BAHASA DALAM LIRIK LAGU LANGGAM JAWA PENYANYI WALDJINAH

Penulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan gaya bahasa dan makna pragmatik
yang terdapat dalam lirik lagu langgam Jawa penyanyi Waldjinah. Metode yang
digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik
pengumpulan data yaitu wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang
dilakukan dengan cara (1) transkripsi data, (2) identifikasi data, (3) klasifikasi
data, (4) interpretasi data, (5) kesimpulan. Hasil analisis yang terdapat pada
sepuluh (10) lirik lagu langgam Jawa Penyanyi Waldjinah ini yang terdiri dari: (1)
Suwe Ora Jamu, (2) Chaping Gunung, (3) Walang Kekek, (4) Yen Ing Tawang, (5)
Ghetuk, (6) Tak Lelo Ledung, (7) Gemes, (8) Ojo Lamis, (9) Nyidam Sari, (10)
Jangkrik Ginggong. Memiliki gaya bahasa di dalamnya yaitu gaya bahasa
antithesis, antisipasi, asonansi, epizeuksis, hiperbola, ironi, litotes, metafora,
paranomasia, paradoks, paralelisme, personifikasi, pleonasme, repitisi, retorik,
simile, sinekdoke. Selain itu mengandung makna pragmatik yaitu tentang
nostalgia, harapan, nasihat, penghormatan, kehidupan, janji, simbolis, kondisi
sosial, rindu, kekecewaan, sindiran, kenangan, cinta dan kesetiaan, perhatian,
interaksi sosial. Lagu-lagu Jawa yang dibawakan oleh Waldjinah banyak
menggunakan gaya bahasa, terutama gaya asonansi, karena menggunakan rima
seperti pantun, sehingga banyak sekali penggunaan kata-kata yang berirama dan
berulang dalam liriknya. Serta lagu-lagu tersebut mengandung makna pragmatik,
terutama makna tentang kehidupan, karena lagu tersebut mengangkat nilai-nilai
tradisional Jawa, nasihat-nasihat bijak yang sesuai dengan kehidupan, serta tema
yang dibawakan mengenai keikhlasan, cinta, kebahagiaan, dan penderitaan.
Kata kunci: Bahasa, Langgam Jawa, Pragmatik