Sitompul, Cenda Sari and Tunjung, Pamekas and Dwinardi, Apriyanto (2024) INSIDENSI PENYAKIT BERCAK DAUN (cercospora) PADA ENAM VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.). Other thesis, Universitas Bengkulu.
![Thesis [thumbnail of Thesis]](https://repository.unib.ac.id/style/images/fileicons/archive.png)
Skripsi Cenda Sari Sitompul E1K020024 - Cenda Sari Sitompul.pdf - Bibliography
Restricted to Repository staff only
Available under License Creative Commons GNU GPL (Software).
Download (640kB)
Abstract
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki arti ekonomi yang cukup penting
karena berperan dalam memenuhi kebutuhan pangan dan pakan nasional. Kebutuhan
kacang tanah dari tahun ke tahun meningkat sekitar 4,4% sedangkan produksi kacang
tanah hanya meningkat sebesar 2,5%. Nilai produksi kacang tanah di Indonesia pada tahun
2022 mengalami penurunan dibandingkan dua tahun sebelumnya. Berdasarkan Badan Pusat
Statistik (2022) nilai produksi kacang tanah di Indonesia pada tahun 2022 sebesar 416.457
ton, lebih rendah jika dibandingkan pada tahun 2020 dan 2021 yaitu sebesar 484.786 dan
450.956 ton. Rendahnya produksi kacang tanah disebabkan oleh berbagai faktor salah
satunya yaitu penyakit daun (Dasar pemikiran)
Untuk mengetahui insidensi penyakit bercak daun (Cercospora) pada enam varietas
kacang tanah (Kelinci, Bison, Varietas Lokal, Katana 2, Talam 3, Tala 1) (tujuan)
Penelitian ini dilaksanakan dari Desember 2023 sampai dengan juni 2024
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan 6 varietas kacang tanah
dengan setiap perlakuan diulang empat kali, dengan 2 tanaman per ulangan. Adapun total
yang diperoleh sebanyak 24 satuan percobaan yang terdiri dari 48 tanaman. Metode yang
digunakan dalam penelitian yaitu pengambilan benih kacang tanah, isolasi patogen dengan
metode penanaman jaringan, persiapan media tanaman kacang tanah menggunakan tanah
lapisan top soil sebagai media tanam yang sudah dibersihkan dari seresah dicampur dengan
pupuk kandang dengan perbandingan 2: 1 kemudian disterilkan dengan menggunakan
formalin dengan konsentrasi 4% kemudian disungkup dengan plastik setelah 2 minggu
plastik dibuka, tanah didinginkan selama 24 jam dan tanah steril siap dimasukkan ke dalam
ember berukuran 40 cm x 18 cm sebanyak 6 kg, penanaman kacang tanah ditanam dengan
media tanam ember kemudian benih dimasukan ke dalam lubang tanam sebanyak 2 benih
per lubang pada kedalaman tanam 3 – 5 cm, inokulasi patogen Cercospora dilakukan dengan
menggunakan suspensi konidia Cercospora dari biakan murni umur 3 minggu yang
disemprotkan pada permukaan daun sebanyak 10 ml per tanaman dan kerapatan spora
suspensi konidia 10 6 m, pemeliharaan dilakukan hingga pada fase generatif, yaitu terdiri dari
penyiraman yang dilakukan pada waktu pagi dan sore hari, pemupukan dan pengendalian
organisme pengganggu tanaman. Variabel yang diamati tinggi tanaman diamati dengan
dengan mengukur tanaman menggunakan penggaris selama 7 hari sampai sekali setelah
inokulasi sampai 5 minggu setelah inokulasi (MSI), jumlah cabang dan jumlah daun dihitung
mulai sejak pertama kali muncul cabang tanaman, pengamatan 7 hari sekali sampai 5 MSI,
brangkasan basah pada saat panen ditimbang dengan timbangan analitik, bobot kering
brangkasan diukur setelah dikeringkan di dalam oven pada suhu 700C selama 2x24 jam
dengan menggunakan timbangan analitik, Bobot jumlah biji dalam satu tanaman pada saat
panen ditimbang, masa inkubasi dilakukan setiap hari setelah inokulasi sampai tanaman
panen dan memperlihatkan gejala dilakukan mulai satu hari setelah inokulasi (HSI),
persentase serangan penyakit diamati setiap minggu sekali sejak inokulasi sampai tanaman
panen dengan cara mengamati tanaman yang mulai terserang penyakit, intensitas serangan
diamati setiap minggu sekali sejak inokulasi sampai tanaman panen, Tingkat kehijauan
dihitung menggunakan SPAD dilakukan pada fase vegetatif dan generatif. jumlah stomata
diamati dengan menjiplak stomata pada permukaan daun kacang tanah dengan cara
mengoleskan kutek bening dan ditutup dengan selotip dan ditekan, selanjutnya ditempelkan
pada gelas objek untuk diamati di bawah mikroskop dan dilakukan pada fase vegetatif dan
generatif, jumlah trikoma dengan cara daun sampel dipilih secara acak dalam satu tanaman
dengan syarat daun telah membuka secara sempurna. Bagian daun yang akan diamati
dipotong berukuran 1x1cm dan di selotip pada kaca preparat, kandungan asam salisilat
dengan cara 0,5 g sampel daun kacang tanah digerus dan selanjutnya ditambahkan metanol
90% hingga 10 ml. Kemudian ekstrak diambil 1 ml dan ditambahkan 9 ml metanol untuk
selanjutnya dianalisis dengan spektrofotometer uv-vis, kandungan senyawa fenol dengan
cara 0,5 g sampel daun kacang tanah digerus dan selanjutnya ditambahkan metanol 90%
hingga 10 ml. Kemudian ekstrak diambil 1 ml dan ditambahkan 9 ml metanol untuk
selanjutnya dianalisis dengan spektrofotometer uv-vis dan analisis data dianalisis secara
statistik dengan analisis varian taraf 5% jika antar perlakuan terdapat perbedaan nyata, maka
akan dilakukan uji lanjut dengan DMRT taraf 5%.(Metode)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada variabel pertumbuhan varietas Kelinci
menunjukkan tinggi tanaman paling rendah pada 3 minggu MSI, sementara varietas Bison,
Varietas lokal, Katana 2, Talam 3 dan Tala 1 pertumbuhan tinggi yang sama, Katana 4
memiliki jumlah cabang dan jumlah daun terbanyak dan memberikan brangkasan hasil
terbaik dengan brangkasan basah tertinggi sebesar 319,375 g dan brangkasan kering tertinggi
sebesar 71,67 g. kelinci memiliki bobot biji tertinggi sebesar 169 gram, dan menunjukkan
hasil yang sangat baik dalam kondisi yang diuji dengan varietas Tala 1 memiliki masa
inkubasi, persentase serangan, intensitas serangan yang paling rendah dan paling dan
varietas Tala 1 memiliki tingkat kehijauan tertinggi, jumlah stomata paling sedikit, memiliki
jumlah trikoma terbanyak, asam salisilat dan senyawa fenol yang paling tinggi dibandingkan
lima varietas lainnya.(Hasil)
Kesimpulannya variabel pertumbuhan varietas Kelinci memiliki pertumbuhan
terendah, Katana 4 memiliki jumlah daun terbanyak dan varietas Tala 1 memiliki respon
yang paling baik dibandingkan varietas lainnya dalam merespon penyakit bercak daun
dengan insidensi terendah. Hal ini didukung dengan hasil ketahanan struktural dan biokima
dengan jumlah stomata, kandungan asam salisilat dan kandungan senyawa fenol yang
memiki korelasi terhadap intensitas serangan penyakit bercak daun. (Kesimpulan)
Program Studi Proteksi Tanaman, Jurusan Perlindungan Tanaman , Fakultas Pertanian,
Universitas Bengkulu
Item Type: | Thesis (Other) |
---|---|
Subjects: | S Agriculture > S Agriculture (General) |
Divisions: | Faculty of Agriculture > Department of Plant Protection |
Depositing User: | Sugiarti, S.IPust |
Date Deposited: | 08 Oct 2025 03:04 |
Last Modified: | 08 Oct 2025 03:04 |
URI: | https://repository.unib.ac.id/id/eprint/28135 |