PEMANFAATAN ABU KERAK BOILER LIMBAH PABRIK CPO SEBAGAI SUBSITUSI BAHAN BAKU PEMBUATAN BATAKO

Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) merupakan suatu industri yang bergerak untuk
mengolah tandan buah segar menjadi beberapa produk yang dihasilkan. Sumber energi di
pabrik kelapa sawit yaitu uap dari pemanasan di boiler. Proses pembakaran cangkang dan
serabut menghasilkan abu kerak boiler. Abu kerak boiler cangkang kelapa sawit
merupakan biomassa dengan kandungan silika (SiO₂) yang potensial untuk dimanfaatkan.
Abu kerak boiler dapat diolah kembali, salah satunya dengan menggantikan pasir dengan
abu kerak boiler dalam pembuatan batako. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh substitusi abu kerak boiler dalam pembuatan batako dan harga batako dari abu
kerak boiler.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yaitu perbandingan persentase pasir dan abu kerak boiler. Penelitian ini
terdapat 5 taraf perlakuan masing- masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga
didapat 15 unit percobaan. Parameter pengamatan dalam penelitian ini yaitu uji
penampakkan luar, ukuran dan toleransi, penyerapan air, kuat tekan, dan analisa finansial.
Teknik analisis data menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif.
Hasil Penelitian ini menunjukkan batako yang disubstitusikan dengan abu kerak
boiler dalam pembuatan batako mempengaruhi penampakan luar, ukuran dan toleransi,
penyerapan air dan kuat tekan batako. Semakin banyak abu kerak boiler maka batako
semakin rapuh dan ringan. Pengujian ukuran dan toleransi cetakan batako yang digunakan
yaitu 40 x 15 x 10 cm tidak sesuai dengan standar yang dijadikan acuan SNI (03-0349-
1989) yaitu 39 x 19 x 20 cm. Penyerapan air batako yang dapat digunakan yaitu
perbandingan (4:1) 19,46% dan perbandingan (3:2) 15,11% karena tidak melebihi SNI
penyerapan air rata-rata maks 25-35% pada tingkat mutu I dan II batako berlubang. Kuat
tekan batako yang dapat digunakan batako yaitu perbandingan (4:1) 211,1 kg/cm2 dan
perbandingan (3:2) 107,1 kg/cm2 karena melebihi SNI kuat tekan rata-rata pada tingkat
mutu golongan I, II, III, dan IV. Batako yang menguntungkan secara finansial yaitu batako
pada perbandingan (4:1)