KERAGAMAN JENIS TANAMAN POLA AGROFORESTRI KEBUN CAMPUR (STUDI KASUS: DESA BATU AMPAR, KECAMATAN MERIGI, KABUPATEN KEPAHIANG)

Agroforestri adalah metode pengelolaan lahan yang menggabungkan pepohonan
dengan tanaman semusim atau tanaman lainnya dalam satu sistem, dengan tujuan untuk
meningkatkan produktivitas tanah serta memberikan manfaat ekologis, ekonomi, dan
sosial. Konsep ini bertujuan untuk rehabilitasi lahan yang telah terdegradasi, yang
merupakan salah satu aspek penting dalam perlindungan lingkungan (Muttaqin et al.,
2020). Agroforestri dapat menjadi jawaban atas kebutuhan untuk memanfaatkan lahan
dengan cara yang lebih produktif sekaligus pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat.
Melalui penerapan agroforestri ini dapat menciptakan sistem pertanian yang berkelanjutan,
meningkatkan kesuburan tanah, menjaga keberagaman hayati, memberikan perlindungan
bagi tanaman dari cuaca ekstrem, serta memberikan manfaat ekonomi bagi petani (Tjatjo et
al., (2015).
Desa Batu Ampar adalah salah satu desa penyangga kawasan hutan yang berada di
Kecamatan Merigi, Kabupaten Kepahiang pada ketinggian sekitar ±700 meter di atas
permukaan laut (Mdpl). Dengan luas total wilayah 791,94 hektar, yang terdiri dari 6,01 ha
kawasan permukiman, 291,45 ha kawasan yang diperuntukan untuk perkebunan, pertanian
dan lainnya serta 494,45 ha merupakan kawasan hutan Taman Wisata Alam (TWA) Bukit
Kaba. Penduduk Desa Batu Ampar berjumlah 742 jiwa / 234 KK dengan mayoritas
penduduk berprofesi sebagai petani (Profil Desa Batu Ampar, 2023) yang memiliki
keragaman jenis tanaman pola agroforestri kebun campur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis tanaman dan tingkat keragaman dari
jenis tanaman kehutanan, tanaman pertanian serta tanaman perkebunan yang terdapat pada
lahan pola agroforestri kebun campur masyarakat di Desa Batu Ampar, Kecamatan Merigi,
Kabupaten Kepahiang yang dilaksanakan pada bulan September 2023. Penelitian ini
merupakan penelitian empiris yang menggunakan metode pengumpulan data melalui
survei untuk memperoleh data (informasi) yang tepat dan akurat sehingga dilakukan tahap
penelitian, yaitu survei awal, penentuan sampel penelitian (sampling), teknik pengumpulan
data dan analisa data. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei
ekologis untuk mengetahui jenis tanaman yang terdapat pada lokasi penelitian. Lokasi
penelitian dipilih berdasarkan kondisi sosial yang aman, keberadaan tanaman yang
termasuk dalam kriteria penilaian, yaitu tanaman kehutanan, pertanian, dan perkebunan.
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria jenis
tanaman kehutanan, pertanian, dan perkebunan yang melimpah. Intensitas sampling pada
penelitian ini sebesar 10% dari total luas kebun yang menerapkan agroforestri. Akan tetapi,
pada saat dilaksanakan survei awal di lapangan hanya ditemukan sembilan kebun yang
termasuk dalam kriteria pola agroforestri kebun campur yang ada di Desa Batu Ampar.
Proses pengumpulan data sampel dilakukan dengan menggunakan metode analisis vegetasi
dengan cara membuat plot atau petak bersarang secara kontinyu. Jumlah petak sampel
secara propoporsional diperoleh berdasarkan luas kebun dengan ukuran plot 20 m × 20 m
untuk tingkat pohon, 10 m × 10 m untuk tingkat tiang, 5 m × 5 m untuk tingkat pancang,
dan 2 m × 2 m untuk tingkat herba.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1. Pola penanaman agroforestri yang diterapkan di desa ini adalah Random
Mixture. Dalam pola ini, tanaman kehutanan (tanaman berkayu) dan tanaman pertanian
(tanaman tidak berkayu) ditanam tanpa memperhatikan pola tertentu. Petani agroforestri di
Desa Batu Ampar terdapat 16 jenis tanaman kehutanan, terdapat 13 jenis tanaman
pertanian, 9 Jenis tanaman perkebunan. Yang dimana setiap kebun agroforestri di Desa
Batu Ampar khususnya Agrisylvikultur merupakan gabungan antara komponen kehutanan
(tanaman berkayu) dan komponen pertanian (tanaman tidak berkayu) pada ruang dan
waktu yang sama. Pola penanaman agroforestri yang diterapkan di desa ini adalah Random
Mixture. Dari 9 kebun milik masyarakat yang ada di Desa Batu Ampar salah satu tanaman
yang menjadi komponen utama dalam kebun adalah Kopi Robusta (Coffea canephora)
karena dapat diandalkan untuk menghasilkan pendapatan utama bagi pemilik lahan
sehingga penjualan kopi membantu menunjang kelangsungan hidup dan kesejahteraan
keluarga petani agroforestri di Desa Batu Ampar.
2. Indeks keanekaragaman jenis tanaman berada dalam kategori sedang, yakni
terdapat 31 jenis individu tanaman yang terbagi dalam tingkat pohon sebanyak 15 jenis
individu tanaman, tingkat tiang sebanyak 8 jenis individu tanaman, tingkat pancang
sebanyak 2 jenis individu tanaman, dan tingkat semai terdapat 6 jenis individu tanaman.
Adapun jenis individu tanaman yang paling banyak dijumpai, yaitu Gamal (Gliricidia
sepium) sebanyak 628 individu tanaman tingkat pohon, kemudian ada Pala (Myristica
fragrans Houtt.) dari tingkat tiang sebanyak 37 individu tanaman, Kopi Robusta (Coffea
canephora) dari tingkat pancang sebanyak 522 individu tanaman, Lada Hitam (Piper
nigrum L.) sebanyak 628 individu tanaman tingkat herba.
3. Tingkat keragaman tertinggi jenis tanaman kehutanan yang termasuk dalam
kategori jenis tanaman hutan berkayu didominasi oleh Gamal (Gliricidia sepium) dan jenis
tanaman kombinasi budidaya tahunan berkayu didominasi oleh Kopi Robusta (Coffea
canephora) dan Durian (Durio zibethinus Murr.). Selanjutnya untuk tingkat keragaman
tertinggi jenis tanaman pertanian didominasi oleh tanaman Pisang (Musa spp.), Cabai
Rawit (Capsicum frustescens L.), dan Durian (Durio zibethinus Murr.). Sedangkan pada
tingkat keragaman jenis tanaman perkebunan di dominasi oleh Lada Hitam (Piper nigrum
L.), Kopi Robusta (Coffea canephora) dan Pinang (Areca catechu L.).