APLIKASI PUPUK ABU BOILER DAN PUPUK HAYATI PADA BIBIT KELAPA SAWIT PRE NURSERY (Elaeis guineensis Jacq.) DI TANAH ULTISOL

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu komoditas utama bagi
pengusaha perkebunan di wilayah Indonesia termasuk provinsi Bengkulu. Namun produksi
kelapa sawit di Bengkulu masih rendah jika dibandingkan dengan produksi nasional, hal ini
diduga bibit yang digunakan belum bersertifikat serta saat pembibitan tidak memperhatikan
kesesuaian media pembibitan. Untuk mendapatkan bibit kelapa sawit yang baik maka
dibutuhkan media tanam yang baik dengan ketersediaan unsur hara yang cukup dan porositas
tanah yang baik.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan interaksi antara pupuk abu boiler dan
pupuk hayati terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit pre-nursery, menentukan dosis pupuk
abu boiler terhadap pertumbuhan kelapa sawit per-nursery dan menentukan dosis pupuk
hayati terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit pre-nursery. Penelitian dilaksanakan pada
bulan Januari 2023 hingga bulan April 2023 yang berlokasi di Kandang Limun, Kota
Bengkulu. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 faktor
perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu pupuk abu boiler yang terdiri dari 3 faktor
yaitu M0 (0 gr/polybag), M1 (50 gr/polybag) dan M2 (100 gr/polybag). Faktor kedua yaitu
pupuk hayati yang terdiri dari 3 faktor yaitu H0 (0 gr/polybag), H1 (2,5 gr/polybag) dan H (5
gr/polybag). Data hasil pengamatan dianalisis statistik dengan uji taraf 5%. Apabila perlakuan
menunjukkan pengaruh nyata maka diuji lanjut dengan menggunakan Duncan’s Multiple
Range Test (DMRT) pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pada interaksi panjang akar antara pupuk abu
boiler dengan pupuk hayati terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit pada 50 gr/polybag
pupuk abu boiler dan 2,5 gr/polybag pupuk hayati. Dosis pupuk abu boiler terbaik yaitu pada
100 gr/polybag pada variabel jumlah daun, luas daun, bobot basah dan bobot kering tajuk,
serta dosis pupuk hayati yang terbaik pada 2,5 gr/polybag pada variabel panjang akar.