PERSEPSI MASYARAKAT LOKAL TERHADAP TRADISI OGOH-OGOH DI DESA RAMA AGUNG (PENERIMAAN DAN PELESTARIAN DI TENGAH KERAGAMAN AGAMA)

Tradisi Ogoh-Ogoh merupakan bagian penting dari perayaan Hari Raya Nyepi bagi
umat Hindu Bali, yang melambangkan proses pembersihan diri dari unsur negatif
dan upaya menjaga keseimbangan hidup. Di Desa Rama Agung, Kabupaten
Bengkulu Utara, tradisi ini tetap dilestarikan meskipun masyarakatnya memiliki
latar belakang agama yang beragam, seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan
Buddha. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji persepsi masyarakat lokal
terhadap tradisi Ogoh-Ogoh dalam konteks komunikasi antarbudaya di lingkungan
multikultural. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Data diperoleh melalui teknik purposive sampling dengan
melibatkan delapan informan, terdiri dari tokoh agama, pelaku tradisi, serta warga
dari berbagai usia dan latar belakang agama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Ogoh-Ogoh tidak hanya dipahami sebagai ritual keagamaan umat Hindu,
melainkan telah berkembang menjadi simbol kebersamaan, toleransi, dan upacara
budaya tahunan. Tradisi ini diterima secara luas karena adanya sikap saling
menghargai dan penerimaan terhadap perbedaan antarwarga. Sebagai media
komunikasi simbolik, Ogoh-Ogoh mampu menjembatani perbedaan budaya dan
agama, memperkuat interaksi lintas agama, serta membangun persepsi kolektif
yang inklusif. Lebih jauh, tradisi ini memperkuat citra Desa Rama Agung sebagai
desa kerukunan sekaligus menjadi daya tarik budaya yang mengukuhkan identitas
lokal.

Kata Kunci: Identitas Budaya, Kerukunan Sosial, Komunikasi Antarbudaya,
Ogoh-Ogoh, Toleransi Beragama, Tradisi Lokal