharaan
jaringan tersier dapat dibantu dari APBDes. 4) Faktor ancaman memiliki rata-rata
skor total sebesar 3,55 masuk dalam kategori kuat. Indikator ancaman antara lain:
sewa peralatan pengolahan lahan pertanian masih tinggi, masih tingginya peran
tengkulak dalam rantai pemasaran, masih adanya aktivitas pinjaman dengan
sistem ijon, terjadinya alih fungsi lahan sawah ke pemukiman, terjadinya alih
fungsi lahan sawah ke perikanan, dan meningkatnya pencemaran lingkungan dari
pembuangan limbah dan sampah di jaringan primer irigasi.
Kesimpulan hasil penelitian adalah: 1) Secara internal, faktor kekuatan lebih besar
dari faktor kelemahan. Sistem produksi yang masih tradisional tidak menjadi
kelemahan yang ekstrim. Kekuatan tersebut berupa: a) sumber daya alam seperti:
luas areal, sumber air; b) sumber daya manusia seperti: jumlah petani; c)
dukungan dari pemerintah seperti tersedianya jaringan irigasi. Secara eksternal,
faktor peluang lebih kuat dibanding faktor ancaman. 2) Strategi optimalisasi
produksi padi di Kecamatan Seginim Kabupaten Bengkulu Selatan adalah: a)
peningkatan pengetahuan petani tentang budidaya dan mekanisasi; b) perencanaan
pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi tersier; dan c) kerjasama seluruh
stakeholder dalam penyaluran saprodi.