SIFAT KIMIA TANAH PADA SISTEM TUMPANG SARI SEMANGKA (Citrullus vulgaris, Schard) DAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) MASA PEREMAJAAN BELUM MENGHASILKAN

Pada saat peremajaan kelapa sawit kondisi lahan menjadi terbuka dan kering yang
disebabkan oleh paparan sinar matahari secara penuh, hal ini akan berdampak pada kualitas
sifat kimia tanah yang rendah dalam menentukan kesuburan tanah seperti defisiensi hara
terutama N, P, dan K. Salah satu solusi untuk meningkatkan produktivitas tanah pada saat
peremajaan kelapa sawit yaitu dengan menerapkan sistem tumpangsari yang membantu
mengurangi penguapan air dan erosi tanah. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Kelompok Lengkap dengan faktor pertama yaitu sistem pengelolaan lahan
tumpangsari tanaman semangka dan monokultur kelapa sawit. Faktor kedua jarak
pengambilan contoh tanah (0,75 m, 2,25 m, dan 3,75 m) dengan jumlah ulangan 3, sehingga
terdapat 18 satuan percobaan. Sifat kimia tanah yang diamati yaitu pH (H2O 1:2,5 b/v), pH
(KCl 1:2,5 b/v), C-organik, N, P, K, KTK, dan Al-dd. Data tanah dianalisis menggunakan
Analisis of Variance (ANOVA) dengan uji F taraf α 5%, jika terdapat pengaruh beda-nyata
dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf α 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem
pengelolaan lahan tumpangsari semangka menghasilkan sifat-sifat kimia tanah terbaik
terhadap pH H2O sebesar 4,70, pH KCl sebesar 4,49, C-organik sebesar 7,18%, N-total
sebesar 0,27%, P-tersedia sebesar 12,53 ppm, K-dd sebesar 0,40 Cmol (+) Kg-1
, KTK
sebesar 29,60 Cmol (+) Kg-1
, dan Al-dd sebesar 1,31 Cmol(+)Kg-1
.
(Program Studi Ilmu Tanah, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Bengkulu)