Melati, Putjha and Welly, Darwis and Eni, Widiyati (2009) UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN UBI JALAR MERAH (Ipomoea batatas POIR) SEBAGAI ANTIBAKTERI Staphylococcus aureus, PENYEBAB PENYAKIT BISUL PADA MANUSIA. ['eprint_fieldopt_thesis_type_ut' not defined] thesis, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIB.
![Skripsi Putjha Melati-2.pdf [thumbnail of Skripsi Putjha Melati-2.pdf]](https://repository.unib.ac.id/style/images/fileicons/text.png)
Skripsi Putjha Melati-2.pdf - Bibliography
Restricted to Registered users only
Available under License Creative Commons GNU GPL (Software).
Download (1MB)
Abstract
Telah dilakukan penelitian tentang uji efektivitas ekstrak daun ubi jalar merah
(Ipomoea batatas Poir) sebagai antibakteri Staphylococcus aureus, penyebab penyakit
bisul pada manusia. Penelitian dilakukan dari bulan November 2008 sampai bulan
Januari 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi yang efektif dari
ekstrak daun Ubi Jalar Merah (Ipomoea batatas Poir) dengan menggunakan pelarut n-
heksana dan metanol sebagai pengestrak dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus penyebab penyakit bisul pada manusia. Daun ubi jalar merah
(Ipomoea batatas Poir) diekstrak dengan n-heksana dan metanol menggunakan metode
maserasi, ekstrak yang didapat ditentukan konsentrasinya dengan 5 tingkatan
konsentrasi yaitu konsentrasi 2%; 3,5%; 5%; 6,5% dan 8%, lalu digunakan untuk diuji
daya antibakterinya pada bakteri uji Staphylococcus aureus dengan metode difusi
cakram sebanyak 3 kali pengulangan. Hasil penelitian yang didapat berupa zona hambat
atau zona bening yang diukur diameternya. Pada ekstrak daun ubi jalar merah (Ipomoea
batatas Poir) yang diekstrak dengan menggunakan n-heksana dengan konsentrasi 2%;
3,5%; 5%; 6,5% dan 8% terhadap bakteri Staphylococcus aureus, zona bening (mm)
yang didapat berturut-turut adalah 6,4 mm; 9,9 mm; 3,5 mm; 3,3 mm dan 7,5 mm.
Sedangkan pada ekstrak daun ubi jalar merah (Ipomoea batatas Poir) yang diekstrak
dengan menggunakan metanol dengan konsentrasi 2%; 3,5%; 5%; 6,5% dan 8%
terhadap bakteri Staphylococcus aureus, zona bening (mm) yang didapat berturut-turut
adalah 12,3 mm; 7,7 mm; 7 mm; 6 mm dan 12,3 mm. Pada Tetrasiklin 50 µg/ml sebagai
pembanding, zona bening yang terbentuk adalah dengan diameter 5,2 mm. Berdasarkan
analisis secara statistik menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan bantuan
Tabel ANOVA didapatkan hasil Fhit < Ftabel, sehingga data tiap perlakuan dikatakan
tidak berbeda nyata. Akan tetapi walaupun demikian, ekstrak daun ubi jalar merah
(Ipomoea batatas Poir) yang diekstrak dengan menggunakan metanol lebih berpengaruh
terhadap penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus dibandingkan Tetrasiklin.
Item Type: | Thesis (['eprint_fieldopt_thesis_type_ut' not defined]) |
---|---|
Subjects: | Q Science > Q Science (General) |
Divisions: | Faculty of Education > Department of Biology Education |
Depositing User: | 014 Abd. Rachman Rangkuti |
Date Deposited: | 07 Dec 2013 02:02 |
Last Modified: | 07 Dec 2013 02:02 |
URI: | https://repository.unib.ac.id/id/eprint/3824 |