VAKSINASI TANAMAN CABAI DENGAN ISOLAT AVIRULEN Ralstonia solanacearum DAN METABOLIT SEKUNDER Streptomyces sp. DENGAN METODE SUNTIK UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN TANAMAN CABAI TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI

Ayu, Dandy and Dwinardi, Apriyanto and Hendri, Bustamam (2023) VAKSINASI TANAMAN CABAI DENGAN ISOLAT AVIRULEN Ralstonia solanacearum DAN METABOLIT SEKUNDER Streptomyces sp. DENGAN METODE SUNTIK UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN TANAMAN CABAI TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI. ['eprint_fieldopt_thesis_type_ut' not defined] thesis, Universitas Bengkulu.

[thumbnail of Thesis] Archive (Thesis)
SKRIPSI AYU DANDY - Ayu Dandy.pdf - Bibliography
Restricted to Repository staff only
Available under License Creative Commons GNU GPL (Software).

Download (2MB)

Abstract

Cabai (Capsicum annum L.) termasuk Famili Solanaceae merupakan komoditi
hortikultura sayuran yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat dalam kehidupan sehari￾hari. Cabai sekerabat dengan kentang (Solanum tuberosum L.), terung (Solanum
melongena L.), leunca (Solanum nigrum L.), katokak (Solanum torvum Swartz), dan tomat
(Lycopersicon esculentum L.). Produktivitas cabai di Provinsi Bengkulu tahun 2018-2020
mengalami fluktuasi yaitu tahun 2018 sampai 2020 yaitu 39,794, 37,812, 39,638 ton.
Rendahnya produktivitas cabai disebabkan oleh banyak faktor, salah satu di antaranya
adalah serangan penyakit. Hama dan penyakit menjadi kendala yang sering dihadapi dalam
budidaya cabai di Indonesia, termasuk di Bengkulu. Salah satu penyakit yang cukup
penting menyerang tanaman cabai ialah penyakit layu bakteri yang disebabkan Ralstonia
solanacearum. Bakteri ini menyebabkan penyakit layu pada banyak jenis tanaman
hortikultura, terutama dari Famili Solanaceae. Patogen ini sering menyebabkan kerugian
pada petani. Infeksi bakteri ini pada tanaman inang mengakibatkan gejala layu dan
akhirnya mati, sehingga gagal berproduksi. Bakteri ini menjadi salah satu patogen penting
pada tanaman cabai karena mampu menyebabkan kerusakan pada tanaman dengan
intensitas tinggi.
Upaya pengendalian penyakit layu bakteri pada tanaman telah banyak dilakukan,
terutama dengan pengendalian secara kimiawi dengan bakterisida. Akan tetapi
pengendalian secara kimiawi belum mampu mengatasi penyakit ini. Pengendalian penyakit
tanaman dengan pestisida dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.
Alternatif pengendalian hayati dapat dilakukan dengan menggunakan metabolit sekunder
yang dihasilkan Streptomyces sp. Streptomyces mampu memproduksi metabolit sekunder
yang bermanfaat untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, dan dapat digunakan sebagai
elisitor menginduksi ketahanan tanaman terhadap serangan patogen.
Ketahanan tanaman terhadap infeksi patogen juga dapat dilakukan dengan
menggunakan ras avirulen dari patogen, yang sering disbut dengan vaksinasi. Induksi
resistensi mengarahkan proses fisiologis yang mendorong sistem ketahanan menjadi aktif
dan/atau menstimulasi mekanisme resistensi alami pada tanaman inang. Penggunaan
patogen avirulen telah banyak untuk diaplikasikan pada tanaman karena memiliki peran
dalam menginduksi resistensi ketahanan tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mempelajari pengaruh vaksinasi dengan ras avirulen R. solanacearum dengan metode
suntik dan perlakuan metabolit dari Streptomyces sp. terhadap ketahanan tanaman cabai
terhadap ras virulen R. solanearum.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,
Universitas Bengkulu pada bulan Desember 2021 - April 2022.
Penelitian disusun dalam Rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan yang
diulang sebanyak 4 kali. Perlakuan yang diuji adalah 1) tanaman cabai divaksinasi dengan
R. solanacearum avirulen, 2) tanaman cabai diperlakukan dengan metabolit sekunder dari
Streptomyces sp., 3) taaman cabai divaksinasi dengan R. solanacearum avirulen +
metabolit sekunder Streptomyces sp., dan kontrol (tanpa vaksinasi). Semua tanaman yang
diperlakukan dan tanaman kontrol diparparkan ke R. sonacearum virulen. R.
solanacearum isolat virulen disiramkan ke medfia tanam (tanah) di dalam pot yang berisi 5
tanaman.
Respon yang diukur adalah pertumbuhan tanaman dan persen jumlah tanaman yang
terinfeksi R. solnacearum isolat virulen. Hasil penelitian dianalisis dengan analisis varian
(ANAVA) pada α = 0.05, dilanjutkan dengan BNT.
Pada variabel tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang menunjukkan hasil
berbeda nyata antar perlakuan pada minggu ke tiga, ke empat, dan ke lima. Pertumbuhan
tanaman nyata lebih cepat pada tanaman yang diperlakukan dengan vaksinasi (RSA),
dengan metabolit sekunder (MSS) atau dengan kombinasi RSA, dan MSS pada minggu ke
tiga sampai ke lima. Perbedaan kecepatan pertumbuhan tanaman pada tanaman yang
diperlakukan dengan kombinasi vaksinasi + metabolit sekunder nyata lebih cepat
dibandingkan dengan perlakuan tunggal hanya sampai pada minggu ke tiga. Pada pada
minggu ke empat dan ke lima pertumbuhan tanaman lebih cepat pada tanaman yang
diperlakukan dengan kombinasi vaksinasi + metabolit sekunder, akan tetapi tidak berbeda
nyata antara kombinasi vaksinasi + metabolit sekunder dengan vaksinasi saja.
Perlakuan vaksinasi dan metabolit sekunder baik tunggal maupun kombinasinya
nyata meningkatkan jumlah daun dibandingkan dengan control, bahkan pada tanaman
kontrol jumlah daun menyusut karena rontok. Efek perlakuan kombinasi vaksinasi +
pemberian metabolit sekunder nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan vaksinasi
saja atau metabolit sekunder saja pada minggu ke empat dan ke lima. Perkembangan
jumlah cabang lebih cepat pada tanaman yang diperlakukan dengan metabolit sekunder,
dengan vaksinasi atau kombinasi metabolit sekunder + vaksinasi. Pada minggu ke empat
hanya pada perlakuan metabolit sekunder nyata secara statisik dibandingkan dengan
control. Pada minggu ke lima jumlah cabang nyata lebih banyak semua perlakuan baik
tunggal maupun kombinasinya dibandingkan control dan perlakuan metabolit sekunder
tampak lebih menonjol pengaruhnya dibandingkan dengan vaksinasi, menunjukkan bahwa
metabolit sekunder juga mempunyai peran lain selain meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap innfeksi pathogen, yaitu meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Masa inkubasi R. solanacarum lebih cepat pada tanaman kontrol (tidak divaksinasi)
dibandingkan dengan pada tanaman yang diperlakukan dengan metabolit sekunder dari
Sterptomyces sp., sedangkan tanaman yang divaksinasi dengan R. solanacearum avirulen
saja maupun yang dikombinasikan dengan + metabolit sekunder tidak menunjukkan gejala
yang terserang sama sekali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanaman mempunyai
sistem pertahanan yang bisa dibangkitkan dengan metode vaksinasi dan/atau aplikasi
metabolit sekunder. Metode ini diharapkan bisa menjadi bagian dari pengelolaan patogen
tanaman terpadu, sehingga penggunaan pestisida untuk pengendalian penyakit tanaman
dapat dikurangi.
Kemampuan Streptomyces sp. dalam menekan perkembangan mikroorganisme lain
menyebabkan serangan patogen yang terjadi di dalam tanaman menjadi terhambat dan
menyebabkan masa inkubasi menjadi lebih lama. Pada perlakuan Kombinasi RSA+MSS
(R. solanacearum + metabolit sekunder Streptomyces sp.) mampu menekan persentase
serangan sampai 0%, sedangkan pada kontrol persentase serangan mencapai 70% pada
minggu ke lima. Vaksinasi dengan R. solanacearum avirulen dan kombinasi R.
solanacearum avirulen dengan metabolit sekunder R. solanacearum mampu menurunkan
persentase serangan. Perlakuan yang diapliklasikan dengan kombinasi metabolit sekunder
Streptomyces sp. dan patogen avirulen mampu meningkatkan ketahanan tanaman cabai
terhadap R. solanacearum serta pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun dan cabang.

Item Type: Thesis (['eprint_fieldopt_thesis_type_ut' not defined])
Subjects: S Agriculture > S Agriculture (General)
Divisions: Faculty of Agriculture > Department of Plant Protection
Depositing User: Sugiarti, S.IPust
Date Deposited: 16 Oct 2024 02:41
Last Modified: 16 Oct 2024 02:41
URI: https://repository.unib.ac.id/id/eprint/22458

Actions (login required)

View Item
View Item

slot gacor terbaik

slot gacor terpercaya

Situs Resmi Bisawd

slot gacor 4d

Slot Terpercaya

Slot Gacor bet 200