Basri, Didin Hasan and Kamaludin, Kamaludin and Husaini, Husaini (2020) PENGARUH SKEPTISME PROFESIONAL DAN SENSITIVITAS ETIKA TERHADAP WISHTLEBLOWING AUDITOR BADAN PENGAWAS KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) KANTOR PERWAKILAN BENGKULU. Masters thesis, Universitas Bengkulu.
GABUNGAN TESISI DIDIN HASAN BASRI FULL.pdf - Bibliography
Restricted to Repository staff only
Available under License Creative Commons GNU GPL (Software).
Download (18MB)
Abstract
Salah satu sikap yang penting dimiliki seorang auditor adalah skeptis. Skeptisme bukan berarti tidak percaya, tapi mencari pembuktian sebelum dapat
menerima suatu pernyataan atau laporan. Sikap skeptisme profesional akan
membawa auditor pada tindakan untuk memilih prosedur audit yang efektif
sehingga diperoleh hasil audit yang tepat. Sikap skeptisme yang tinggi cenderung
bekerja dengan cermat dan professional. Auditor dengan idealisme yang tinggi
akan cenderung menganggap whistleblowing adalah tindakan yang penting dan
dianggap sebagai auditee yang berperilaku etis. Sikap skeptis ini pula yang
mendorong kemungkinan auditor untuk melakukan whistleblowing. Begitu juga
dengan etika auditor. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Menganalisis pengaruh skeptisme
professional dan etika terhadap wishtleblowing auditor Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Bengkulu; (2) Menganalisis
pengaruh skeptisme professional terhadap wishtleblowing auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Bengkulu; dan (3)
Menganalisis pengaruh etika terhadap wishtleblowing auditor Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Provinsi Bengkulu. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil
penyebaran kuesioner kepada auditor Kantor Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan Perwakilan Provinsi Bengkulu. Metode pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sensus. Jumlah sampel yang digunakan
adalah 93 orang. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi
linear berganda. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa (1) Skeptisme profesional dan
etika berpengaruh terhadap wishtleblowing auditor. Hal ini bermakna bahwa
semakin tinggi skeptisme profesional dan semakin tinggi etika dijunjung tinggi
oleh auditor maka auditor memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan
wishtleblowing; (2) Skeptisme profesional berpengaruh positif terhadap
wishtleblowing auditor. Hal ini bermakna bahwa semakin tinggi skeptisme
vii
viii
profesionalauditor maka auditor memiliki kecenderungan untuk melakukan
tindakan wishtleblowing; dan (3) Etika berpengaruh positif terhadap
wishtleblowing auditor. Hal ini bermakna bahwa semakin tinggi auditor
menjunjung tinggi etikaaudit, maka auditor memiliki kecenderungan yang tinggi
dalam melakukan tindakan wishtleblowing. Implikasi dari hasil penelitian ini adalah auditor memiliki peranan penting
dalam pengawasan dan pengendalian internal, melalui kewenangannya melakukan
tindakan wishtleblowing. Setiap pengungkapan fakta dan temuan audit merupakan
early warning dan tindakan koreksi atas laporan obyek pemeriksaan, sehingga
dapat menjadi pedoman obyek pemeriksaan memperbaiki kesalahan-kesalahan
dalam pelaporan dan penyajian informasi laporan keuangan yang dilakukan. Oleh
karena itu, auditor Inspektorat harus diberikan wewenang dan otoritas yang penuh
tanpa intervensi pihak-pihak tertentu, sehingga laporan hasil pemeriksaan yang
dilakukan benar-benar objektif. Penambahan rentang waktu dalam tiap
pelaksanaan audit juga perlu dilakukan agar auditor dapat menggali informasi
lebih mendalam untuk mendapatkan bukti audit yang lebih banyak, sehingga
berguna dalam pemberian saran dan pendapat. Selain itu, etika profesi harus
dijadikan pegangan dan acuan agar hasil audit berjalan sesuai dengan kondisi
yang diharapkan. Oleh karena itu, pelanggaran kode etik oleh auditor harus
diberikan sanksi tegas atas pelanggaran tersebut. Selain itu, dalam pelaksanaan
audit, auditor hendaknya tidak diintervensi dan diintimidasi dalam
mengungkapkan temuan audit, walaupun yang diaudit adalah ‘oknum birokrat’ pada suatu institusi tertentu. Jika hal ini terjadi, seorang auditor tentu saja tidak
dapat bekerja secara professional dan proporsional. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, maka dapat
dikemukakan saran untuk penelitian selanjutnya yakni: (1) Skeptisme profesional
perlu dimiliki oleh setiap auditor, karena skeptisme profesional mencermikan
auditor bersikap netral, akuntabel dan objektif. Oleh karena itu, setiap auditor
harus memiliki kewenangan dan otoritas penuh dalam melakukan pemeriksaan
kepada obrik tanpa intervensi dan tekanan pihak tertentu sehingga auditor dapat
memberikan opini secara objektif; dan (2) Auditor harus berpegang teguh pada
etika profesinya, jika auditor melakukan pelanggaran kode etik maka dapat
diberikan sanksi tegas atas pelanggaran tersebut. Namun, jika auditor secara
profesional mampu menjalankan tugas-tugasnya harus diimbangi dengan reward
yang sesuai. Kata Kunci: Skeptisme professional, Etika, Wishtleblowing
| Item Type: | Thesis (Masters) |
|---|---|
| Subjects: | H Social Sciences > H Social Sciences (General) |
| Divisions: | Postgraduate Program > Master of Management Program |
| Depositing User: | 56 nanik rahmawati |
| Date Deposited: | 27 Oct 2025 08:09 |
| Last Modified: | 27 Oct 2025 08:09 |
| URI: | https://repository.unib.ac.id/id/eprint/30519 |

