REPRESENTASI BUDAYA MATRILLINEAL PADA SUKU DI PULAU ENGGANO

Sistem kekerabatan matrilineal yang menurunkan garis keturunan menurut garis keturunan ibu. Pengadopsian sistem matrilineal oleh suku Enggano dijelaskan sebagai berikut: Apabila seorang perempuan menikah dengan laki-laki yang berasal dari luar budaya Enggano atau dari suku Enggano lain, maka anak-anaknya mewarisi garis keturunan ibu dari ibu. Keturunan dari persatuan ini akan mewarisi garis keturunan suku ibu mereka. Hanya keturunan biologis yang dapat mewarisi suku Enggano. Pada prosesi pernikahan, pada prosesi adat, laki-laki memberi mahar kepada pihak perempuan. Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah bagaimana suku di Pulau Enggano mengkomunikasikan budaya matrilineal dalam kehidupan sehari-hari untuk untuk mengetahui lebih dalam bagaimana suku di Pulau Enggano mengkomunikasikan budaya matrilineal dalam kehidupan sehari-hari menggunakan teori Representasi Stuart Hall dengan melihat sudut pandang dari 3 pendekatan, yaitu : Pendekatan Reflektif, Pendekatan Intensional dan pendekatan kontruksi dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Budaya Matrilineal di Pulau Enggano ini menjadikan perempuan sebagai pewaris suku dan harta warisan, perempuan dalam adat memiliki peran sebagai bendahara adat “orai”, Syarat yang harus dimiliki untuk menjadi seorang bendahara adat antara lain harus mengerti adat dan paham bahasa Enggano. Seorang bendahara adat harus selalu aktif dalam setiap urusan adat dan dalam kepengurusan adat dan telah melalui proses musyawarah. Pada proses pembagian harta ada 2 pendapat berbeda yang ditemukan, yaitu perempuan di prioritaskan dan perempuan tidak menjadi ahli waris khusus. Penggunaan istilah-istilah khusus dalam bahasa sehari- hari yang merujuk pada hubungan kekerabatan melalui garis ibu tidak ditemukan. Kata kunci : Representasi, Budaya Matrilineal, Perempuan, Suku Enggano