AKIBAT HUKUM PEMBATALAN MEMADU RASAN (PERJANJIAN BERTUNANGAN) MENURUT HUKUM ADAT MELAYU DI KOTA BENGKULU

Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses
upacara memadu rasan (perjanjian bertunangan) menurut hukum adat melayu di
Kota Bengkulu dan (2) Untuk menjelaskan dan menggambarkan akibat hukum
pembatalan memadu rasan (perjanjian bertunangan) menurut hukum adat melayu
di Kota Bengkulu. Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum empiris
serta pendekatan penelitian kualitatif dan mendapatkan data dengan cara
penelitian pustaka dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam
pelaksanaan tradisi memadu rasan pada masyarakat adat melayu di Kota
Bengkulu memiliki tujuan (1) Untuk dapat mengetahui kesiapan serta
musyawarah anatara pihak laki-laki dan perempuan sebelum melangsungkan
perkawinan untuk para calon mempelai. Memadu rasan merupakan tahapan dalam
upacara adat perkawinan adat melayu di Kota Bengkulu dan masih sering
digunakan oleh masyarakat adat Kota Bengkulu pada saat ini. (2) Apabila terjadi
pembatalan memadu rasan memadu rasan yang disengaja dari pihak perempuan
tanpa ada sebab maka pihak perempuan harus mengembalikan tando rasan serta
akan dikenakan denda adat. Namun apabila pembatalan dari pihak perempuan
disebabkan karena kesalahan pihak laki-laki yang selingkuh maka tidak dikenakan
denda adat, karena pihak laki-laki telah membatalkan secara sepihak. Jika
pembatalan dilakukan secara sepihak oleh pihak laki-laki, maka akan dikenakan
denda uang dan sanksi sosial berupa dikucilkan dari kehidupan kemasyarakatan,
serta tidak dapat meminta kembali tando rasan yang telah diberikan.
Kata Kunci : Pembatalan, Pertunangan, Adat, Memadu Rasan, Melayu,
Bengkulu.