ANALISIS ORIENTASI KERJA KARYAWAN PT GANS ENERGI INDONESIA DI BENGKULU

Orientasi kerja melibatkan pemahaman tentang bagaimana individu
memperoleh makna dari pengalaman kerja mereka. Makna kerja dapat bervariasi
berdasarkan faktor-faktor, seperti tujuan karir, kebutuhan finansial, rasa memiliki
pekerjaan, hubungan sosial atau bahkan hanya sekedar mencari kesibukan, untuk
mencapai kepuasan hidup. Orientasi kerja karyawan bekerja dapat melibatkan
pemutakhiran pengetahuan tentang lingkungan kerja dan peningkatan
keterampilan untuk peran tertentu. Karena itu, orientasi ini tidak terlepas dari
budaya kerja dan nilai-nilai individu yang dimiliki.
Penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan persepsi karyawan atas
variabel orientasi kerja. Selain itu, penelitian ini juga menilai perbedaan persepsi
tersebut berdasarkan status karyawan Tionghoa dan karyawan lokal. Orientasi
kerja diukur dengan dimensi calling (Panggilan), job (Pekerjaan), career (Karir),
social embeddedness (Keterikatan social), dan busyness (Kesibukan).
Pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian eksplanatif digunakan untuk
metode penelitian. Penelitian mendeskripsikan tanggapan orientasi kerja yang
dipersepsikan responden dan menjelaskan fenomena yang mendasari hasil yang
diberikan. Penelitian ini dilakukan di PT Gans Energi Indonesia di Bengkulu dan
karyawan yang terdiri atas karyawan Tionghoa dan karyawan lokal sebagai
subyek. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner melalui survei online
dan bersifat self-administrative survey questionnaire. Kuesioner disebarkan ke
whatsapp responden yang terpilih setelah dilakukan validitas muka (face validity)
dan validitas isi. Sejumlah 219 kuesioner yang layak diteliti. Data yang terkumpul
dilakukan uji validitas konvergen korelasi bivariate, dan analisis reliabilitas
Cronbach’s alpha, dan data dinyatakan valid dan reliabel. Kemudian, data
tersebut dianalisis menggunakan frekuensi dan mean untuk menjawab pertanyaan
tentang persepsi responden atas orientasi kerja. Mann-Whitney U test digunakan
untuk menjawab pertanyaan tentang perbedaan persepsi karyawan Tionghoa dan
lokal atas orientasi kerja yang melekat di diri mereka.
Hasil menunjukkan bahwa karyawan memberi skor rata-rata sangat tinggi
sekali untuk kelima dimensi orientasi kerja. Artinya bahwa semua karyawan yang
berorientasi pada calling, job, career, social embeddedness dan busyness
berpersepsi dimensi tersebut dibutuhkan sebagai alasan bekerja. Baik karyawan
Tionghoa maupun karyawan lokal juga merating sangat tinggi sekali pada kelima
dimensi. Hal ini mengimplementasikan bahwa perusahaan mempunyai budaya
viii
yang tinggi dan keseimbangan antar kerja dan kehidupan pribadi terjaga. Orientasi
kerja karyawan pada perusahaan yang diteliti melingkupi sebagian mereka yang
sungguh-sungguh bekerja karena dorongan dari dalam diri sendiri, sebagian lagi
hanya bekerja untuk kompensasi keuangan, sebagian lainnya karena mengejar
karir, ada yang ingin memenuhi kebutuhan sosial dengan menjadi bagian dari
perusahaan dan tim kerja, dan mereka yang mencari kesibukan dimana kerja
bukan untuk mancari nafkah. Sayangnya hasil ini bertolak belakang dengan data
demografi, khususnya pada mereka yang usia produktif yang tidak seharusnya
memilih orientasi career dan job. Hasil ini terbukti saat dilakukan uji beda
persepsi yang menemukan perbedaan yang sangat signfikan. Hasil yang paling
signifikan menjelaskan bahwa faktor budaya dan nilai individu kedua status
karyawan sangat berpengaruh.
Berdasarkan hasil analisis maka disarankan beberapa hal. Perlu adanya
analisis struktur konstruk untuk menilai apakah responden memahami konstruk
yang sama. Kemudian, perlu adanya pelatihan komunikasi lisan dan tertulis untuk,
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa mandarin. Pelatihan lainnya berupa
keterampilan bidang kerja bersertifikat.
Kata kunci: Work orientation, Calling, Job, Career, Social embeddedness, Busyness