HAK MEWARIS ANAK DARI HASIL PERKAWINAN SUKU BATAK DENGAN SUKU MINANGKABAU DI KOTA BENGKULU

Perkawinan antar budaya adalah salah satu bentuk permasalahan yang
sering kali muncul di tengah masyarakat, selain karena masyarakat belum bisa
menerima sepenuhnya, perkawinan tersebut juga seringkali menghadapi masalah�masalah di kemudian hari karena adat setempat kurang menerimanya akibat sering
timbul perselisihan dalam berkeluarga soal perbedaan budaya (suku) yang tidak
selaras. Seperti halnya dalam kasus ini, perkawinan antara suku Batak dengan
suku Minangkabau hanya dapat dilakukan menurut hukum adat salah satu pihak,
begitu pula sistem yang mengatur hak mewaris anaknya. Penelitian ini bertujuan
(1) untuk menjelaskan dan menggambarkan bagaimana perkawinan suku Batak
dengan suku Minangkabau di Kota Bengkulu, serta (2) untuk menjelaskan dan
menggambarkan bagaimana pembagian harta warisan terhadap anak dari hasil
perkawinan suku Batak dengan suku Minangkabau di Kota Bengkulu. Penelitian
ini menggunakan pendekatan penelitian empiris di mana pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara mendalam dan pengumpulan data melalui studi
kepustakaan. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah (1) masyarakat
yang melakukan perkawinan suku Batak dengan suku Minangkabau melakukan
perkawinan menurut salah satu adat masing-masing pihak, dalam artian salah satu
pihak mengalah untuk ikut adat suami atau istri, dan (2) dalam prakteknya,
pembagian harta warisan terhadap anak dari hasil perkawinan suku Batak dengan
suku Minangkabau adalah menggunakan salah satu hukum waris dari salah satu
suku orang tuanya.
Kata kunci: hak, mewaris, perkawinan, suku Batak, dan suku Minangkabau