ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP FINANCIAL DISTRESS (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2014-2018)

Potensi kebangkrutan pada suatu perusahaan dapat diukur dan dilihat dari
laporan keuangan perusahaan.Kegagalan perusahaan dapat diindikasikan dengan
adanya kesulitan keuangan atau yang sering disebut financial distress. Kondisi
kesulitan keuangan (financial distress) itu terjadi pada saat sebelum terjadinya
kebangkrutan suatu perusahaan, sehingga financial distress perlu diteliti lagi
karena jika perusahaan mengetahui sedang mengalami kondisi kesulitan keuangan
dari awal diharapkan perusahaan bisa melakukan kebijakan dan tindakan untuk
mengantisipasinya. Kondisi financial distress ini akan membuat banyak
perusahaan mengalami berbagai masalah, seperti meningkatnya jumlah
perusahaan yang tidak mampu/tidak sanggup membayar kewajibannya kepada
pihak bank. Dengan mengetahui terjadinya kondisi financial distress pada
perusahaan diharapkan perusahaan bisa melakukan berbagai tindakan-tindakan
yang bisa mengantisipasi dan mengatasi kondisi perusahaan yang akan mengarah
kepada kebangkrutan sedini mungkin.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) untuk mengetahui pengaruh current
ratio terhadap financial distress; (2) untuk mengetahui pengaruh debt to equity
ratio terhadap financial distress; (3) untuk mengetahui pengaruh total asset
turnover terhadap financial distress; (4) untuk mengetahui pengaruh sales growth
terhadap financial distress. Objek penelitian pada penelitian ini merupakan
perusahaan yang mengalami financial distress pada perusahaan manufaktur di
bursa efek indonesia pada tahun 2014-2018. Metode analisis data yang digunakan
adalah regresi logistic.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) current ratio tidak berpengaruh
signifikan terhadap financial distress (α 0,245). Ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya, maka
semakin rendah kemungkinan terjadinya financial distress; (2) debt to equity ratio
berpengaruh signifikan terhadap financial distress (α 0,042). Hal ini menunjukkan
semakin besar nilai debt to equity ratio maka semakin besar jumlah hutang
perusahaan dibandingkan dengan total ekuitas yang dimiliki sehingga semakin
besar probabilitas perusahaan mengalami financial distress; (3) total asset
turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress (α 0,445).
Semakin tinggi total asset turnover sebuah perusahaan, maka semakin rendah
probabilitas terjadinya financial distress; (4) sales growth memiliki pengaruh
signifikan pada financial distress (α 0,008), Hal ini disebabkan karena tingkat
sales growth yang rendah dapat menentukan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba semakin rendah dan berpengaruh terhadap kondisi financial
distress.
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah pada penelitian
terlihat dari empat variabel independen yaitu Current ratio, debt equity ratio,
total asset turnover, dan sales growth, yang berpengaruh terhadap financial
distress hanya variabel debt to equity ratio dan sales growth, oleh karena itu
penulis menyarankan agar penelitian selanjutnya diharapkan dapat
mempertimbangkan dengan benar variabel yang akan digunakan. Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini belum menjelaskan seluruh
variabel dependen, maka untuk penulis selanjutnya agar perlu untuk menambah
variabel-variabel keuangan lainnya yang diduga mempunyai pengaruh financial
distress dan meneliti dengan periode tahun yang lebih lama.
Kata kunci : financial distress,current ratio, debt to equty ratio,total asset
turnover,sales growth, logistic regression