ROSMANAH, SITI and Muhammad, Chozin and Tunjung, Pamekas (2023) INSIDENSI DAN PRODUKTIVITAS 12 GENOTIPE PADI RAWA PADA LIMA AGROEKOSISTEM. Masters thesis, Universitas Bengkulu.
![Thesis [thumbnail of Thesis]](https://repository.unib.ac.id/style/images/fileicons/archive.png)
Tesis Siti Rosmanah (E2J019003) - Siti Rosmanah.pdf - Bibliography
Restricted to Repository staff only
Available under License Creative Commons GNU GPL (Software).
Download (3MB)
Abstract
Peningkatan produksi padi salah satunya dilakukan dengan perluasan areal
tanaman melalui penggunanaan lahan rawa baik rawa pasang surut maupun rawa
lebak. Kondisi lahan yang senantiasa tergenang dan serangan penyakit merupakan
beberapa kendala yang dihadapi usahatani padi pada lahan rawa. Kondisi ini
mengakibatkan produktivitas yang dihasilkan masih rendah (2,7-3 ton/ha). Salah
satu penyakit utama tanaman padi adalah penyakit blas yang disebabkan oleh
Pirycularia oryzae Cav. Penggunaan varietas unggul baru adaptif merupakan
salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas padi
pada lahan rawa. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat insidensi
dan intensitas serangan yang ditimbulkan oleh cendawan serta produktivitas 12
genotipe padi yang dibudidayakan pada lima agroekosistem rawa yang berbeda.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2020 sampai dengan Februari
tahun 2021 di Kabupaten Seluma dan Kota Bengkulu. Ujicoba lapangan
dilaksanakan pada lima agroekosistem yaitu pasang surut kecil, pasang surut
besar, lebak dangkal, lebak tengahan, dan sawah irigasi. Agroekosistem pasang
surut kecil dan pasang surut besar dilakukan pada lahan sawah di Desa Pasar
Seluma Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma. Tipologi lebak dangkal
dan lebak tengahan dilakukan di Kelurahan Kandang Limun Kota Bengkulu,
sedangkan tipologi sawah irigasi dilakukan di Kelurahan Semarang Kecamatan
Sungai Serut Kota Bengkulu. Penelitian menggunakan Rancangan Acak
Kelompok Lingkungan (RAKL), 12 perlakuan dan 3 ulangan pada masing-masing
agroekosistem. Petak percobaan berukuran 3 m x 3 m dengan jarak antar petak 0,5
m dan jarak antar blok 1 m. Perlakuan yang digunakan adalah 12 genotipe padi
yaitu UBPR 1, UBPR 2, UBPR 3, UBPR 4, UBPR 6, UBPR 7, UBPR 8, UBPR 9,
UBPR 10, dan UBPR 11 serta Inpara 4 dan Inpara 6 sebagai control. Data yang
dikumpulkan adalah insidensi penyakit dan intensitas serangan pada fase vegetatif
dan generatif, serta komponen hasil dan produktivitas masing-masing genotipe.
Data insidensi penyakit, intensitas serangan, serta komponen hasil dan hasil
dianalisis secara statistik dengan analisis varian gabungan (combinaned analysis
of variance) dan dilanjutkan dengan uji Scott-Knott cluster analysis pada taraf
5%. Data hasil identifikasi patogen penyakit dianalisis secara deskriptif.
Hasil pengamatan terhadap gejala serangan patogen menunjukkan terdapat
dua jenis penyakit utama yaitu blas dan Fusarium sp. Penyakit blas teridentifikasi
pada 12 genotipe pada lima agroekosistem, sedangkan penyakit Fusarium sp
hanya teridentifikasi pada genotipe 8 pada agroekosistem pasang surut kecil.
Penyakit blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae Cav. ditandai dengan
gejala khas berupa belah ketupat yang terlihat jelas pada fase generatif.
Sedangkan gejala yang ditimbulkan oleh Fusarium sp terlihat pada permukaan
daun berupa bercak-bercak kecil berwarna coklat gelap dan pada bagian tepi
bercak berwarna coklat muda dan agak layu.
Koloni misellium P. oryzae membentuk lingkaran seperti cincin konsentris
yang mengarah ke bagian tengah sebagai pusat konsentris berwarna putih. Bagian
pinggir koloni ada yang beraturan dan ada yang tidak beraturan dan berwarna abuabu pada permukaan atas. Pada permukaan bawah, koloni misellium berwarna
vi
hitam pada bagian tengah dan warna putih hingga keabu-abuan pada bagian
pinggir. Secara makroskopis, P. oryzae ditandai dengan konidia berbentuk bulat
telur dan bagian ujung menyempit, atau disebut juga pyriform, tidak berwarna,
serta membentuk sekat sebanyak 2-4. Pada Fusarium sp strain 1, permukaan atas
koloni berbentuk serabut berwarna putih kekuningan dan terdapat bercak-bercak
berwarna agak kuning pada permukaan bawah. Permukaan atas koloni Fusarium
sp strain 2, misellium berwarna putih dengan pinggir tidak beraturan dan
permukaan bawah berwarna putih terdapat warna agak kenuningan pada bagian
tengah. Hasil pengamatan secara makroskopis Fusarium sp strain 1 dan strain 2
struktur hifa tidak terlihat jelas sehingga tidak dapat teridentifikasi.
Insidensi penyakit dan intensitas serangan pada fase vegetatif dan fase
generatif dipengaruhi oleh kondisi agroekosistem. Secara umum, insidensi pada
semua agroekosistem di atas 50%, bahkan pada agroekosistem lebak dangkal dan
lebak tengahan hamper semua tanaman terserang penyakit (>94%). Intensitas
serangan patogen pada fase generatif lebih tinggi dibanding fase vegetatif dengan
rata-rata intensitas serangan masing-masing sebesar 17,66% (sedang) dan 28,52%
(berat).
Hasil analisis anava terhadap komponen hasil dan hasil menunjukkan
bahwa jumlah anakan total dan produktivitas yang dihasilkan per hektar
dipengaruhi adanya interaksi antara agroekosistem dan genotipe. Sedangkan
persentase gabah hampa per malai hanya dipengaruhi oleh kondisi agroekosistem.
Jumlah anakan total yang dihasilkan beberapa genotipe melampaui varietas
pembanding yaitu UBPR 2 pada agroekosistem irigasi (30,16 per rumpun), UBPR
4, UBPR 7, dan UBPR 10 pasang surut kecil, UBPR 1 pasang surut besar, UBPR
1 dan UBPR 4 lebak dangkal serta UBPR 1 pada lebak tengahan. Persentase
gabah hampa terendah pada agroekosistem irigasi (<20%), dan keempat
agroekosistem lain menghasilkan persentase gabah hampa tinggi (>20%) dan
tertinggi pada agroekosistem lebak tengahan (77,11%). Produktivitas rata-rata
yang dihasilkan pada masing-masing agroekosistem adalah 9,19 ton/ha (irigasi),
6,19 ton/ha (lebak dangkal), 4,77 ton/ha (pasang surut kecil), 4,33 ton/ha (pasang
surut besar, dan 2,09 ton/ha (lebak tengahan). Produktivitas beberapa genotipe
melampaui varietas pembanding yaitu UBPR 3 (irigasi), UBPR 4 dan UBPR 10
(pasang surut kecil), UBPR 1 (pasang surut besar), serta UBPR 10 dan UBPR 3
(lebak dangkal).
Penelitian ini menunjukkan bahwa blas penyakit dominan dengan insidensi
berkisar antara 51,91-94,42% pada fase vegetatif dan 34,43-67,39% pada fase
generatif. Intensitas serangan pada fase vegetatif dan generatif berturut-turut
sebesar 8,14-25,22% dan 9,12-48,46%. Produktivitas pada agroekosistem irigasi
9,19 ton/ha dan mengalami penurunan yang sangat besar ketika ditanam pada
agroekosistem lebak tengahan (2,09 ton/ha), dan diikuti oleh pasang surut besar
(4,33 ton/ha), pasang surut kecil (4,77 ton/ha) dan lebak dangkal (6,19 ton/ha).
Beberapa genotipe melampaui varietas pembanding yaitu UBPR 3 (irigasi),
UBPR 4 dan 10 (pasang surut kecil), UBPR 1 (pasang surut besar), serta UBPR
10 dan UBPR 3 (lebak dangkal) sedangkan agroekosistem lebak tengahan
dikategorikan sebagai agroekosistem yang kurang sesuai untuk budidaya padi
karena produktivitasnya < 3 ton/ha.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | S Agriculture > S Agriculture (General) |
Divisions: | Faculty of Agriculture > Department of Agroecotechnology |
Depositing User: | Sugiarti, S.IPust |
Date Deposited: | 27 Aug 2025 01:55 |
Last Modified: | 27 Aug 2025 01:55 |
URI: | https://repository.unib.ac.id/id/eprint/24063 |