PERILAKU HERDING DI BURSA EFEK INDONESIA PADA 4 SIKLUS SAHAM

Dalam teori keuangan tradisional dijelaskan manusia akan mengumpulkan
berbagai informasi untuk membuat keputusan keuangan yang rasional. Akan
tetapi, terdapat kondisi dimana investor tidak dapat mencerna informasi yang
tersedia secara rasional, sehingga hal ini menyebabkan pasar bekerja menyimpang
dari aturan-aturan logis pasar modal dan menyebabkan investor membuat
keputusan yang tidak rasional. Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi
investor dalam membuat keputusan investasinya, salah satunya yaitu herding.
Herding di pasar keuangan biasanya digambarkan sebagai kecenderungan
perilaku investor untuk mengikuti tindakan orang lain. Hwang dan Salmon (2004)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa herding muncul ketika investor
memutuskan untuk meniru keputusan yang diamati orang lain atau pasar dari pada
mengikuti keyakinan dan informasi mereka sendiri. Perilaku seperti itu terlihat
secara individu rasional pada sejumlah alasan meskipun mungkin belum tentu
mengarah pada efisien pasar.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sedangkan data yang
digunakan yaitu data sekunder semua saham dan saham-saham yang masuk dalam
indeks LQ45 tahun 2017-2020. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analisis data Robust least square (RLS).
Berdasarkan uji statistik hasil penelitian menunjukkan tidak adanya herding di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017-2020 di siklus January Effect, Earning
Sesion, Sell in may and go away dan Window Dressing baik pada indeks IHSG
maupun LQ45.
Saran yang diajukan peneliti berdasarkan hasil penelitian yaitu agar
penelitian selanjutnya diharapkan mengungkap fenomena perilaku herding di
Indonesia secara luas, menambah indeks lain dan waktu pengamatan yang lebih
panjang. Penelitian selanjutnya juga diharapkan agar dapat menganalisis perilaku
herding berdasarkan tipe investornya baik investor yang moderat maupun
konservatif dan tidak hanya berfokus pada satu negara saja.