OPTIMISASI KEUNTUNGAN INVESTASI: ANALISIS PERBANDINGAN IMBAL HASIL INVESTASI DI ANTARA REKSA DANA, SAHAM, DAN OBLIGASI RITEL INDONESIA-019 BAGI INVESTOR RITEL

Peningkatan jumlah investor pasar modal di tanah air merupakan kabar yang
menggembirakan, hal tersebut dikarenakan semakin bertambahnya alternatif
pendanaan bagi pemerintah dan perusahaan. Di Indonesia, perkembangan pasar modal
ditandai dengan bertambahnya jumlah investor yang bertransaksi melalui pasar modal.
Namun dari pertambahan jumlah investor tersebut masih dijumpai sejumlah investor
yang mengalami kerugian dalam berinvestasi disebabkan karena tingkat literasi
keuangan di pasar modal masih rendah. Untuk meminimalisasi potensi kerugian di
pasar modal, diperlukan perbandingan imbal hasil investasi yang sering dikoleksi
investor sebagai bahan pertimbangan sebelum memilih sebuah produk investasi.
Dalam penelitian ini penulis membandingkan tiga instrumen utama yang sering
dijumpai dalam portofolio investor. Ketiga instrumen tersebut adalah saham, reksa
dana, dan ORI. Untuk instrumen ORI digunakan ORI-019 sebagai instrumen yang
menjadi acuan perbandingan. ORI-019 dipilih karena memiliki tingkat kupon lebih
rendah dibanding pendahulunya namun mampu memecahkan rekor penjualan terbesar
Surat Berharga Negara (SBN) saat itu.
Dalam penelitian ini penulis dilakukan pengukuran pertumbuhan investasi dari
sejumlah uang uang diinvestasikan. Pengukuran atas pertumbuhan investasi
menggunakan pendekatan time value for money yang merupakan konsep dasar dalam
bidang keilmuan Manajemen Keuangan. Secara teknis, pertumbuhan investasi
merupakan selisih antara nilai investasi akhir periode dikurangi dengan nilai investasi
pada awal periode. Selanjutnya pertumbuhan investasi yang dihasilkan dikalikan
dengan rumus present value agar hasil perbandingan menghasilkan nilai yang setara.
Jumlah sampel yang digunakan terdiri atas saham, reksa dana, dan ORI-019. Untuk
saham, sampel terpilih merupakan emiten yang telah diperdagangkan sejak 22 Februari
2021 dan terus diperdagangkan hingga 15 Februari 2024 dengan syarat wajib harus
membayarkan dividen sekurang-kurangnya satu kali dalam periode tersebut. Jumlah
sampel saham adalah 305 emiten. Untuk reksa dana sampel yang digunakan adalah
viii
reksa dana yang telah diperdagangkan dan tetap diperdagangkan dengan periode yang
sama dengan saham. Reksa dana yang dijadikan sampel merupakan reksa dana yang
diperjualbelikan melalui tiga perusahaan sekuritas yaitu Bibit, Bareksa, dan Ajaib.
Jumlah sampel reksa dana adalah 240 produk reksa dana. Sedangkan untuk ORI-019
merupakan instrumen pembanding yang diperdagangkan sejak 22 Februari 2021 dan
jatuh tempo 15 Februari 2024.
Hasil penelitian dalam periode waktu tersebut menunjukkan bahwa saham menempati
posisi teratas imbal hasil investasi dengan rata-rata imbal hasil yang diberikan untuk
seluruh emiten yang diamati sebesar 77,59%, ORI-019 menempati urutan kedua
dengan imbal hasil rata-rata sebesar 6,73%, sedangkan reksa dana menempati posisi
ketiga dengan imbal hasil rata-rata sebesar -0,99%. Hasil penelitian didasarkan pada
data-data kinerja pada periode waktu terrbatas, sehingga mungkin akan menghasilkan
hasil yang berbeda jika ada perbedaan horizon waktu, durasi investasi, maupun sampel
yang digunakan.
Sebagai respon atas rendahnya kinerja reksa dana secara rata-rata, maka diperlukan
penelitian lainnya terkait imbal hasil investasi khususnya antara reksa dana dan SBN.
Pengulangan penelitian terkait perbandingan antara reksa dana dan SBN di Indonesia
akan membuka paradigma baru atas potensi adanya anomali risk-reward theory dalam
lingkup sebuah wilayah.
Keyword: investasi, investor ritel, pasar modal