KEUNGGULAN KOMPETITIF INDUSTRI OTOMOTIF DI INDONESIA

Jaya, Nurman and Kamaludin, Kamaludin and Syaiful, Anwar and Fahruzzaman, Fahruzzaman (2020) KEUNGGULAN KOMPETITIF INDUSTRI OTOMOTIF DI INDONESIA. Doctoral thesis, Universitas Bengkulu.

[thumbnail of Thesis] Archive (Thesis)
Disertasi Numran Jaya.pdf - Bibliography
Restricted to Repository staff only
Available under License Creative Commons GNU GPL (Software).

Download (12MB)

Abstract

Kondisi persaingan bisnis semakin tinggi dan kompetitif tidak dapat dihindarkan
oleh berbagai organisasi bisnis di manapun dalam era globalisasi saat ini yang
didorong oleh kemajuan pesat dalam bidang teknologi, liberalisasi perdagangan
serta faktor-faktor lainnya. Implikasi dari kondisi ini memacu kompetisi yang
ketat pada berbagai perusahaan (organisasi) untuk menyediakan produk/layanan
yang berkualitas dengan harga kompetitif yang mampu memberikan nilai lebih
kepada konsumen. Salah satu industri bisnis yang berkembang pesat dalam era
globalisasi ini hampir pada seluruh belahan dunia, termasuk juga di Indonesia
adalah industri otomotif, khususnya kendaraan roda empat. Hal ini ditandai
dengan banyak pabrikan, khususnya pada berbagai negara maju yang merancang,
mengembangkan, memproduksi, memasarkan dan menjual produk otomotif.
Secara umum, pabrikan otomotif hanya didominasi oleh berbagai negara di Eropa,
Jepang dan Amerika Serikat. Semua negara tersebut berkompetisi dalam
merancang sampai dengan menjual produk otomotifnya ke berbagai negara yang
dianggap sebagai pasar potensial, salah satunya adalah Indonesia.
Indonesia memiliki industri manufaktur mobil terbesar kedua di Asia Tenggara
setelah Thailand yang menguasai sekitar 50% dari produksi mobil di kawasan ini.
Jumlah produksi otomotif Thailand pada tahun 2017 sebanyak 1,98 juta unit.
Dengan pertumbuhannya yang selalu meningkat pada beberapa tahun terakhir,
Indonesia akan semakin mengancam posisi dominan Thailand selama satu dekade
mendatang. Namun, untuk mengambil alih posisi Thailand sebagai produsen
mobil terbesar di kawasan Asia Tenggara tentunya memerlukan upaya dan
terobosan besar. Indonesia saat ini sangat tergantung pada investasi asing
langsung, terutama dari Jepang untuk pendirian fasilitas manufaktur mobil.
Indonesia juga perlu mengembangkan industri komponen mobil yang mampu
mendukung industri manufaktur tersebut.
Kompetisi bisnis di bidang otomotif semakin ketat setelah Indonesia bergabung
sebagai salah satu anggota Asean economic community (AEC) atau ‘Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA)’ yang telah dicanangkan pada tahun 2015, namun efektif
mulai berlaku terhitung tanggal 1 Januari 2016 bagi kesepuluh negara anggotanya.
MEA merupakan pasar tunggal yang berbasis produksi, di mana terjadi arus
barang, jasa, investasi, tenaga terampil dan aliran modal yang lebih bebas. MEA
merupakan bentuk integrasi ekonomi negara-negara association of southeast
Asian nations (ASEAN), yaitu pencabutan atau penghapusan berbagai hambatan
ekonomi di antara negara-negara anggotanya meliputi semua pembatasan yang
viii

menyebabkan mobilitas barang, jasa, faktor produksi dan aliran komunikasi, baik
secara aktual maupun potensial.
Namun, faktor lainnya yang bersifat non-teknis yang tidak kalah pentingnya
dibandingkan berbagai faktor teknis yang telah diuraikan di atas untuk menjawab
tantangan bisnis yang ada adalah penerapan strategi bisnis yang tepat (efektif)
dalam menjalankan kegiatan bisnis organisasi. Dengan penerapan strategi bisnis
yang tepat, diharapkan berbagai perusahaan otomotif yang ada di Indonesia,
khususnya perusahaan otomotif yang memproduksi mobil jenis multi-purpose
vehicle (MPV) atau ‘kendaraan multifungsi’ akan memiliki daya saing yang tinggi
untuk menciptakan keunggulan kompetitifnya dengan kondisi ideal tercapainya
sustainable competitive advantage (SCA) atau ‘keunggulan kompetitif
berkelanjutan’.
Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori resource-based
view (RBV) atau ‘pandangan berdasarkan kompetensi’ yang dikemukakan oleh
Barney (1991, p. 117) yang menyatakan bahwa “teori RBV menyarankan bahwa
sumberdaya dan kemampuan merupakan dasar untuk menciptakan sebuah
strategi”. Pendapat Barney (1991) tersebut didukung oleh (Teeche, Pinsno &
Shuen, 1997, p. 510) yang berpendapat bahwa “dasar pemikiran teori RBV adalah
perusahaan yang sukses akan menemukan daya saing masa depan mereka pada
pengembangan kemampuan khas dan unik yang mungkin bersifat implisit atau
tidak berwujud”. Artinya, pendapat yang dikemukakan oleh Teeche et al. (1997)
tersebut berfungsi sebagai middle range theory dalam penelitian ini.
Kesenjangan empiris berdasarkan penelusuran kepustakaan menunjukkan bahwa
‘belum ada’ satupun penelitian empiris yang mengkaji keunggulan kompetitif
berdasarkan kombinasi evolusi teorinya dengan dimensi meliputi (a) keunggulan
kompetitif berdasarkan RBV yang dikemukakan oleh Barney (1991),
(b) knowledge-based view (KBV) atau ‘pandangan berdasarkan pengetahuan’
yang dikemukakan oleh Grant (1996a) dan (c) capability-based view (CBV) atau
‘pandangan berdasarkan kemampuan (kapabilitas)’ yang dikemukakan oleh Grant
(1991). Penggunaan kombinasi ketiga teori dan konsep tersebut untuk mengkaji
konstruk keunggulan kompetitif sebagai kebaharuan pertama dalam penelitian ini.
Kesenjangan teoritis penelitian ini dihasilkan dengan melakukan kombinasi teori
dan konsep untuk mengkaji variabel lainnya yang dilibatkan dalam penelitian ini,
khususnya variabel laten eksogen. Kajian konstruk strategi bersaing menggunakan
strategi-strategi generik Porter (1980; 1985) yang terdiri atas strategi
kepemimpinan biaya (biaya rendah), strategi diferensiasi dan strategi fokus.
Dalam penelitian ini, konstruk ini bertindak selaku konstruk mediator. Hal ini
menunjukkan apakah dengan dimediasi melalui penggunaan ketiga strategi
generik Porter tersebut, perusahaan otomotif di Indonesia mampu membentuk
keunggulan kompetitifnya atau bahkan mampu meningkatkannya kepada kondisi
ideal, yaitu tercapainya SCA. Penggunaan ketiga strategi generik Porter ini tidak
mampu menunjukkan kebaharuan dalam penelitian ini, namun strategi generik
ix

Porter ini merupakan strategi bersaing yang paling banyak digunakan oleh para
peneliti sebelumnya sampai saat ini.
Kajian mengenai seluruh variabel laten eksogen dalam penelitian ini
menggunakan teori dan konsep yang dikemukakan oleh F-Jardon (2011)
merangkum lima kompetensi utama yang berkontribusi bagi pembentukan
keunggulan kompetitif sebuah organisasi berdasarkan hasil studi literatur yang
dilakukannya terhadap berbagai sumberdaya yang terdapat pada perusahaan yang
dilakukan oleh sejumlah peneliti sebelumnya yang konsen terhadap bidang kajian
ini. Kompetensi sumberdaya bagi pembentukan keunggulan kompetitif
perusahaan otomotif dalam penelitian ini sebanyak lima kompetensi yang
bersumber dari 37 sumberdaya. Penggunaan seluruh kompetensi sumberdaya
tersebut merupakan kebaharuan kedua dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan
seluruh kelima kompetensi tersebut beserta ke-37 sumberdaya pembentuknya
merupakan hasil dari 28 penelitian terdahulu yang konsen terhadap konstruk
keunggulan kompetitif perusahaan dengan melibatkan 44 peneliti yang saling
berkolaborasi terhadap sumberdaya yang mereka teliti. Berdasarkan penelusuran
kepustakaan juga menunjukkan ‘belum ada’ satupun penelitian empiris yang
menggunakan kelima kompetensi bagi pembentukan keunggulan kompetitif yang
dikemukakan oleh F-Jardon (2011). Artinya, penggunaan teori dan konsep
F-Jardon (2011) selain bertindak sebagai kesenjangan teoritis juga sebagai
kesenjangan empiris dalam penelitian ini.
Urgensi penelitian ini untuk memberikan kontribusi kepada manajemen
perusahaan otomotif di Indonesia untuk memberdayakan segala jenis sumberdaya
dan kemampuan yang dimiliki dalam menjalankan kegiatan bisnis mereka
meliputi merancang, mengembangkan, memproduksi, memasarkan, menjual
kendaraan bermotor, termasuk pelayanan purna jual yang diberikan kepada para
pelanggan pasca pembelian. Melalui pemberdayaan tersebut, maka akan tercipta
(terbentuk) kelima kompetensi dalam pembentukan keunggulan kompetitif yang
dirangkum oleh F-Jardon tersebut di atas. Muara dari terbentuknya keunggulan
kompetitif adalah perusahaan otomotif di Indonesia mampu mencapai kondisi
ideal dalam persaingan bisnis, yaitu tercapainya SCA yang akan memberikan
kemampuan kepada manajemen perusahaan untuk tetap menguasai pasar lama dan
mampu memasuki pasar-pasar baru yang potensial bagi ekspansi bisnis,
khususnya pasar regional (Asia Tenggara) dan pasar Asia lainnya (Asia Selatan
dan Timur Tengah).
Tujuan yang dicapai dalam penelitian ini untuk menguji dan menganalisis tujuh
variabel utama meliputi kompetensi inovasi, kompetensi manajemen zona
sumberdaya, kompetensi manajemen manusia dan teknologi sumberdaya,
kompetensi kebijakan produk dan pasar, kompetensi manjemen pelanggan,
strategi bersaing dan keunggulan kompetitif pada perusahan otomotif di
Indonesia. Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Metode pengumpulan data menggunakan metode kuesioner yang
secara substansial berisikan pertanyaan yang berhubungan dengan kelima variabel
x

tersebut dan dokumentasi. Metode analisis menggunakan confirmatory factor
analysis (CFA) dengan pendekatan structural equation modelling (SEM). Alat
analisis yang digunakan adalah linier structural relationship (LISREL) student
version 9.30 for Windows.
Hasil penelitian menunjukkan (1) kompetensi inovasi berpengaruh terhadap
strategi bersaing, (2) kompetensi manajemen zona sumberdaya berpengaruh
terhadap strategi bersaing, (3) kompetensi manajemen manusia dan teknologi
sumberdaya berpengaruh terhadap strategi bersaing, (4) kompetensi kebijakan
produk dan pasar berpengaruh terhadap strategi bersaing, (5) kompetensi
manajemen pelanggan tidak berpengaruh terhadap strategi bersaing,
(6) kompetensi inovasi berpengaruh terhadap keunggulan kompetitif,
(7) kompetensi manajemen zona sumberdaya berpengaruh terhadap keunggulan
kompetitif, (8) kompetensi manajemen manusia dan teknologi sumberdaya
berpengaruh terhadap keunggulan kompetitif, (9) kompetensi kebijakan produk
dan pasar berpengaruh terhadap keunggulan kompetitif, (10) kompetensi
manajemen pelanggan tidak berpengaruh terhadap keunggulan kompetitif dan
(11) strategi bersaing berpengaruh terhadap keunggulan kompetitif.
Variabel kompetensi inovasi dengan kategori sangat baik. Indikator proses
penelitian, proses pengembangan, proses inovasi, sketsa, pemodelan dan surfacing
merupakan prediktor terkuat dengan kategori jawaban sangat setuju dan indikator
kemampuan menekan pasar internasional merupakan prediktor terlemah dengan
kategori cukup setuju yang membentuk variabel ini. Kebaharuan yang ditemukan
adalah proses penelitian, pengembangan dan inovasi memberikan kontribusi
signifikan kepada manajemen perusahaan otomotif dalam pemilihan strategi
bersaing yang paling tetap dalam rangka memenangkan kompetisi bisnis. Hal ini
bertujuan agar perusahaan otomotif mampu meminalisir biaya produksi tinggi,
mempersingkat waktu produksi, meningkatkan volume produksi dan
menghasilkan produk otomotif berkualitas yang diwujudkan dalam bentuk jenis,
varian dan berbagai fitur yang memberikan kenyamanan dan keamanan kepada
konsumen (pemakai). manajemen perusahaan otomotif di Indonesia seharusnya
memberikan perhatian terhadap indikator kemampuan untuk menembus pasar
internasional baru. Mereka sebaiknya kemampuan pemasaran dengan mempelajari
faktor-faktor apa yang membuat perusahaan otomotif lain mampu mendominasi
pasar Eropa dan Amerika, khususnya perilaku pelanggan di benua ini. Pada
dasarnya hal ini dipengaruhi oleh tingkat kesejahteraan rakyat suatu negara
dengan parameter yang umum yang digunakan adalah pendapatan per kapita.
Mereka juga perlu mempertimbangkan faktor eksternal, seperti pertumbuhan
ekonomi. Dengan memberikan perhatian terhadap indikator ini, perusahaan
otomotif di negara ini akan mampu menciptakan keunggulan kompetitif di pasar
baru yang potensial.
Untuk variabel kompetensi manajemen zona sumberdaya dengan kategori sangat
baik. Indikator kerjasama dengan pemegang saham, identifikasi risiko, analisis
risiko, evaluasi risiko, perlakuan terhadap risiko, pengawasan terhadap
xi

peningkatan risiko, modal saham, modal asing, pemasok bahan baku, pemasok
suku cadang, penyediaan kebutuhan lainnya, penyediaan bahan baku, penyediaan
suku cadang, penyediaan produk jadi, volume besar, investasi yang besar, lebih
dari dua kawasan, penjualan di pasar domestik, penjualan di pasar regional dan x36
penjualan di pasar internasional merupakan prediktor terkuat dengan kategori
jawaban sangat setuju dan indikator pemasok suku cadang, satu kawasan
terintegrasi dan dua kawasan terintegrasi merupakan prediktor terlemah dengan
kategori cukup setuju yang membentuk variabel ini. Kebaharuan yang ditemukan
adalah kemampuan untuk mengevaluasi risiko investasi dan proses persediaan
memberikan kontribusi signifikan kepada manajemen perusahaan otomotif dalam
pemilihan strategi bersaing yang paling tetap dalam memenangkan kompetisi
bisnis. Kemampuan untuk mengevaluasi risiko investasi dengan pertimbangan
bahwa perusahaan otomotif merupakan salah jenis perusahaan yang menerapkan
strategi kepemimpinan biaya dengan sejumlah modal yang tergolong sangat besar
dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Proses persediaan dengan tujuan untuk
menjamin kontinuitas kegiatan operasional perusahaan, khususnya kegiatan
produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen. Manajemen perusahaan
otomotif di Indonesia seharusnya memberikan perhatian terhadap indikator
pemasok suku cadang, satu kawasan terintegrasi dan dua kawasan terintegrasi.
Untuk meningkatkan indikator pemasok suku cadang, bagi perusahaan otomotif
yang tidak memproduksi suku cadang sendiri sebaiknya menerapkan manajemen
suku cadang (manajemen persediaan) untuk menjamin ketersediaan bahan baku
dan produk jadi. Untuk meningkatkan indikator satu kawasan terintegrasi dan dua
kawasan terintegrasi, manajemen perusahaan otomotif tidak mungkin
melakukannya, karena biaya pendirian pabrik (plant) dengan semua unit kerja
berada satu atau kawasan terintegrasi tergolong sangat besar. Upaya yang dapat
dilakukan oleh manajemen perusahaan otomotif adalah menambahkan kegiatan
bisnis yang dapat dijalankan oleh masing-masing unit kerja yang telah ada.
Variabel kompetensi manajemen manusia dan teknologi sumberdaya dengan
kategori sangat baik. Indikator manajemen puncak, manajemen menengah,
manajemen bawah dan teknologi dan fasilitas kegiatan produksi merupakan
prediktor terkuat dengan kategori jawaban sangat setuju dan indikator bekerja
dengan cara-cara kreatif dan inovatif merupakan prediktor terlemah dengan
kategori setuju yang membentuk variabel ini. Kebaharuan yang ditemukan adalah
teknologi dan fasilitas kegiatan produksi memberikan kontribusi signifikan
kepada manajemen perusahaan otomotif dalam pemilihan strategi bersaing yang
paling tetap dalam memenangkan kompetisi bisnis. Hal ini dengan pertimbangan
perusahaan otomotif menerapkan strategi kepemimpinan biaya rendah dan strategi
diferensiasi secara bersamaan (untuk industri besar). Perusahaan otomotif
menerapkan teknologi dan fasilitas canggih dalam kegiatan produksinya untuk
meminalisir biaya produksi tinggi, mempersingkat waktu produksi, meningkatkan
volume produksi dan menghasilkan produk otomotif berkualitas. Manajemen
perusahaan otomotif di Indonesia seharusnya memberikan perhatian terhadap
indikator bekerja dengan cara-cara kreatif dan inovatif. Manajemen perusahaan
otomotif perlu memberikan kebebasan kepada karyawannya untuk bekerja dengan
xii

cara-cara kreatif dan inovatif agar mereka mampu menuangkan ide, keterampilan
dan kapabilitas dalam bekerja. Semua itu akan dapat terapkan, terutama dalam
kegiatan produksi yang berkemungkinan mampu memberikan dampak positif bagi
perusahaan, yaitu mereka memperbaiki kondisi dari indikator sistem produksi
berbiaya rendah untuk masa yang akan datang.
Variabel kompetensi kebijakan produk dan pasar dengan kategori sangat baik.
Indikator ketersediaan jenis dan varian merupakan prediktor terkuat dengan
kategori jawaban sangat setuju dan indikator ketersediaan bengkel resmi
merupakan prediktor terlemah dengan kategori setuju yang membentuk variabel
ini. Kebaharuan yang ditemukan adalah eksklusifitas produk/layanan memberikan
kontribusi signifikan kepada manajemen perusahaan otomotif dalam pemilihan
strategi bersaing yang paling tetap dalam memenangkan kompetisi bisnis. Hal ini
dengan pertimbangan konsumen memerlukan produk otomotif berkualitas yang
memiliki ketahanan, kecanggihan (memberikan kenyamanan) dan keamanan
dalam pemakaiannya. Untuk meningkatkan indikator ketersediaan suku cadang,
manajemen perusahaan otomotif seharusnya mendirikan kantor cabang lebih
banyak di daerah-daerah sebagai pasar domestik baru yang potensial berdasarkan
hasil survei yang dilakukan oleh karyawan Bagian Pemasaran. Melalui pendirian
kantor cabang tersebut, maka manajemen perusahaan otomotif akan mampu
menyediakan memperbaiki kondisi indikator ini sebagai salah satu dari tiga
kegiatan bisnis utama yang dapat dijalankan oleh sebuah perusahaan otomitif
yang terdiri atas penjualan (sales), layanan (services) dan suku cadang (spare
parts). Untuk meningkatkan indikator ketersediaan bengkel resmi, manajemen
perusahaan otomotif seharusnya mendirikan bengkel-bengkel resmi sampai ke
daerah-daerah yang membuka peluang kepada perusahaan untuk melakukan
ekspansi bisnis dengan memberikan berbagai jenis layanan dan penjualan suku
cadang.
Variabel kompetensi manajemen pelanggan dengan kategori baik. Indikator
layanan produk, layanan pembelian, layanan pengaduan, pengantaran mobil ke
rumah pelanggan, garansi pembelian dan saluran distribusi tingkat banyak
merupakan prediktor terkuat dengan kategori jawaban sangat setuju dan indikator
saluran distribusi tingkat nol dan saluran distribusi tingkat satu merupakan
prediktor terlemah dengan kategori sangat tidak setuju yang membentuk variabel
ini. Kendati demikian, kebaharuan yang ditemukan adalah layanan pelanggan
memberikan kontribusi signifikan kepada manajemen perusahaan otomotif dalam
pemilihan strategi bersaing yang paling tetap dalam memenangkan kompetisi
bisnis. Hal ini dengan pertimbangan produk sebagai salah produk yang tergolong
mahal di negara ini, konsumen menginginkan perusahaan otomotif melayani
mereka untuk memenuhi kebutuhan dalam mengetahui informasi mengenai
produk (jenis, varian dan eksklusifitas produk), pembelian (misalnya kemudahan
dalam pembelian) dan pengaduan (pasca pembelian produk/layanan). Manajemen
perusahaan otomotif di Indonesia sebaiknya tetap memberikan perhatian terhadap
dimensi dan indikator pembentuk variabel ini, khususnya pelanggan impulsif,
undian berhadiah dan waktu respon terhadap kebutuhan pelanggan lebih dari 7
xiii

hari kerja. Untuk meningkatkan indikator pelanggan impulsif, manajemen
perusahaan otomotif sebaiknya berupaya untuk menciptakan loyalitas pelanggan
pada pasar lama dan mempertahankan loyalitas pelanggan pada pasar baru
potensial. Dengan tercapainya kondisi tersebut, maka perusahaan otomotif mampu
mengubah pelanggan impulsif menjadi pelanggan setia. Untuk meningkatkan
indikator undian berhadiah, manajemen perusahaan otomotif sebaiknya
melakukan analisis keuangan, khususnya menggunakan rasio profitabilitas, seperti
(1) Return on Assets/ROA (Carey, 1974; Dehning & Stratopoulos, 2002;
Rothschild, 2006; Schmidgall, 2007; Megginson & Lucey, 2008; Lindo, 2008;
Alghifari, Triharjono & Juhaeni, 2013), (2) Return on Equity/ROE (Carey, 1974;
Thorp, 2012; Berman, Knight & Case, 2013; Berzkalne & Zelgalve, 2014) dan (3)
Net Profit Margin/NPM (Carey, 1974; Thorp, 2012) lebih seksama apakah dengan
diadakannya undian berhadiah akan mampu mempertahankan keunggulan
kompetitifnya pada pasar lama dan menciptakan keunggulan kompetitif pada
pasar baru potensial. Untuk meningkatkan indikator waktu respon terhadap
kebutuhan pelanggan lebih dari 7 hari kerja, manajemen perusahaan otomotif
sebaiknya mengupayakan waktu respon kurang dari 7 hari kerja dengan
menempatkan karyawan pada bagian layanan (layanan produk, layanan pembelian
dan layanan pengaduan) yang ‘lebih handal dan kompeten’ di bidang kerjanya
masing-masing.
Variabel strategi bersaing dengan kategori baik. Indikator keterampilan rekayasa
proses merupakan prediktor terkuat dengan kategori jawaban sangat setuju dan
indikator produk dirancang bagi kemudahan produksi, sistem produksi biaya
rendah, fokus pada segmen pasar di daerah dan fokus pada produk otomotif mesin
kapasitas besar merupakan prediktor terkuat dengan kategori jawaban cukup
setuju. Manajemen perusahaan otomotif di Indonesia seharusnya memberikan
perhatian terhadap indikator produk yang dirancang untuk kemudahan produksi,
sistem produksi murah, fokus pada segmen pasar di kabupaten dan fokus pada
produk otomotif mesin berkapasitas besar (≥ 2.000 cc). Untuk meningkatkan
indikator produk dirancang untuk kemudahan produksi merupakan upaya yang
paling sulit dilakukan. Alasannya adalah semua tahapan produksi (pengepresan,
pengelasan, pengecatan dan perakitan) membutuhkan akurasi tinggi untuk
menghasilkan produk (mobil) berkualitas tinggi yang mampu memberikan
kenyamanan dan keamanan bagi penggunanya. Cara mengatasi masalah ini, yaitu
manajemen masing-masing perusahaan otomotif dapat menggunakan berbagai
peralatan dan fasilitas produksi yang lebih canggih. Penggunaannya akan mampu
mempersingkat waktu produksi atau dapat meningkatkan volume produksi. Untuk
meningkatkan indikator sistem produksi berbiaya rendah, manajemen perusahaan
otomotif seharusnya menggunakan berbagai fasilitas pendukung yang mampu
mempersingkat waktu produksi, namun sedapat mungkin mampu meningkatkan
volume produksi. Melalui penggunaan berbagai fasilitas pendukung tersebut,
maka diharapkan akan mampu menekan biaya produksi dan biaya operasional
lainnya. Untuk meningkatkan indikator fokus pada segmen pasar di daerah,
manajemen perusahaan otomotif seharusnya mendirikan kantor cabang dan
bengkel resmi pada beberapa pasar kabupaten baru yang potensial. Kantor cabang
xiv

berfungsi untuk menjual produk otomotif. Bengkel resmi berfungsi untuk
menyediakan layanan. Pertimbangan utama untuk meningkatkan indikator ini
adalah banyak orang kaya baru tinggal di sana. Pendapatan utama mereka berasal
dari sektor perkebunan, terutama perkebunan kelapa sawit. Umumnya, meskipun
beberapa dari mereka memiliki pekerjaan tetap, seperti pegawai pemerintahan dan
pegawai/karyawan perusahaan swasta, mereka lebih suka menginvestasikan
pendapatan mereka ke sektor perkebunan. Tentu saja, mereka memiliki
penghasilan ganda. Dengan kondisi ini beberapa dari mereka akan
membelanjakannya untuk membeli mobil, baik untuk kebutuhan sehari-hari
maupun untuk tujuan investasi. Dengan cukup luasnya kawasan perkebunan yang
mereka miliki, mereka tentunya membutuhkan produk otomotif mesin
berkapasitas besar (≥ 2.000 cc), seperti berbagai truk. Mobil jenis ini berfungsi
untuk membawa hasil panen dari kawasan perkebunan ke kawasan pemrosesan
lebih lanjut (pabrik). Misalnya, untuk mengubahnya menjadi minyak sawit. Ada
cukup banyak perusahaan pengolahan kelapa sawit pada beberapa kabupaten di
Indonesia. Untuk meningkatkan indikator fokus pada produk otomotif mesin
berkapasitas besar (≥ 2.000 cc), perusahaan otomotif seharusnya memasarkan
produk ini ke berbagai perusahaan industri. Pertimbangannya adalah mereka
membutuhkan produk otomotif jenis ini untuk memfasilitasi mobilisasi orang dan
barang-barang dari kantor ke lokasi kegiatan operasional atau sebaliknya.
Misalnya, berbagai perusahaan yang telah beroperasi di Pulau Kalimantan.
Mayoritas dari perusahaan tersebut fokus pada eksplorasi dan eksploitasi minyak
dan gas. Lokasi operasional mereka berada di tempat-tempat terpencil (di hutan)
yang sulit dijangkau/ditempuh oleh mobil dengan kapasitas mesin lebih kecil
daripada kapasitas itu. Pertimbangan lainnya adalah tipologi tanah di pulau ini
berupa lahan gambut, mereka tentunya membutuhkan produk otomotif ini yang
dirancang dengan roda berukuran besar untuk kemudahan mobilisasi.
Variabel keunggulan kompetitif dengan kategori baik. Indikator pengetahuan
dalam desain dan pengembangan, pengetahuan dalam produksi, kemampuan
dalam desain dan pengembangan dan kemampuan dalam produksi merupakan
prediktor terkuat dengan kategori jawaban sangat setuju dan indikator kemampuan
dalam pemasaran merupakan prediktor terlemah dengan kategori cukup setuju
yang membentuk variabel ini. Manajemen perusahaan otomotif di Indonesia harus
berupaya meningkatkan kemampuan pemasaran mereka. Manajemen masing�masing perusahaan harus mencoba menekan potensi pasar internasional baru,
khususnya pasar Asia lainnya (pasar Asia Selatan dan Timur Tengah). Saran ini
memiliki implikasi bahwa staf pemasaran mereka harus mempelajari semua
pengetahuan tentang ‘strategi pemasaran internasional’. Mereka juga seharusnya
mempelajari hambatan pemasaran internasional. Itu adalah sanksi perdagangan
dan ekonomi, kontrol ekspor dan impor, tarif dan pajak bea cukai, impor dan
kuota tarif, subsidi pemerintah, blok perdagangan (jika negara organisasi bukan
anggota yang berpartisipasi), ketidakstabilan politik, preferensi pelanggan
(keakraban produk, agama dan aspek budaya, bahasa dan sebagainya) dan
hambatan ekonomi (biaya untuk tanah, konstruksi, bahan baku dan sumberdaya,
tarif pajak dan tingkat upah pasar).
xv

Kata Kunci: Strategi Bersaing; Keunggulan Kompetitif; Kompetensi Inovasi;
Kompetensi Manajemen Zona Sumberdaya; Kompetensi
Manajemen Manusia dan Teknologi Sumberdaya; Kompetensi
Kebijakan Produk dan Pasar; Kompetensi Manajemen Pelanggan

Item Type: Thesis (Doctoral)
Subjects: H Social Sciences > H Social Sciences (General)
Divisions: Postgraduate Program > Management Doctoral Program
Depositing User: 56 nanik rahmawati
Date Deposited: 21 Oct 2025 04:33
Last Modified: 21 Oct 2025 04:33
URI: https://repository.unib.ac.id/id/eprint/29884

Actions (login required)

View Item
View Item
Slot Gacor Mantap Hari Ini Maxwin 2025 slot gacor Slot Gacor Thailand Rekomendasi Slot Gacor Slot Pulsa Link Slot Gacor