PERTUMBUHAN DAN HASIL SERTA FENOLOGI EMPAT GALUR HIBRIDA JAGUNG MANIS PADA TIGA LOKASI AGROEKOSISTEM

CAROLINA, ANIETA and Rustikawati, Rustikawati and Sigit, Sudjatmiko (2022) PERTUMBUHAN DAN HASIL SERTA FENOLOGI EMPAT GALUR HIBRIDA JAGUNG MANIS PADA TIGA LOKASI AGROEKOSISTEM. Masters thesis, Universitas Bengkulu.

[thumbnail of Thesis] Archive (Thesis)
TESIS_ANIETACAROLINA_E2J019005.pdf - Bibliography
Restricted to Repository staff only
Available under License Creative Commons GNU GPL (Software).

Download (6MB)

Abstract

Budidaya jagung manis berpeluang memberikan laba yang lebih tinggi karena
memiliki nilai jual yang tinggi serta umur panen yang lebih awal. Kondisi iklim
merupakan salah satu tantangan bagi pembangunan pertanian di Indonesia.
Pertumbuhan dan hasil tanaman dapat ditentukan oleh tiga faktor utama yakni
tanah, iklim/cuaca dan tanaman. Untuk mencapai hasil yang optimum, maka
ketiga faktor tersebut harus dalam keadaan optimal. Pertumbuhan tanaman
dipengaruhi langsung oleh komponen unsur iklim tersebut baik secara tunggal
maupun interaksi. Iklim mikro merupakan faktor-faktor kondisi iklim setempat
yang memberikan pengaruh langsung pada suatu lingkungan. Komponen iklim
mikro meliputi suhu udara, kelembaban udara dan cahaya matahari (intensitas
dan lama penyinaran).
Fenologi merupakan ilmu yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan
tanaman berdasarkan fase-fase pertumbuhannya yang merupakan kenampakan
dari tahapan yang terjadi secara alami pada tumbuhan dan sangat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan yakni lama penyinaran, suhu udara dan kelembaban udara.
Tanaman membutuhkan sejumlah unit panas tertentu untuk perkembangan dari
fase perkembangan yang satu ke fase perkembangan berikutnya yang merupakan
indikator berbasis cuaca untuk memperkirakan perkembangan tanaman. Dengan
melakukan pengamatan iklim dan komponen pertumbuhan tanaman diharapkan
akan diperoleh hubungan antara unsur iklim dengan fase pertumbuhan tanaman.
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi interaksi pengaruh tingkat elevasi
yang berbeda dengan jenis hibrida terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis,
mengevaluasi pengaruh elevasi terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis,
mengevaluasi pengaruh elevasi terhadap fenologi jagung manis serta menentukan
heat unit berdasarkan fenologi pada fase pertumbuhan dan hasil jagung manis.
Pelaksanaan penelitian di lapangan disusun dengan rancangan acak kelompok
faktorial (RAKF) bersarang dengan tiga ulangan. Waktu penelitian bulan
Agustus-November 2020. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Ketinggian lokasi penelitian yang terdiri elevasi rendah (8.5 mdpl), elevasi
menengah (775 mdpl) dan elevasi tinggi (1200 mdpl) dan benih galur hibrida
jagung manis yang terdiri empat jenis (Caps 2 x Caps 17B, Caps 3 x Caps 22,
Caps 5 x Caps 23, Caps 23 x Caps 22).
Hasil analisis penelitian menunjukkan elevasi berpengaruh sangat nyata pada
semua variabel pengamatan pertumbuhan dan hasil jagung manis. Ulangan di tiap
elevasi tidak berpengaruh nyata terhadap hampir semua variabel pengamatan
pertumbuhan dan hasil jagung manis kecuali pada variabel diameter tongkol.
Pengaruh varietas berupa panjang daun, lebar daun, diameter batang dan bobot
tongkol tanpa klobot mengindikasikan ada pengaruh nyata sedangkan variabel
tinggi tongkol menunjukkan ada pengaruh sangat nyata, tidak terdapat interaksi
antara varietas dengan elevasi terhadap variabel yang diamati kecuali variabel
diameter batang. Secara umum, rata-rata penampilan pertumbuhan tanaman pada
elevasi menengah dan elevasi tinggi menghasilkan penampilan pertumbuhan
jagung manis yang lebih baik dibandingkan elevasi rendah. Hal ini ditunjukkan
oleh tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun dan tinggi tongkol.
iv
Pengecualian dijumpai pada diameter batang yang menunjukkan inkonsistensi
antar hibrida ketika tumbuh pada elevasi yang berbeda. Ditinjau dari aspek iklim,
elevasi menengah dan tinggi memiliki karakteristik iklim yang mendekati
optimum untuk pertumbuhan tanaman, yaitu 23-27 °C (Riwandi et al., 2014).
Demikian juga dari karakteristik tanah, elevasi menengah dan elevasi tinggi
memiliki sifat fisik dan kimia tanah yang lebih mendukung pertumbuhan tanaman
jagung manis dibandingkan elevasi rendah. Secara fisik, lahan di elevasi
menengah dan elevasi tinggi memiliki tekstur yang lebih ringan dibandingkan
lahan elevasi rendah. Tanah yang ringan memungkinkan akar tanaman untuk
tumbuh lebih leluasa dalam memperoleh unsur hara dalam tanah dibandingkan
tanah yang berat.
Ditinjau penampilan pertumbuhan antar hibrida maka tampak bahwa masingmasing memiliki karaktreristik yang serupa. Sekalipun secara statistik perbedaan
nyata dijumpai pada beberapa variabel, namun perbedaannya tidak cukup besar.
Untuk panjang daun rentang perbedaannya adalah 9.9 cm dan rentang perbedaan
tinggi tongkol sebesar 16.7 mm. Secara umum, hibrida yang dievaluasi
menghasilkan diameter batang yang lebih kecil ketika tumbuh pada elevasi
menengah dibandingkan ketika tumbuh pada elevasi rendah dan tinggi. Pada
elevasi rendah, Caps 23 x Caps 22 merupakan hibrida yang paling kecil diameter
batangnya namun ukuran diameter batangnya menjadi setara dengan hibrida yang
lain ketika tumbuh pada elevasi tinggi.
Hasil tanaman jagung manis di elevasi menengah dan tinggi lebih baik
dibandingkan di elevasi rendah. Hal ini ditunjukkan oleh diameter tongkol, bobot
tongkol berkelobot, bobot tongkol tanpa kelobot, dan hasil per petak. Untuk
diameter tongkol rentang perbedaannya sebesar 8.6 mm, bobot tongkol berkelobot
rentang beda beratnya adalah 78 g, rentang perbedaan bobot tongkol tanpa kelobot
28.6 g serta hasil per petak rentang perbedaannya adalah 5.5 kg. bila dilihat
diameter tongkol pada empat hibrida yang dievaluasi hampir sama diameternya
kecuali Caps 23 x Caps 22 dengan rentang perbedaannya 3.5 mm, sedangkan
bobot tongkol hampir sama bobotnya dari keempat jenis hibrida kecuali Caps 23 x
Caps 22, memiliki rentang perbedaanya sebesar 33.9 gr sedangkan bobot tongkol
tanpa kelobot hampir sama bobotnya pada tiga jenis hibrida kecuali Caps 23 x
Caps 22 dengan rentang perbedaan bobot tongkol tanpa kelobot sebesar 38.1 g.
Berdasarkan hasil per petak jenis hibrida Caps 2 x Caps 17B, Caps 3 x Caps 22,
Caps 5 x Caps 23 dan Caps 23 x Caps 22 memiliki nilai tidak berbeda sehingga
keempat hibrida baik untuk dibudidayakan. Perkembangan tanaman pada tiga
elevasi menunjukkan rentang waktu yang setara hingga tanaman mencapai fase
V10. Dari sisi waktu, perbedaan beberapa hari terjadi antar elevasi. Pada elevasi
rendah VE dicapai 4 hst, sedangkan elevasi menengah dan tinggi VE dicapai pada
6 hst. Pada elevasi rendah V3 dicapai 8 hst, sedangkan elevasi menengah dicapai
pada 9 hst dan elevasi tinggi dicapai pada 10 hst. Sekalipun demikian, tanaman di
ketiga elevasi mencapai fase V5 dan fase V10 dalam waktu yang sama, masingmasing 20 hst dan 30 hst.
Perbedaan fase fenologi antar elevasi baik rendah, menengah dan tinggi
menjadi semakin tegas ketika tanaman memasuki generatif, dimulai dari akhir
fase V10 menuju fase berbunga jantan (VT) hingga fase panen (R4). Adanya
perbedaan elevasi tempat, maka kondisi iklim mikronya berbeda pula sehingga
sangat mempengaruhi fenologi jagung manis terutama pada fase generatif.
v
Perbedaan heat unit antar elevasi mulai terjadi sejak VE, namun perbedaan belum
cukup besar hingga V3. Selanjutnya perbedaan semakin jelas pada fase
perkembangan berikutnya. Dimana fase V6 hingga V10 tanaman jagung akan
mengalami percepatan tingkat pertumbuhan. Dalam hal ini, heat unit tertinggi
dicapai pada elevasi rendah dan diikuti berturut oleh elevasi menengah dan
tinggi. Kondisi demikian menunjukkan bahwa fase perkembangan yang cepat
pada elevasi rendah terjadi karena akumulasi heat unit yang lebih cepat
dibandingkan elevasi lain.
Penelitian ini disimpulkan bahwa tidak adanya interaksi antara jenis hibrida
dan elevasi terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis di tiga elevasi kecuali
variabel diameter batang. Penelitian ini menunjukkan tingkat elevasi memiliki
pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis dimana penanaman
jagung manis di elevasi menengah dan tinggi menunjukkan hasil yang terbaik.
Elevasi mempengaruhi fenologi jagung manis terutama pada fase generatif serta
jagung manis yang ditanam di agroekosistem elevasi rendah memiliki nilai heat
unit tertinggi dari fase vegetatif hingga fase generatif dengan umur panen yang
terpendek disusul agroekosistem menengah dan agroekosistem tinggi.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: S Agriculture > S Agriculture (General)
Divisions: Postgraduate Program > Master of Agroecotechnology
Depositing User: Sugiarti, S.IPust
Date Deposited: 22 Oct 2025 04:55
Last Modified: 22 Oct 2025 04:55
URI: https://repository.unib.ac.id/id/eprint/30184

Actions (login required)

View Item
View Item
Slot Gacor Mantap Hari Ini Maxwin 2025 slot gacor Slot Gacor Thailand Rekomendasi Slot Gacor Slot Pulsa Link Slot Gacor