IMPLEMENTASI PERATURAN PRESIDEN NOMOR 78 TAHUN 2021 PADA KELEMBAGAAN BALITBANGTAN BPTP BENGKULU

Implementasi perubahan organisasi merupakan proses strategis yang
dirancang untuk memastikan transisi yang mulus dari situasi saat ini ke kondisi
yang diinginkan (Almanei et al., 2018). Salah satu prinsip dasar dalam perubahan
organisasi adalah menciptakan sense of urgency, yaitu kesadaran mendalam di
seluruh lapisan organisasi tentang pentingnya perubahan (Markiewicz, 2011). Hal
ini sering dimulai dengan komunikasi yang jelas dan terbuka mengenai tantangan
yang ada, peluang yang dapat diraih, serta risiko jika perubahan tidak dilakukan.
Selain itu, pembentukan visi yang inspiratif dan strategi yang konkret menjadi
langkah awal untuk memberikan arah yang jelas dalam proses perubahan. Visi ini
harus mencerminkan tujuan bersama yang dapat memotivasi semua pihak untuk
berkontribusi secara aktif (Harrison et al.,2021). Reaksi terhadap perubahan
adalah respons kognitif dan perilaku berdasarkan adaptasi dan pemahaman yang
komprehensif tentang bagaimana bereaksi terhadap perubahan (AL-Abrrow et al.,
2019; Peng et al, 2021). Penolakan dan penerimaan dianggap sebagai bagian
alami dari proses perubahan (Haslam dan Pennington, 2010).
Menurut konsep teoritis dari (Almanei et al., 2018), Implementasi
perubahan organisasi merupakan proses strategis yang dirancang untuk
memastikan transisi yang mulus dari situasi saat ini ke kondisi yang diinginkan.
Resistensi atau penolakan adalah konsep yang menggambarkan penolakan,
perlawanan, atau ketidaksetujuan terhadap ide, perubahan, atau otoritas Georgalis
et al., 2015. Disisi lain Menurut penelitian (Di Fabio dan Palazzeschi, 2024),
penerimaan perubahan merujuk pada kesiapan individu dalam menghadapi
perubahan serta kemampuannya untuk menyesuaikan diri. Ketika tingkat
penerimaan tinggi, individu cenderung lebih kooperatif dan proaktif dalam
menjalani proses perubahan tersebut. Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi perubahan organisasi yang
terjadi pada BPSIP Provinsi Bengkulu, yang terdiri dari tahap persiapan, tahap
pelaksanaan serta tahap pelaporan dan evaluasi.
Jenis penelitian ini merupakan penlitian deskriptif kualitatif. Sumber data
diperoleh dari Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BPSIP) Provinsi
Bengkulu. Dua jenis data dikumpulkan dalam penelitian ini: data primer dan data
sekunder. Desain penelitian yang digunakan adalah Tematic Analysis, teknik
pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Data
kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari Kepala Instansi, Kepala Bagian Tata
Usaha dan ex.peneliti BALITBANGTAN BPTP Bengkulu dalam bentuk
informasi secara lisan, serta dokumen pendukung.
viii
ix
Berdasarkan analisis, ditemukan bahwa 47% mantan peneliti
BALITBANGTAN BPTP Bengkulu yang kini berstatus pegawai fungsional di
BPSIP menunjukkan sikap resistensi terhadap perubahan organisasi. Resistensi ini
dipicu oleh rasa aman yang mereka peroleh dari sistem kerja lama, yang
memberikan kepastian pekerjaan, karir, serta lingkungan yang mendukung. Rekan
kerja sebelumnya saling mendukung dalam menyelesaikan tugas, menciptakan
kenyamanan dalam bekerja, yang membuat mereka kesulitan menerima perubahan
yang ditawarkan. Di sisi lain, 57% pegawai yang berpindah ke BRIN dan tetap
berstatus peneliti, menerima perubahan organisasi ini dengan dampak positif bagi
karier mereka. Mereka melihat peluang untuk pengembangan karir yang lebih
luas, akses ke fasilitas riset modern, kolaborasi internasional, dan partisipasi
dalam proyek strategis nasional. Meskipun perubahan memerlukan adaptasi
terhadap budaya kerja dan sistem baru di BRIN, sebagian pegawai
menganggapnya sebagai kesempatan untuk memperkuat portofolio riset dan
meningkatkan pengakuan profesional di tingkat nasional maupun global.
Selanjutnya, akibat perubahan organisasi ini BALITBANG BPTP Bengkulu
berubah menjadi BPSIP Bengkulu yang dimana perubahan ini juga
merestukturisasi tugas pokok dan fungsi dari organisasi maupun pegawai
didalamnya.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa perubahan
organisasi dari BALITBANGTAN BPTP menjadi BPSIP, sebagai dampak dari
implementasi Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2021, bertujuan
mengintegrasikan riset dan inovasi nasional di bawah BRIN serta meningkatkan
efektivitas riset pertanian. Proses ini meliputi tiga tahap utama, yaitu persiapan,
pelaksanaan, dan pelaporan serta evaluasi. Pada tahap persiapan, sosialisasi,
koordinasi, dan komunikasi intensif dilakukan untuk menyelaraskan peran
pegawai yang bergabung dengan BRIN maupun yang bertahan di Kementan,
meskipun muncul respons beragam terkait stabilitas posisi dan budaya baru.
Tahap pelaksanaan menghadirkan tantangan adaptasi bagi pegawai, di mana
sebagian memilih bertahan di BPSIP demi stabilitas, sementara lainnya melihat
peluang pengembangan karier di BRIN. Keputusan ini dipengaruhi oleh faktor
profesional, emosional, dan manfaat yang dirasakan, dengan kebutuhan akan
komunikasi yang jelas serta jaminan hak ekonomi. Tahap pelaporan dan evaluasi
dilakukan melalui penyesuaian formasi pegawai, tugas, dan fungsi sesuai
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 13 Tahun 2023, disertai evaluasi berkala oleh
tim pengawas Kementan dan BRIN. Dukungan lingkungan kerja yang suportif,
pelatihan lanjutan, dan komunikasi yang efektif membantu pegawai beradaptasi
dengan perubahan, sehingga BPSIP diharapkan dapat berperan lebih signifikan
dalam inovasi pertanian dan meningkatkan kesejahteraan petani, khususnya di
Bengkulu.
Kata Kunci: Resistensi, Penerimaan Perubahan, Perubahan Organisasi,
Manajemen Perubahan