ESTIMASI POTENSI UNDERGROUND ECONOMY DI PROVINSI BENGKULU

Underground economy merupakan kegiatan perekonomian baik secara legal
maupun ilegal yang tidak termasuk dalam perhitungan Produk Domestik Bruto
(PDB) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Salah satu kegiatan yang
tergolong dalam underground economy ini adalah kegiatan perekonomian yang
berada di sektor informal. Di Provinsi Bengkulu sebagian besar perekonomian
berada pada sektor informal. Berdasarkan data pada Badan Pusat Statistik (BPS)
Provinsi Bengkulu pada Februari 2019, sebanyak 67,90 persen atau sekitar
687.950 orang tenaga kerja di Provinsi Bengkulu bekerja di sektor informal, dan
sisanya 32,10 persen atau sekitar 325.295 orang bekerja di sektor formal. Oleh
karena itu, penulis bertujuan untuk melakukan penelitian mengenai besaran
potensi underground economy yang terjadi di Provinsi Bengkulu selama beberapa
tahun terakhir yaitu periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2018, dengan
menggunakan pendekatan moneter melalui analisis sensitivitas permintaan uang
kartal. Penggunaan analisis permintaan uang kartal dilakukan dengan asumsi
bahwa pelaku kegiatan underground economy lebih menyukai menggunakan uang
kartal atau uang tunai dalam bertransaksi. Permintaan uang kartal diasumsikan
dipengaruhi oleh perubahan tingkat pendapatan, tingkat harga, tingkat suku
bunga, serta faktor lainnya adalah preferensi masyarakat untuk memegang uang
kartal. Dari hasil penelitian, aktivitas underground economy yang terjadi selama
periode penelitian berkisar rata-rata mencapai 190.682,86 juta rupiah per triwulan
atau sebesar 3,27 persen dari PDRB Provinsi Bengkulu. Nilai ini memang
tergolong masih cukup rendah, namun apabila aktivitas underground economy ini
dibiarkan saja maka akan merugikan bagi pemerintah karena dapat berkurangnya
pendapatan daerah.
Kata kunci : underground economy, sektor informal