PENGEMBANGAN MODEL HUBUNGAN KOMPETENSI DAN KINERJA DARI SUDUT PANDANG KEPRIBADIAN HOLISTIK (Studi Pada Pegawai Inspektorat Di Provinsi Bengkulu)

Mardani, Wilysa and Lizar, Alfansi and Slamet, Widodo and Fahrudin, JS Pareke (2020) PENGEMBANGAN MODEL HUBUNGAN KOMPETENSI DAN KINERJA DARI SUDUT PANDANG KEPRIBADIAN HOLISTIK (Studi Pada Pegawai Inspektorat Di Provinsi Bengkulu). Doctoral thesis, Universitas Bengkulu.

[thumbnail of Thesis] Archive (Thesis)
DISERTASI.pdf - Bibliography
Restricted to Repository staff only
Available under License Creative Commons GNU GPL (Software).

Download (9MB)

Abstract

Selama ini, kerangka kompetensi untuk Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP) tidak memiliki landasan teoritis yang jelas dalam relasinya dengan kinerja
pengawasan maupun kepribadian dari petugas. Teori kepribadian holistik
berpendapat bahwa kompetensi kognitif, emosional, dan sosial seseorang
berangkat sebagian dari kepribadian. Kompetensi kognitif adalah kecakapan�kecakapan intelektual yang memerlukan analisis dan pemikiran yang intens
seperti kemampuan berbahasa dan matematika. Sementara itu, kompetensi
emosional adalah kemampuan dalam mengenali perasaan diri sendiri dan
mengungkapkan perasaan tersebut pada orang lain. Kompetensi sosial adalah
kecakapan-kecakapan yang memungkinkan seseorang mengintegrasikan perasaan,
pikiran, dan perilakunya, untuk menyadari perasaan, kebutuhan, dan kepedulian
orang lain, dan memberikan respon yang diharapkan dari individu lain tersebut,
sehingga memungkinkan individu hidup bersama individu lain di dunia. Teori ini
memungkinkan untuk membangun kerangka kompetensi yang menghubungkan
kompetensi dengan kepribadian sehingga dapat diseleksi dari awal mana saja
kepribadian yang mampu menghasilkan kinerja terbaik bagi pelaksanaan tugas
APIP.
Teori kepribadian yang umum digunakan dalam berbagai penelitian adalah teori
kepibadian lima faktor (Big Five) yang terdiri dari kepribadian nerotik,
ekstraversi, openness, agreeableness, dan conscientiousness. Teori ini banyak
digunakan dalam bidang manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) karena
kesesuaiannya dengan profesionalisme. Atas dasar pertimbangan tersebut, tujuan
penelitian ini secara umum adalah menganalisis pengaruh kepribadian terhadap
kompetensi kognitif, emosional, dan sosial dan dampaknya pada kinerja pengawas
APIP Inspektorat daerah, sesuai dengan teori kepribadian holistik.
Penelitian terdahulu masih secara parsial mengalamatkan komponen-komponen
dari teori kepribadian holistik. Penelitian terdahulu telah menemukan bahwa
kepribadian berpengaruh pada kompetensi kognitif, kepribadian berpengaruh pada
kompetensi emosional, kepribadian berpengaruh terhadap kompetensi sosial,
kompetensi (kognitif, emosional, dan sosial) berpengaruh terhadap kinerja,
kompetensi kognitif berpengaruh terhadap kompetensi generik, dan kompetensi
generik berpengaruh terhadap kinerja. Walau begitu, penelitian sebelumnya belum
ada yang menguji secara bersama-sama pengaruh kepribadian terhadap
kompetensi dan pengaruh kompetensi pada kinerja, sebagaimana diajukan dalam
teori kepribadian holistik. Penelitian sekarang berusaha mengisi celah penelitian
ini dengan meneliti pengaruh kepribadian terhadap kompetensi dan kompetensi
terhadap kinerja dalam satu kerangka yang berpijak pada teori kepribadian
holistik.
Survey pada 180 responden dilakukan pada 11 Inspektorat di Provinsi Bengkulu
untuk menguji hipotesis-hipotesis penelitian. Responden terdiri dari 123 auditor
dan 57 pengawas penyelenggaraan pemerintah daerah. Penelitian ini memeriksa
variabel-variabel kepribadian ekstroversi, nerotik, conscientiousness, openness,
agreeableness, kompetensi kognitif, emosional, sosial, generik, dan kinerja
pengawas. Semua variabel kepribadian diukur dengan instrumen Neuroticism�Extraversion-Openness Five-Factor (NEO-FF) versi singkat, kompetensi kognitif
dan sosial serta generik dikembangkan dari penelitian sebelumnya, kompetensi
emosional menggunakan instrumen alexithymia, dan kinerja pengawas diukur
menggunakan instrumen kinerja dua dimensi yang umum digunakan dalam
penelitian sebelumnya. Semua indikator dinilai dengan skala Likert 1-5 dengan 1
sangat tidak setuju dan 5 sangat setuju. Kuesioner kinerja pengawas diisi oleh
atasan dari responden untuk menghindari terjadinya bias akibat responden
mengisi sendiri kuesioner kinerjanya. Proporsi terbesar responden memiliki masa
kerja antara 6-10 tahun (36%), berusia 36-40 tahun (31%), golongan III/b (26%),
berasal dari Inspektorat Provinsi (29%), perempuan (56%), dan auditor muda
(29%). Hipotesis diuji menggunakan model persamaan struktural. Sebelum
menyelenggarakan model persamaan struktural, dilakukan uji validitas
menggunakan analisis faktor konfirmatoris dan uji reliabilitas menggunakan
Cronbach’s alpha.
Kriteria jawaban responden dibagi menjadi lima yaitu sangat rendah terletak
antara 1 – 1,8; rendah 1,81 – 2,6; sedang 2,61 – 3,4; tinggi 3,41 – 4,2; dan sangat
tinggi antara 4,21 – 5. Dari statistik deskriptif diketahui bahwa kepribadian
nerotik pegawai Inspektorat tergolong rendah, kepribadian ekstraversi tergolong
sedang, dan variabel-variabel sisanya tergolong tinggi. Model persamaan
struktural yang dihasilkan memiliki nilai kai kuadrat keseluruhan 1920,02 dengan
1190 derajat kebebasan dan nilai p kurang dari 0,01, Tucker-Lewis Index (TLI) =
0,793; Incremental Fit Index (IFI) = 0,811, dan Comparative Fit Index (CFI) =
0,807, Root Mean Residual (RMR) = 0,076 dan Root Mean Square Error of
Approximation (RMSEA) = 0,059. Korelasi ganda kuadrat dari konstruk kinerja
adalah sebesar 0,602, sementara itu korelasi ganda kuadrat untuk konstruk
kompetensi generik sebesar 0,177. Model ini hanya menemukan pengaruh
signifikan kepribadian ekstraversi dan openness terhadap kompetensi kognitif,
sementara kepribadian lainnya tidak berpengaruh signifikan pada kompetensi
manapun. Begitu pula, hanya kompetensi kognitif yang memprediksi kompetensi
generik, sementara kompetensi emosional dan sosial tidak berpengaruh pada
kompetensi generik. Pada gilirannya, kompetensi generik memprediksi kinerja
pengawas.
ix
x
Hasil penelitian ini menyarankan agar lembaga Inspektorat guna meningkatkan
kompetensi generik. Inspektorat perlu melakukan aktivitas yang dapat menunjang
kompetensi kognitif seperti pelatihan khusus. Inspektorat juga perlu perlu
merencanakan pelatihan untuk meningkatkan kepribadian yang kurang pada
pegawai khususnya pada dimensi ekstraversi dan openness. Bila mungkin,
pelatihan juga dapat diarahkan agar APIP memaksimalkan dimensi ekstraversi
dan openness.
Penelitian ini mengalami keterbatasan karena menggunakan satu sumber data
yaitu pegawai APIP dan juga menggunakan responden APIP hanya dari satu
provinsi. Selain itu, pemakaian instrumen alexythimia, yaitu kemampuan
memahami dan menyatakan emosi, sebagai instrumen untuk mengukur
kompetensi emosional dapat menjadi sumber mengapa tidak ada variabel
kepribadian yang berpengaruh signifikan pada kompetensi emosional dari
kepribadian maupun kompetensi generik. Penelitian ini memilih kuesioner
alexythimia sebagai instrumen kompetensi emosional karena banyak penelitian
sebelumnya dikritik akibat tumpang tindihnya indikator kepribadian dengan
kecerdasan emosional, yang merupakan instrumen umum untuk mengukur
kompetensi emosional.
Kata kunci: kompetensi kognitif, kinerja pengawas, kepribadian ekstraversi,
kepribadian openness, kompetensi generik

Item Type: Thesis (Doctoral)
Subjects: H Social Sciences > H Social Sciences (General)
Divisions: Postgraduate Program > Management Doctoral Program
Depositing User: 56 nanik rahmawati
Date Deposited: 17 Oct 2025 04:19
Last Modified: 17 Oct 2025 04:19
URI: https://repository.unib.ac.id/id/eprint/29722

Actions (login required)

View Item
View Item

slot gacor terbaik

slot gacor terpercaya

Situs Resmi Bisawd

slot gacor 4d

Slot Terpercaya

Slot Gacor bet 200