Chairil, Afandy and Ridwan, Nurazi and Fitri, Santi and Baihaqi, Baihaqi (2023) MODERASI MANAGERIAL DISCRETION PADA PENGARUH CEO’S OVERCONFIDENCE TERHADAP DIVIDEND POLICY MODERATING MANAGERIAL DISCRETION ON THE EFFECT OF CEO'S OVERCONFIDENCE ON DIVIDEND POLICY. Masters thesis, Universitas Bengkulu.
![Thesis [thumbnail of Thesis]](https://repository.unib.ac.id/style/images/fileicons/archive.png)
disertasi chairil afandy untuk print wisuda fix. - Chairil Afandy.pdf - Bibliography
Restricted to Repository staff only
Available under License Creative Commons GNU GPL (Software).
Download (4MB)
Abstract
CEO merupakan individu yang harus mengambil sebuah keputusan strategis
perusahaan, seperti kesempatan investasi tertentu maupun keputusan-keputusan dengan
skala besar lainnya. Persepsi “di atas rata-rata” juga akan semakin kuat apabila
keputusan dan hasil yang diambil oleh CEO merupakan suatu hal yang abstrak dan
kompleks. Keputusan yang diambil CEO bukanlah sebuah keputusan yang bersifat
operasional, tetapi lebih kepada keputusan strategis, yang sangat sulit untuk dianalisis
serta diprediksi hasilnya. Kondisi tersebut akan memacu keyakinan CEO bahwa mereka
memiliki kontrol yang kuat pada hasil akhir, dan akan sangat percaya diri terhadap
kemungkinan keberhasilan (Langer, 1975).
Pengaruh bias manajemen terhadap kebijakan perusahaan diuji oleh Malmendier dan
Tate (2005a, 2005b); dan Malmendier, Tate, dan Yan, (2011). Mereka menemukan
bahwa manajer yang memiliki kepercayaan diri berlebih akan menunjukkan tiga
kecenderungan. Kecenderungan pertama adalah investasi berlebihan (overinvestment).
Kedua, kecenderungan untuk melakukan merger dan akusisi yang tidak memberi nilai
tambah bagi perusahaan, dan yang ketiga adalah kecenderungan menggunakan hutang
daripada menerbitkan modal. Ben-David et al., (2007) melakukan pengujian
kepercayaan diri berlebih CEO terhadap kebijakan perusahaan menggunakan metode
survei. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa, perusahaan yang dipimpin oleh
manajer dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi akan memiliki tingkat investasi
yang tinggi, memiliki tingkat hutang yang tinggi, jarang membagikan dividen, lebih
suka melakukan pembelian kembali saham, dan sering melakukan akuisisi.
Penelitian ini mencoba melihat bahwa ada kemungkinan overconfidence akan
mempengaruhi kualitas dari keputusan yang diambil oleh manajer (CEO) terkait dengan
kebijakan perusahaan, yaitu dividend policy. Dengan kata lain, sangat perlu untuk diuji
lebih lanjut, apakah overconfidence yang dialami oleh CEO ini akan berpengaruh pada
dividend policy. Penelitian ini juga mencoba melihat bahwa jika memang benar terdapat
pengaruh CEO’s overconfidence terhadap dividend policy, maka ada kemungkinan
terdapat pula faktor atau variabel yang sebenarnya memoderasi hubungan antara
kepercayaan diri berlebih CEO dengan keputusan manajerial yang diambil. Penelitian
ini melihat bahwa faktor tersebut merupakan faktor yang berkenaan dengan dividend
life cicle dan managerial discretion, yaitu: maturity, financial resources, market
growth, state ownership, dan political connection.
viii
Penelitian-penelitian terdahulu yang coba menguji hubungan antara kepercayaan diri
berlebih CEO dengan kebijakan dividen masih memberikan celah (gap) dikarenakan
masih memungkinkan untuk kembali diuji karena hasil-hasilnya yang tidak konsisten.
Ben-David et al., (2007) menemukan bahwa CEO dengan kepercayaan diri berlebih
akan mengurangi pembagian dividen karena mereka yakin bahwa perusahaan memiliki
kesempatan untuk melakukan investasi di masa depan. Sedangkan penelitian Wu dan
Liu (2011) justru menemukan hal sebaliknya, bahwa CEO yang terlalu percaya diri
akan melakukan kesalahan dalam menilai perusahaan, dimana mereka akan menilai
terlalu tinggi perusahaan dan percaya bahwa perusahaan akan memiliki prospek yang
cerah di masa depan, sehingga mereka membagikan dividen sebagai sinyal kepada
investor.
Beberapa hasil penelitian yang masih saling bertentangan menjadi alasan bahwa
pengujian CEO’s overconfidence terhadap dividen ini menarik dilakukan. Kebijakan
dividen yang dilakukan perusahaan masih menjadi pertanyaan besar di kalangan
peneliti. Alasan perusahaan membagikan dividen dan penyebab investor menyukai
dividen masih menjadi perdebatan hangat karena adanya perbedaan hasil penelitian,
dimana di satu sisi ada kelompok peneliti yang mendukung teori rasional sebagai
jawaban kenapa perusahaan membagi dividen dan kenapa investor menyukainya, tetapi
di sisi lain ada yang tidak setuju dengan teori-teori rasional seperti signaling theory,
ketimpangan informasi dan lain sebagainya, karena teori tersebut tidak terbukti secara
empiris di penelitian yang mereka lakukan. Kemudian menjadi sangat menarik untuk
menguji kembali kebijakan dividen menggunakan pendekatan yang lain, yaitu
menggunakan pendekatan keuangan keperilakuan¸ dengan menggunakan CEO’s
overconfidence untuk diuji pengaruhnya terhadap dividen.
Penelitian ini mengadopsi dividen kas sebagai variabel dependen karena merupakan
bentuk yang paling mendominasi dalam pembagian dividen. Selain itu, praktik
akuntansi memperlakukan hanya dividen tunai (kas) sebagai dividen nyata karena kas
bisa (siap) dialokasikan untuk investasi lebih lanjut. Variabel dependen penelitian ini
adalah dividen per share (DPS) atau dividen tunai per lembar saham (DIV). Penelitian
ini mengukur CEO’s overconfidence (OC) sebagai variabel independen dengan proxy
overconfidence seperti dilakukan oleh Santi (2016) yang mengikuti model Schrand dan
Zechman (2012) yang membuat dua proksi overconfidence manajerial dari skor spesifik
perusahaan yaitu OC_FIRM4 dan OC_FIRM5 yang kemudian dikonstruksikan dari lima
komponen oleh aktivitas investasi, aktivitas pendanaan dan kebijakan di level
perusahaan sebagai proksi dari overconfidence. Variabel moderasi maturity diukur
menggunakan rasio RE/TE, dimana RE adalah laba ditahan, TE adalah total ekuitas.
Semakin besar nilai RE/TE, maka perusahaan semakin mature. Variabel moderasi
berikutnya adalah financial resources (FR) yang di-proxy-kan dengan kas cadangan,
yaitu rasio arus kas terhadap total saham. Selanjutnya, untuk variabel market growth
(MG) penelitian ini mengikuti pengukuran Keats dan Hitt (1988) yaitu dengan
menghitung rata-rata penjualan selama periode lima tahun. Variabel moderasi
selanjutnya adalah State Ownership (SO), merupakan variabel dummy, dimana jika
proporsi kepemilikan perusahaan secara mayoritas adalah milik negara, maka diberi
nilai 1; sedangkan jika tidak, maka diberi nilai 0, hal ini seperti yang dilakukan pada
penelitian Li & Tang (2010). Variabel moderasi berikutnya adalah political connection
(PC), yang juga merupakan varibel dummy. Jika pemerintah berperan dalam
ix
penunjukkan CEO dari sebuah perusahaan maka diberi nilai 1; sedangkan jika tidak,
maka diberi nilai 0. Pengukuran ini juga mengikuti prosedur yang dilakukan oleh Li &
Tang (2010).
Populasi penelitian ini adalah perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Sampel penelitian ini adalah sebanyak 115 perusahaan, dengan jumlah tahun
pengamatan sebanyak 10 tahun (2010-2019), maka total observasinya adalah 1150
observasi. Data yang digunakan besifat unbalance sample karena listing history dari
masing-masing perusahaan sampel kebanyakan berbeda. Metode analisis data pada
penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian ini berhasil mengonfirmasi bahwa CEO yang memiliki kepercayaan diri
berlebih, yang kemudian mempengaruhi keputusan dividen perusahaan, tidak hanya
ditemukan atau terjadi di pasar negara maju saja. Namun, hasil penelitian ini
membuktikan bahwa hal tersebut juga terjadi pada pasar negara berkembang (emerging
market) seperti Indonesia. Artinya, riset ini memberikan kontribusi unik karena ini
dilakukan di pasar negara berkembang, seperti Indonesia. Hal ini menegaskan teori
perilaku (seperti behavioral finance) dapat diterapkan secara universal untuk
menjelaskan keputusan keuangan.
Hasil penelitian ini juga berhasil mengidentifikasi beberapa faktor yang memoderasi
hubungan antara kepercayaan diri yang berlebih (overconfidence) dan dividend policy.
Faktor-faktor tersebut adalah manager discretion, yang meliputi: maturity, financial
resources, market growth, state ownership, dan political connection. Hasil penelitian ini
mengungkap bahwa managerial discretion, yaitu maturity, state ownership, dan
political connection terbukti memperlemah pengaruh overconfidence CEO terhadap
dividend policy. Penelitian ini juga mampu menjelaskan bahwa financial resources, dan
market growth memperkuat pengaruh overconfidence CEO terhadap dividend policy
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | H Social Sciences > H Social Sciences (General) |
Divisions: | Postgraduate Program |
Depositing User: | 56 nanik rahmawati |
Date Deposited: | 02 Oct 2024 07:42 |
Last Modified: | 02 Oct 2024 07:42 |
URI: | https://repository.unib.ac.id/id/eprint/21788 |