Dimas, Agung Wijaya and Bambang, Agoes Hermanto and Handoko, Hadiyanto (2024) ANALISIS USAHA INDUSTRI BATU BATA DI DESA BABATAN KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN SELUMA. ['eprint_fieldopt_thesis_type_ut' not defined] thesis, Universitas Bengkulu.
![Thesis [thumbnail of Thesis]](https://repository.unib.ac.id/style/images/fileicons/archive.png)
Skripsi Dimas Agung Wijaya C1A017074-2 - Dimas Agung Wijaya.pdf - Bibliography
Restricted to Repository staff only
Available under License Creative Commons GNU GPL (Software).
Download (10MB)
Abstract
Proses pembuatan batu bata melewati beberapa tahap yaitu tahap
penyediaan bahan baku, pengolahan tanah, pengolahan dan pencetakan,
penjemuran, pengangkutan ke pembakaran, dan pengangkutan ke dalam truk. Tata
pengolahan batu bata di daerah penelitian ternyata seluruh kegiatan pekerjaan
sesuai dengan tata pengolahan menurut anjuran. Dengan demikian bahwa tata
pengolahan batu bata di daerah penelitian lebih intensif.
Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
menganalisis efisiensi usaha industri batu bata di Desa Babatan Kecamatan
Sukaraja Kabupaten Seluma. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif
yang merupakan penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini
dari suatu fenomena tertentu. Jenis data yang digunakan adalah data primer
melalui penyebaran kuesioner. Data tersebut diperoleh langsung dari responden
pengusaha batu bata Desa Babatan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa:
pertama, Rata-rata R/C Ratio yang diperoleh adalah 1,42 untuk bahan tanah milik
sendiri, dimana R/C lebih besar dari 1 (1,42 > 1). Sedangkan rata-rata R/C Ratio
yang diperoleh adalah 1,22 untuk bahan tanah yang dibeli, dimana R/C lebih besar
dari 1 (1,22 > 1). Secara keseluruhan, rata-rata R/C Ratio yang diperoleh adalah
1,27, dimana R/C lebih besar dari 1 (1,27 > 1). usaha Dengan demikian usaha
pembuatan batu bata dengan kayu bakar sebagai bahan bakar layak untuk
diusahakan di daerah penelitian karena setiap pengeluaran investasi sebesar Rp 1
akan memperoleh hasil Rp 1,47 dan Rp 1,27. Kedua, Jumlah produksi batu bata
per bulan rata-rata sebesar 20.208 buah dengan harga jual Rp 414/buah, sehingga
diperoleh penerimaan batu bata sebesar Rp 8.353.958 per bulan. Kemudian
penerimaan dari abu pembakaran per bulan adalah sebesar Rp 292.083.
Selanjutnya diperoleh total penerimaan dengan menjumlahkan kedua penerimaan
tersebut, menghasilkan Rp8.646.042. Sehingga diperoleh selisih antara total
penerimaan dan total biaya produksi, yaitu pendapatan bersih usaha pembuatan
batu bata di daerah penelitian adalah Rp 6.574.063 per periode produksi (satu
bulan). Kesimpulan yang diambil adalah usaha batu bata yang dilakukan
menguntungkan. Ketiga, Kondisi persaingan usaha batu bata merah adalah
masukknya batu apung membuat konsumen memiliki alternatif untuk mengganti batu bata merah ke batu apung. Namun karena harga batu apung yang relatif
mahal, maka Sebagian konsumen tetap menggunakan batu bata merah untuk
keperluan konstruksinya. Keempat, Kendala-kendala yang dihadapi oleh usaha
batu bata merah adalah adanya factor permodalan, bahan baku yang semakin
berkurang dan tenaga kerja kerja yang sulit dengan ongkos yang semakin
meningkat dan Kelima, Strategi yang dipakai oleh pihak pengusaha batu bata di
Desa Babatan adalah dengan menawarkan harga produk batu bata dengan harga
yang terjangkau, kualitas yang awet dan menyediakan sarana transportasi
pengangkut. Berdasarkan analisis SWOT alternatif strategi usaha batu bata Desa
Babatan adalah strategi S-O yaitu memberikan inovasi yang baru terhadap produk
serta memaksimalkan proses produksi batu bata.
Dalam rangka meningkatkan pendapatannya, pengrajin batu bata
sebaiknya memperluas jaringan pemasaran ke daerah-daerah di luar Kabupaten
Seluma. Namun, usaha batu bata juga berdampak pada kondisi lingkungan, oleh
karena itu, pengembangan usaha batu bata di Desa Babatan perlu pengkajian yang
matang. Selain itu, pengembangan usaha batu bata di Desa Babatan akan
berdampak pada berkurangnya lahan pertanian karena, dipergunakan sebagai
bahan baku. Pengembangan batu bata di Desa Babatan dapat dilakukan dengan
membeli bahan baku dari daerah lainnya.
Item Type: | Thesis (['eprint_fieldopt_thesis_type_ut' not defined]) |
---|---|
Subjects: | H Social Sciences > H Social Sciences (General) |
Divisions: | Faculty of Economy > Department of Development Economics |
Depositing User: | 56 nanik rahmawati |
Date Deposited: | 26 Aug 2024 08:46 |
Last Modified: | 26 Aug 2024 08:46 |
URI: | https://repository.unib.ac.id/id/eprint/20665 |