PENGARUH KETEBALAN HAMPARAN DAN POSISI RAK PENGERING SURYA YSD-UNIB12 TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN ORGANOLEPTIK TEH HERBAL DAUN MATOA (Pometia pinnata)

Tanaman matoa (Pometia pinnata) merupakan salah satu tanaman khas Papua yang
telah tersebar di berbagai wilayah Indonesia, salah satunya Bengkulu. Sampai saat ini, yang
dikenal oleh masyarakat dari tanaman ini adalah buahnya yang memiliki rasa khas seperti
campuran rasa buah kelengkeng, rambutan dan durian. Salah satu bagian tanaman matoa
yang berkhasiat sebagai obat yaitu daunnya. Masyarakat lokal memanfaatkan daun matoa
untuk membantu pengobatan penyakit hipertensi. Hipertensi merupakan masalah penyakit
kardiovaskular yang banyak diderita oleh masyarakat, penyebab kematian selain stroke dan
tuberkulosis. Senyawa aktif yang terkandung dalam daun matoa adalah flavonoid.
Teh herbal merupakan salah satu produk minuman dari tanaman herbal yang dapat
membantu pengobatan suatu penyakit dan sebagai minuman penyegar tubuh. Proses
pengeringan adalah faktor penting dalam pembuatan teh herbal, untuk menghindari
hilangnya zat-zat penting dalam teh herbal selama proses pengeringan pembuatan teh herbal
harus diperhatikan. Pengeringan mengacu pada proses penghilangan kadar air yang
bertujuan untuk mencegah perkembangan mikroba dan mengidentifikasikan aktivitas
enzimatik sehingga dapat memperpanjang umur simpan produk. Salah satu solusi untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pengeringan teh herbal dengan menggunakan
alat pengering tenaga surya YSD-UNIB12. Prinsip kerja alat ini adalah menangkap panas
semaksimum mungkin dan mengalirkannya secara langsung melintasi bahan yang
dikeringkan sehingga kadar air bahan teruapkan dari bahan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
menentukan pengaruh ketebalan hamparan dan posisi rak pengering terhadap karakteristik
fisik (uji warna dan kadar air) dan karakteristik kimia (kadar abu, total flavonoid, dan
aktivitas antioksidan) teh herbal daun matoa.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor.
Faktor pertama yaitu ketebalan hamparan daun matoa (K) yang terdiri dari ketebalan
hamparan 1cm (K1), ketebalan hamparan 2 cm (K2) dan ketebalan hamparan 3 cm (K3).
Faktor kedua yaitu posisi rak pengering YSD UNIB 12 (R) yang terdiri dari Rak bawah (R1),
rak tengah (R3) dan rak atas (R5). Pengeringan dilakukan hingga kadar air daun memenuhi
standar kadar air teh kering komersial (<8%). Pengamatan analisis data dilakukan
menggunakan uji ANOVA dengan taraf signifikansi 5% dan dilanjutkan dengan DMRT
(Duncan’s Multiple Range Test). Data organoleptik yang diperoleh diuji dengan Friedman
Test pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan ketebalan
hamparan dan posisi rak pengering berpengaruh nyata terhadap total flavonoid dan aktivitas
antioksidan namun berpengaruh tidak nyata terhadap kadar abu dan kadar air teh herbal daun
matoa. Hasil uji organoleptik (warna, rasa, aroma dan overal) menunjukkan bahwa ketebalan
hamparan dan posisi rak berpengaruh tidak nyata terhadap tingkat kesukaan seduhan teh
herbal daun matoa, dengan tingkat kesukaan tertinggi seduhan teh herbal daun matoa pada
ketebalan hamparan 1 cm dan posisi rak ke 3 yaitu (warna 4,12, rasa 3,64, aroma 3,88, dan
overall 3,84).
Kata kunci : Alat Pengering YSD-UNIB12, Daun Matoa, Teh Herbal
(Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Bengkulu)