PENGARUH SUPLEMENTASI SAKURA BLOK PLUS CACING TANAH TERHADAP KECERNAAN PROTEIN KASAR PADA SAPI LOKAL KAUR

Kontribusi protein mikroba bagi kebutuhan ruminansia mencapai 70-100 % dan
suplai energi hasil fermentasi 70-855. Oleh karena itu, usaha memanfaatkan pakan serat
disamping melalui pengolahan perlu juga diikuti dengan usaha memacu pertumbuhan
mikrobarumen melalui pemberian pakan tambahan berupa konsentrat maupun suplemen
pakan. Sakura blok (sago urea arenga blok) merupakan salah satu pakan suplemen yang
dapat meningkatkan performa ternak ruminansia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kecernaaan Protein Kasar (PK) pada
sapi lokal Kaur yang diberi ransum berbasis pelepah sawit amoniasi sebagai subtitusi
hijauan yang disuplementasi sakura blok plus cacing tanah. Penelitian ini dilaksanakan
selama ± 5 bulan dari mulai persiapan pakan sampai sampel selesai dianalisis. Penelitian
ini dilaksanakan di Commercial Zone and Animal Laboratory (CZAL) dan untuk analisis
proksimat dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi Makanan Ternak Universitas
Andalas Padang (UNAND). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL), dimana terdapat 4 perlakuan dengan 4 kali
ulangan. Ternak yang digunakan adalah sapi lokal (Kaur) dengan rataan berat ± 107 Kg.
Semua perlakuan diberi pakan pelepah sawit amoniasi, konsentrat dan sakura blok dengan
masing-masing perlakuan P0 : sakura blok 10 %, P1 : sakura blok plus cacing tanah 8 %,
P2 : sakura blok plus cacing tanah 10 %, dan P3 : sakura blok plus cacing tanah 12 %. Data
yang diperoleh dianalisis menggunakan Uji Duncan’s Multiple Range Tests (DMRT) untuk
melihat perbedaan.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa suplementasi sakura blok plus cacing tanah
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kecernaan PK masing-masing perlakuan P0
(75,61%), P1 (82,73%), P2 (81,84%), dan P3 (79,24%).
Dapat disimpulkan bahwa kecernaan Protein Kasar (PK) Sapi Lokal Kaur yang
disuplementasikan dengan sakura blok plus cacing tidak menunjukkan perbedaan terhadap
Konsumsi PK, namun terhadap Produksi feses PK dan Kecernaan PK terlihat adanya
perbedaan.