PENGHAMBATAN JAMUR Chaetomium dan Trichoderma MENCEGAH PERKEMBANGAN Colletotrichum spp. PENYEBAB PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.)

ROHAENDI, PEPEN and Tunjung, Pamekas and Sigit, Sudjatmiko (2025) PENGHAMBATAN JAMUR Chaetomium dan Trichoderma MENCEGAH PERKEMBANGAN Colletotrichum spp. PENYEBAB PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.). Masters thesis, Universitas Bengkulu.

[thumbnail of Thesis] Archive (Thesis)
Tesis pepen.pdf - Bibliography
Restricted to Repository staff only
Available under License Creative Commons GNU GPL (Software).

Download (2MB)

Abstract

Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman hortikultura yang
cukup banyak kegunaannya dan merupakan komoditas penting dalam
perekonomian nasional. Namun dalam proses budidayanya sering mengalami
gangguan yang disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya gangguan oleh
penyakit tanaman. Penyakit Antraknosa oleh patogen Collectroticum spp. dapat
menyebabkan kerusakan dari daun batang sampai ke buah dengan menyerang
bagian buah tanaman dan menyebabkan kegagalan panen hingga 90 % pada saat
musim hujan. Salah satu upaya pengendalian yang ramah lingkungan
menggunakan cendawan antagonis. Telah dilaporkan sebelumnya mengenai isolat
cendawan antagonis Chaetomium dan Trichoderma potensinya sebagai elisitor
pertumbuhan dan ketahanan terhadap penyakit Antraknosa tanaman cabai. Namun
belum diketahui berpa konsentrasi yang digunakan untuk mengendalikan
penyakit Antraknosa yang disebabkan oleh patogen Colletrotichum spp. Oleh
karena itu peneitian ini bertujuan untuk menguji Penghambatan cendawan
Chaetomium dan Trichoderma menekan perkembangan Colletotrichum spp
penyebab penyakit antraknosa pada tanaman cabai sebagai elisitor pertumbuhan
dan ketahanan tanaman cabai.
Penelitian dilaksanakan pada Apri sampai November 2024, penelitian
dilaksanakan sebanyak 2 tahapan. Tahap pertama uji In vitro dilaksanakan di
Laboratorium Agronomi dan Laboratorium Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu. Tahapan kedua uji in vivo dilaksanakan rumah kasa Dinas
Pertanian Kota Lubuk Linggau. Pengujian secara in vitro menggunakan uji
biakan ganda dua perlakuan cendawan antagonis Chaetomium globusum vs
Colletotrichum spp dan Trichoderma viride vs Colletotrichum spp yang diulang
sebanyak 3 kali dan pengujian in vivo dilakukan menggunakan rancangan petak
terbagi (Split Plot Design) percobaan dilakukan dalam tiga perlakuan perlakuan
petak utama fungisida Antagonis Chaetomium (F1), Trichoderma (F2), Antracol
(F3) dan perlakuan anak petakan terdiri 3 tarap konsentrasi (K) K1 : 1 g/ L, K2
: 2 g/ L, K3 : 3 g/ L masing masing perlakuan diulang 3 kali yang terdiri dari 3
tanaman sampel, hingga diperoleh 81 tanaman percobaan. Penelitian
dilaksanakan melalui beberapa tahap yaitu pengambilan sampel buah cabai,
isolasi cendawan patogen Colletotrichum spp, karakterisasi cendawan patogen,
peremajaan isolat cendawan antagonis, pengujian biakan ganda dan mekanisme
antagonisme cendawan antagonis dan patogen, penyemaian benih cabai, persiapan
media tanam cabai, penanaman, pengujian potensi cendawan antagonis sbeagai
elisitor, dan pemeliharaan, serta analisis senyawa asam salisilat.
Hasil penelitian invitro menunjukkan isolat Trichoderma viride
merupakan isolat dengan uji daya hambat paling tinggi yaitu 90,30% dan
Chaetomium globusum memiliki daya hambat 88,20%. Mekanisme antagonisme
cendawan antagonis terdiri dari kompetisi ruang nutrisi dan oksigen untuk semua
isolat, untuk mekanisme antibiosis tidak terjadi. Sedangkan mekanisme
parasitisme terjadi pada kedua isolat. Hasil pengujian in vivo potensi cendawan
antagonis sebagai elisitor mampu menurunkan persentase serangan tertinggi
fungisida antagonis Trichoderma hingga 80,68 % dengan dosis 1 g/L, 91,16%
dengan dosis 2 g/L dan 92,27 % dengan dosis 3 g/L. jenis fungisida antagonis
Chaetomium mampu menurunkan persentase serangan antraknosa 87,61% dengan
dosis 1g/L, 91.07% dengan konsentrasi 2g/L, dan 92,65 % dengan dosis 3 g/L.
fungisida sintetik Antrakol hanya mampu menurunkan persentase serangan 83,48
% dengan dosis 1 g/L, 86,19 % dengan dosis 2g/L dan 89,37% dengan dosis 3
g/L. Pada intensitas serangan antraknosa perlakuan jenis fungisida mampu
menurunkan intensitas serangan. Perlakuan jenis fungisida antagonis
Trichoderma menurunkan intensitas serangan antraknosa 95,12% dengan dosis
1g/L, 96,38% dengan konsentrasi 2g/L, dan 97,46 % dengan dosis 3 g/L. jenis
fungisida antagonis Chaetomium mampu menurunkan intensitas serangan
antraknosa 92,76% dengan dosis 1g/L, 96,83% dengan konsentrasi 2g/L, dan
96,27 % dengan dosis 3 g/L. fungisida sintetik Antrakol hanya mapu
menurunkan intensitas serangan 89,95 % dengan dosis 1 g/L, 92,14 % dengan
dosis 2g/L dan 93,80% dengan dosis 3 g/L.
Trichoderma viride dan Chaetomium globusum merupakan isolat dengan
pengaruh peningkatan konsentrasi kandungan senyawa asam salisilat yang paling
baik dibandingkan dengan Antracol. Secara keseluruhan cendawan antagonis
baik sebagai elisitor pertumbuhan dan ketahanan tanaman cabai terhadap
penyakit antraknosa karena dapat memperbaiki lingkungan dan menurunkan
residu kimia berbahaya pada hasil buah cabai.
Kata kunci: Colletrotichum spp., Elisitor, Antagonis.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: S Agriculture > S Agriculture (General)
Divisions: Postgraduate Program > Master of Agroecotechnology
Depositing User: Sugiarti, S.IPust
Date Deposited: 24 Sep 2025 02:40
Last Modified: 24 Sep 2025 02:40
URI: https://repository.unib.ac.id/id/eprint/25976

Actions (login required)

View Item
View Item

slot gacor terbaik

slot gacor terpercaya

Situs Resmi Bisawd

slot gacor 4d

Slot Terpercaya

Slot Gacor bet 200